Pengakuan Pedagang Pasar Bongkar Muat di BRPS (1)

Kami Lebih Untung Berjualan Disini, Cuma Memang Masih Sepi...

Kami Lebih Untung Berjualan Disini, Cuma Memang Masih Sepi...
Suasana berjualan pedagang Pasar bongkar muat di Bandar Raya Payung Sekaki.

PEKANBARU (RIAUSKY.COM)- Sempat diisukan menjadi objek pemerasan oleh oknum pemuda di Bandar Raya Payung Sekaki (BRPS), Kamis, 20 Oktober 2016 malam tadi, www.riausky.com  melakukan investigasi lapangan. 

 
Saat itu, waktu berkisar pukul 23.45 wib. Suasana di pasar penampungan eks Pedagang Kaki Lima (PKL) Tuanku Tambusai terlihat tidak terlalu ramai. Pada umumnya hanya ada pedagang dan aneka sayur mayur dan dagangannya yang siap dipasarkan.
 
''Ini masih banyak yang belum masuk, nanti sampai jam 02.00 wib, masih ada truk-truk yang akan tiba membawa barang dagangan,'' ungkap Pal, salah seorang pedagang cabai.
 
Dia menyebutkan, suasana berjualan di BRPS ini memang relatif sepi dibandingkan dengan di Tuanku Tambusai. ''Kalau di Tuanku Tambusai itu, jam segini, orang sudah ramai. Pedagang pasar dari seluruh Pekanbaru, bahkan kota-kota lain di Riau, seperti perawang, Siak, Minas, Kandis, Pangkalan Kerinci, juga Kampar, sudah masuk. Kalau sekarang memang belum banyak, masih sebagian kecil,'' ungkap Pal lagi.
 
Para pedagang sendiri memperkirakan pedagang baru akan masuk pada tengah malam atau menjelang subuh. ''Ramainya mulai jam 02.00 sampai puul 04.00 wib. Tapi itu pun belum seramai waktu di Tuanku Tambusai,'' imbuh Pal lagi.
 
Suasana sepi ini, diakui dia memang tidak terlepas dari aktivitas di BRPS yang memang masih relatif baru. ''Namanya juga baru, baru seminggu ini, jadi banyak yang masih pikir-pikir ke mari,'' papar dia tentang sepinya pasar.
 
''Mungkin karena posisinya jauh dari pusat kota, tempatnya juga sepi, lampu penerangan sedikit, banyak warga yang ragu untuk ke BRPS pada malam hari karena khawatir dengan rasa aman. makanya, kecenderungannya beberapa hari ini, pedagang pasar datangnya menjelang subuh, diatas jam 02.00 wib lah,'' ungkap dia.
 
Sementara itu, ketika disinggung tentang pungutan yang sempat dilaporkan dilakukan oknum pemuda, Iwan, salah seorang pedagang lainnya menyebutkan kalau apa yang dikatakan tersebut tidaklah benar. ''Kalau soal buruh bongkar muat, itu sudah biasalah. Dulu juga di Tuanku Tambusai juga ada,'' ungkap Iwan.
 
Dijelaskan dia, wajar saja ada buruh angkut itu. Karena, memang pedagang butuh jasa mereka untuk melansir barang. ''Kalau sekotak dua kotak, mungkin kita masih bisa angkat sendiri. tapi kalau sudah 20 kotak, ya pastinya kita butuh bantuan mereka. Kan bayarnya Rp5.000, sama saja dengan di Tuanku Tambusai,'' papar dia lebih jauh sembari membantah kalau itu adalah tindak pemerasan.
 
Dia pun menyebutkan, itu bukan premanisme, lebih kepada persoalan kebutuhan. Kalau memang merasa bisa lansir sendiri barang dari truk ke tempat berjualan, tak perlu pakai buruh. (R05)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index