PILKADA PEKANBARU, Pembuktian Firdaus, Herman Abdullah, Rusli Zainal , Ide atau Golput?

PILKADA PEKANBARU, Pembuktian Firdaus, Herman Abdullah, Rusli Zainal , Ide atau Golput?
Ilustrasi peta politik Pilkada Pekanbaru 2017.
RIAUSKY.COM- Peta kekuatan politik menjelang Pilkada Pekanbaru berubah hari ini, dengan munculnya pasangan Dastrayani Bibra-Said Usman Abdullah dalam koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
 
Kemunculan pasangan Dastrayani Bibra-Said Usman Abdullah baru mencuat dalam dua hari terakhir pasca pengakuan dari Wakil Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PPP Riau, Husaimi Hamidi, Senin, 19 September 2016.
 
Husaimi menjelaskan pihaknya sudah mendapatkan keputusan tentang penetapan pasangan Dastrayani Bibra-Said Usman Abdullah oleh PDI Perjuangan yang memastikan koalisi antara kedua partai tersebut. 
 
Dengan keputusan PDI Perjuangan-PPP melakukan koalisi, untuk tingkat partai politik, dipastikan seluruh komposisi kursi di DPRD Pekanbaru sudah terbagi rata, diluar Partai Hanura yang pada Senin, 19 September lalu juga masih berharap bisa melakukan koalisi bersama PDI Perjuangan untuk mendudukkan pasangan Dwi Agus Sumarno-David Chalik. 
 
Kemunculan Dastrayani Bibra yang akrab disapa Ide  dan Said Usman Abdullah juga menambah satu lagi pilihan politik pada Pilkada Pekanbaru yang sebelumnya baru diisi oleh duet pasangan Firdaus- Ayat Cahyadi (Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera dan Gerindra) serta pasangan Ramli Walid-Irvan Herman yang diisi oleh koalisi gemuk (Partai Golkar, Partai Amanat Nasional, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Nasional Demokrat dan terakhir diperkirakan Partai hati Nurani rakyat).
 
Sebelumnya, pertarungan antara pasangan petahana, Firdaus-Ayat Cahyadi dengan Ramli Walid-Irvan Herman diperkirakan akan menjadi pertarungan akbar Pilkada Pekanbaru mengingat keberadaan dua kekuatan besar politik besar Riau, Rusli Zainal-Herman Abdullah di kubu Ramli Walid-Irvan Herman.
 
Sebagaimana diketahui, Herman Abdullah adalah salah satu lokomotif suara (foot getter) bagi pasangan Firdaus-Ayat pada Pilkada 2011 lalu mengingat saat itu, Herman adalah pejabat wali kota yang akan disuksesi oleh Firdaus. 
 
Kini, Herman yang berhadapan vis- a vis dengan Firdaus dengan menggandeng kekuatan Rusli Zainal yang muncul dengan representasi Ramli Walid-Irvan Herman. 
 
Herman Abdullah sendiri, dalam kesempatan silaturahmi sekaligus penyerahan dukungan Partai kebangkitan Bangsa di DPW PKB Riau beberapa hari lalu berharap kedua pasangan ini bisa memenangkan Pilkada Pekanbaru mengingat beberapa kebijakan Firdaus yang dianggap tidak melanjutkan kepemimpinan Herman Abdullah.
 
Salah satu bentuk kekecewaan tersebut disampaikan Herman dengan sindirannya terhadap Wali kota Pekanbaru, Firdaus yang tidak melanjutkan pembangunan Pasar Cik Puan yang oleh Herman dipersiapkan untuk mendukung perekonomian pedagang kecil dan UKM Pekanbaru. 
 
''Saya berharap Ramli Walid-Irvan Herman ini bisa menang dan melanjutkan pembangunan pasar Cik Puan,'' ungkap Herman yang disambut hangat para kader PBK Riau dan barisan pendukung Ramli Walid-Irvan Herman yang hadir. 
 
Bagi Firdaus-Ayat pun, 'pertarungan' head to head dengan Ramli Walid-Irvan Herman merupakan sebuah pertaruhan besar mengingat ini menjadi pembuktian riil dari dukungan publik terhadap kebijakan pembangunan yang dilakukan dalam lima tahun terakhir kepemimpinannya. 
 
Sejumlah persoalan besar kota seperti penanganan sampah yang sempat bermasalah beberapa waktu lalu, pembangunan kompleks perkantoran di Tenayan Raya yang menyedot banyak anggaran daerah, pengadaan fasilitas air bersih yang tidak tuntas, juga kegagalan dalam mempertahankan tradisi Adipura menjadi catatan publik. 
 
Begitupun dengan perpecahan di tubuh pemerintah Kota Pekanbaru yang disebabkan kebijakan 'cuci gudang' Firdaus terhadap komposisi jabatan di lingkungan Pemko Pekanbaru pasca Herman Abdullah. 
 
Firdaus banyak mendatangkan PNS dari luar Pekanbaru yang pada akhirnya menggeser sejumlah pejabat penting di lingkungan Pemko Pekanbaru dan itu menimbulkan nada ketidakpuasan di kalangan pamong senior.
 
Salah satunya diindikasikan dengan keikutsertaan Dastrayani Bibra yang juga alumni Ikadik PP Kota Pekanbaru dalam kontestasi Politik Pekanbaru 2017 yang akan datang. 
 
Pun begitu, Firdaus mengklaim berhasil membuka akses investasi ke Kota Pekanbaru yang juga membuka banyak lapangan pekerjaan di Kota Pekanbaru. Sejumlah bangunan properti megah berdiri di Riau seperti pusat perbelanjaan, perhotelan, usaha retail muncul sehingga berdampak pula pada percepatan pertumbuhan ekonomi Pekanbaru. 
 
Firdaus, dalam kesempatan bertemu pedagang Pasar Sukaramai beberapa waktu lalu juga mengungkapkan kalau keberhasilan Pemko membuka lapangan kerja berbanding terbalik dengan pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan. 
 
Firdaus memang pro investasi. Hal tersebut ditandai dengan kemudahan yang diberikan untuk investasi luar yang hendak masuk ke Riau. Termasuk salah satunya terkait rencana renovasi ulang Pasar/plaza Sukaramai yang rencananya juga akan melibatkan pihak swasta. 
 
''Kita sedang dihadapkan dengan resesi ekonomi. Tapi, kita sadar, kita harus tetap membangun. Pemerintah tidak mempunyai kekuatan yang cukup untuk membiayai pembangunan pasar. Karena itulah, kita melibatkan swasta dalam membangun fasilitas ini. Tapi, saya pastikan, tidak ada hak pedagang yang akan hilang,'' janji Firdaus.
 
Selain itu, Firdaus juga dinilai sukses menggenjot APBD Pekanbaru hingga level tertinggi mencapai Rp3,1 triliun pada tahun 2016, walaupun kemudian harus dirasionalisasi karena anjloknya perolehan dana bagi hasil.
 
Di zaman Firdaus, Dispenda diberikan tugas terbesar menggali penerimaan dengan total Rp1 triliun, walau kemudian langkah tersebut surut karena tidak tercapainya target realisasi. 
 
Kondisi tersebut juga yang kemudian menjadikan Pemko Pekanbaru harus menghentikan pembangunan Perkantoran Pemko Pekanbaru di Tenayan Raya. 
 
Beberapa pre kondisi tersebut tentunya akan berimplikasi terhadap pertimbangan dan pencitraan publik terhadap keberhasilan pembangunan yang dilakukan oleh pasangan Firdaus-Ayat.
 
Namun, terlepas dari aspek tersebut, kemunculan Dastrayani Bibra-Said Usman Abdullah diperkirakan juga akan mempengaruhi komposisi suara para Pilkada Pekanbaru yang akan datang. 
 
Dastrayani Bibra termasuk salah satu pamong senior di lingkungan Pemko Pekanbaru  yang yang berpeluang melakukan dekompresi terhadap kejenuhan politik publik dan termasuk salah satu dari loyalis Herman Abdullah.
 
Dengan sejumlah posisi penting yang pernah diembannya, seperti camat di sejumlah kecamatan di Pekanbaru, Kepala bagian Humas merangkap Manajer PSPS, Kepala Dinas Pariwisata, Kepala  Dinas Koperasi dan UKM, Asisten III dan Asisten I Sekdako Pekanbaru  hingga kemudian diposisikan sebagai staf ahli menjadi alasan yang  cukup bagi Dastrayani Bibra untuk ikut bertarung pada Pilwako  Pekanbaru bersama koalisinya, Said Usman.
 
Begitu pun, pilihan politik Kota Pekanbaru akan sangat tergantung dari respon dan tingkat kepuasan publik terhadap jalannya pembangunan oleh pihak yang menjalankan roda pemerintahan. 
 
Publik Kota Pekanbaru tak akan mudah dipengaruhi oleh uang, apalagi mobilisasi. Publik Pekanbaru terbangun dengan kerangka yang lebih dinamis, terdidik dan mapan secara ekonomi sehingga mempunyai otoritas  mandiri dalam mengambil keputusan politik. 
 
Karena itulah, peluang terbesar dari pelaksanaan Pilkada Pekanbaru 2017 yang akan datang akan sangat tergantung dari sejauh mana respon publik terhadap upaya membangun kesadaran politik yang dilaksanakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan stake holder lainnya.
 
Sebagai catatan, Pada Pilkada Pekanbaru 2011-2012 lalu, dimana pasangan Firdaus-Ayat berhadapan dengan Septina Primawati-Erizal Muluk,  persentase jumlah golongan putih (Golput) Pilkada Pekanbaru mencapai mencapai angka 44,3 persen, yang berarti hampir 50 persen warga Pekanbaru yang masuk Daftar Pemilih Tetap (DPT) tidak menggunakan hak suaranya. 
 
Bila pada Pilkada 2011-2012 lalu, indeks penilaian publik terhadap pelaksanaan pilkada rendah dikarenakan rendahnya respon terhadap kondisi politik daerah, tahun 2017 kerentanan ekonomi menjadi salah satu indikator yang berpengaruh terhadap sukses Pilkada.
 
Catatan tingginya angka Golput ini menjadi salah satu kerisauan yang paling memungkinkan menyebabkan terganggunya estimasi jumlah perolehan suara masing-masing pasangan calon pada Pilkada Pekanbaru. 
 
Sejumlah survei yang dilaksanakan untuk penetapan calon oleh beberapa Partai Politik juga memberikan sinyal yang menunjukkan rendahnya tingkat kepuasan publik terhadap penyelenggaraan pembangunan. Meski secara kuantitatif, pasangan petahana tetap memegang perolehan suara tertinggi.
 
Apapun bentuknya, Pilkada Pekanbaru sudah di depan mata. Tiga pasangan calon yang sudah ada setidaknya bisa menjadi representasi masa depan politik Pekanbaru ke depan. Selamat berjuang.(Buddy Syafwan)
 
 
 

 

Listrik Indonesia

#Pilwako Pekanbaru 2017

Index

Berita Lainnya

Index