Bupati Irwan Pembicara Seminar Semiloka Sagu Nasional di Bogor

Bupati Irwan Pembicara Seminar Semiloka Sagu Nasional di Bogor
Bupati Irwan saat jadi pembicara

 

BOGOR (RIAUSKY.COM) - Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti dalam hal ini Bupati H. Irwan, M.Si terus berupaya mengangkat potensi Sagu Meranti ketingkat Nasional, setelah baru-baru ini memperkenalkan Sagu melalui cipta ratusan menu makanan dan berhasil meraih rekor Musium Rekor Indonesia (MURI). 
 
Kini Sagu Meranti kembali diangkat dalam acara Seminar Semiloka Sagu, dimana H. Irwan berkesempatan menjadi pembicara bersama para Profesor, Peneliti dan Praktisi Sagu Se-Indonesia, bertempat di Pusat penelitian dan Pengembangan Perkembunan (Puslitbangbun), Cimanggu, Bogor, Jawa Barat, Rabu, 9 November 2016.
 
Seminar itu sendiri dilatarbelakangi oleh pentingnya pemanfaatan tanaman Sagu bagi sektor pangan, Industri serta energi oleh berbagai pihak. Terlebih lagi diversitas genetik Sagu yang terlengkap berada di Indonesia, sehingga potensi besar tanaman Sagu dapat dioptimalkan pemanfaatannya dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan dan energi.
 
Sejak dikenalnya tanaman Sagu baik lokal maupun tingkat Nasional, banyak pihak mulai tertarik untuk mengembangkannya. Khusus Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau telah sejak lama memanfaatkan tanaman ini sebagai bahan pangan pokok dan sumber pendapatan masyarakatnya, disini pula tanaman Sagu telah dikelola secara intensif baik oleh masyarakat maupun swasta. Inginnya pemerintah, pemanfaatan dan pengembangan Sagu bukan hanya ada di Meranti tetapi dapat dilakukan secara Nasional. Melalui Seminar Lokakarya Sagu ini diharapkan dapat disusun sebuah kebijakan secara kelembagaan dan jaringan kerjasama sehingga dapat mempercepat pengembangan Sagu sebagai bahan pangan dan bio energi berwawasan lingkungan.
 
Pada kesempatan itu Bupati Meranti H. Irwan M.Si, fokus mengusulkan kepada Pemerintah Pusat khususnya Kementerian Pertanian untuk memasukan Sagu kedalam program pengembangan pangan Nasional dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan. Sejauh ini Kementerian Pertanian seperti dikatakan Irwan, hanya fokus pada 3 (tiga) pangan pokok yakni Padi, Jagung dan Kedelai (Pajale) dan Sagu belum termasuk didalamnya. 
 
"Kita hanya meminta ada Goodwill dari Pemerintah sendiri untuk mendorong pengembangan Sagu, jika hal itu tidak ada maka mustahil Sagu dapat dikembangkan. Saat ini Pemerintah intens mengembangkan Pajale tapi Sagu tidak masuk. Kami ingin mengusulkan dalam kegiatan ini mari bersama-sama kita merekomdasikan kepada Kementerian Pertanian bukan hanya Pajale tapi Padi, Jagung, Kedai, Sagu (Pajalegu)," ujar Irwan.
 
Jika Sagu yang merupakan salah satu peluang alternatif masa depan pangan Nasional belum masuk, Bupati Meranti menilai Sagu masih dianak tirikan oleh Pemerintah. "Potensi Sagu jelas masih dianak tirikan, padahal ini peluang masa depan pangan Nasional. Kami yakin Sagu mampu menjadi cadangan pangan kedepan menuju kedaulatan pangan," terang H. Irwan.
 
Selain itu, Bupati Meranti juga menilai ada kontradiksi kebijakan ditingkat pusat, terkait upaya penanggulangan kebakaran dilahan gambut. Dimana Sagu sebagai tanaman Surga yang mampu menjaga kadar air dilahan Gambut belum dimasukan kedalam program Pajale. "Kita melihat kebijakan pusat dalam upaya mengatasi kebakaran dilahan Gambut masih kontradiksi, dimana Sagu dinilai mampu mengendalikan kadar air disitu pula Sagu tidak dimasukan dalam Pajale," jelas Irwan lagi.
 
Dihadapan para perwakilan pemerintah pusat dari Kementerian terkait, Bupati H. Irwan yang didampingi Sekdakab. Meranti Julian Norwis SE MM dan Kadis Kehutanan Meranti Ir. H. Makmun Murod MM serta Kabag Humas Elfandi SE M.Si, juga menyarankan agar arah kebijakan dari Pemerintah Pusat juga fokus pada pengadaan Industri Hilir Sagu. Hal itu menimbang semakin rendahnya harga Sagu dipasaran, padahal Kabupaten Meranti sebagai salah satu daerah penghasil Sagu terbesar di Indonesia tengah gencar-gencarnya mendorong pegembangan Sagu dalam rangka peningkatan ekonomi masyarakat.
 
"Kita juga berharap arah kebijakan juga difokuskan pasa Industri Hilir Sagu, jika tidak maka akan berimplikasi pasa semakin rendahnya harga Sagu padahal kita terus mendorong pengambangannya," ungkap Irwan.
 
Terakhir Bupati juga berharap, sangsi kepada PT. National Sago Prima (NSP) yang terindikasi tak mampu menjaga lahan konsesinya dari kebakaran dihapuskan. Hal itu menimbang tidka banyaknya perusahaan yang mau berinvestasi di Sagu. "Kita tidak ingin ada kekawatiran dari para investor, karena perusahaan yang mau berinvestasi Sagu tidak banyak," paparnya.
 
Menyikapi hal tersebut disambut positif oleh pembicara dan para peserta Lokakarya Sagu. Salah satunya Dr. Haris Gunawan selaku Deputi IV BRG RI Bidang Penelitan dan Pengambangan yang menilai usulan itu sangat baik untuk ditindaklanjuti dalam upaya pengembangan potensi Sagu Nasional.
 
Pembicara lainnya yakni Prof. Dr. Bintoro M.Agr, menjelaskan untuk kemajuan Indonesia. Pemerintah susah mati-matian mencapai swasembada beras namun hingga 2014 belum terlalu berhasil. Jika terus dibiarkan mala negara bisa kolap karena tidak berhasil mewujudkan kedaulatan pangan. Saat ini Indonesia terkenal sebagai negara pengimpor mulai dari pengimpor terbesar gula, minyak bumi, dan lainnya. Tapi jika potensi Sagu mampu dikelola dengan baik maka semua itu mampu ditutupi. "Sagu bisa menjadi solusi pembuatan gula sagu. Satu kilo ampas sagu bisa menghasilkan setengah liter gula cair. Ini bisa dilakukan dalam rangka swasembada gula dimana kita memiliki 1.5 Juta Ha lebih perkebunan Sagu yang tersebar dari Papua, Papua Barat dan Kabupaten Meranti Riau," jelasnya.
 
Dikatakan Prof. Dr. Bintoro Glukosa yang dihasilkan Sagu sangat aman dan memiliki potensi ekonomi yang tinggi. "Glukos dari Sagu baik untuk kesehatan. Harusnya banyak investor melirik kesini karena sangat menjanjikan selain itu ekonomi rakyat bisa terangkat dan daerah tertinggal bisa menjadi tidak tertinggal, jika Potensi Sagu digali dengan baik," ujarnya.
 
Sementara itu Ir. Ibrahim MM mengaku Kementerian LHK RI sudah membuat regulasi dalam mendukung pengambangan tanaman Sagu dalam upaya mendorong pengambangan Sagu sebagai pangan alternatif Nasional dan tanaman yang ramah lingkungan.
 
Sekedar informasi acara Lokakarya Sagu Nasional itu dibuka langsung oleh kepala Bidang Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian  RI Dr. Ir. Muhammad Syakir MS. Menurutnya pengembangan Sagu sebagai pangan pokok sangat penting dalam upaya mewujudkan kedaulatan pangan Nasional. "Kita tidak ingin negara ini hanya menggantungkan ketahanan pangan semata-mata pada beras. Beras tanaman penghasil karbohidrat paling boros menggunakan sumberdaya, butuh air cukup dan sensitif, untuk itu Kementerian Pertanian sudah memikirkan alternatifnya yakni tanaman Sagu," ujar M. Syakir.
 
Peserta seminar terdiri dari pihak-pihak yang berupaya untuk mempercepat pemanfaatan Sagu sebaagi bahan pangan dan bio energi berwawasan lingkungan diantaranya Pemerintah Pusat, Pemerintan Daerah, Pengusaha Industri, BUMN, Akademisi, peneliti serta masyarakat.
 
Para pembicara yang tampil adalah Anggota DPR RI Ir. H.E Herman Khaeron, Sekjed KLHK Ir. Bambang Hendroyono M.M, Ir. Rida Mulyana Kementerian ESDM, Dr. Ir. Arifin Rudiyanto Bappenas, Denaldi M. Mauna Dirut Perhutani, Ir. Adhi Lukman M.BA dari GAPMMI, Dr. Agung Murdanoto dari RNI, Dr. Supriyanto BPPT, Prof. Dr. Ir. MH. Bintoro, Prof. Dr. Tirto Prakoso dan Dr. Susanti Tarni dari ITB. (R16)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index