Workshop Pengembangan Komoditi Sagu

Bupati Irwan Apresiasi Upaya BRG Jadikan Meranti Pusat Pembelajaran Sagu Nasional

Bupati Irwan Apresiasi Upaya BRG Jadikan Meranti Pusat Pembelajaran Sagu Nasional
Bupati Irwan saat mengikuti workshop
PEKANBARU (RIAUSKY.COM) - Bupati Kabupaten Kepulauan Meranti Drs. H. Irwan, M.Si mengikuti Workshop pengembangan budidaya Rumbia sebagai penghasil komoditi Sagu pada lahan gambut yang ditaja oleh Badan Restorasi Gambut (BRG) RI.
 
Dalam acara itu, seperti dikatakan Dr. Haris Gunawan selaku Deputi IV BRG RI Bidang Penelitan dan Pengambangan, disepakati Kabupaten Kepulauan Meranti menjadi Pusat Pembelajaran Sagu Nasional, bertempat di Hotel Pangeran Pekanbaru, Selasa, 15 November 2016.
 
Hadir dalam kegiatan itu para peneliti dan Ilmuwan Sagu seperti Prof. Bintoro, Prof. Dedy Suyerman, Prof. Bambang Haryanto, Prof. M. Yasid, Kepala BLH Provinsi Riau Dra. Yulwiliarti, Kepala Dinas Kehutanan Meranti Murod, para Camat dan Kades Se-Kabupaten Meranti, serta para peserta dari Provinsi Jambi, Kalimantan, Papua dan Riau.
 
Seperti dijelaskan Deputy IV BRG RI, saat ini Pemerintah Pusat berharap lahir sebuah terobosan baru dalam upaya pengembangan Sagu Nasional. Pengembangan Sagu dilahan Gambut selain memiliki nilai ekonomi tinggi juga sangat penting dalam menjaga ekosistem Gambut tetap lembab dan basah, sebagai upaya untuk mengantisipasi kebakaran lahan dan hutan (Kabut Asap) yang rutin terjadi setiap tahun di Indonesia, khususnya dilahan Gambut.
 
"Kita ingin memanfaatkan komoditi ini untuk mengantisipasi Kabut Asap, dan BRG telah menyepakati Sagu atau Rumbia sangat cocok untuk ekosistem Gambut yang mudah terbakar dan dibakar," ujarnya.
 
Saat ini untuk mengintensifkan upaya pengambangan Sagu, Badan Restorasi Gambut Nasional telah menetapkan sebuah lokasi untuk dijadikan Pusat Pembelajaran Sagu Nasional, dan daerah yang dinilai paling sesuai adalah Kabupaten Meranti, tepatnya Desa Sungai Tohor Kabupaten Kepulauan Meranti. 
 
"Kita telah menyepakati Kabupaten Meranti menjadi Laboratorium Internasional Restorasi Gambut yang akan digunakan sebagai pusat pembelajaran Sagu Nasional, disana akan kita laksanakan berbagai kegiatan konkrit (turun lapangan) untuk belajar bagaimana mengembangkan Sagu ini," ujar Haris.
 
Selain Kabupaten Meranti, dikatakan Haris beberapa daerah juga masuk dalam prioritas penelitian tanaman Sagu, diantaranya di Sumatera Selatan Musi dan Banyuasin serta di Kabupaten Ogan Komering Hilir.
 
Sementara Bupati Kabaten Meranti Drs. H. Irwan M.Si didampingi Kadis Kehutanan Ir. M. Murod MM menegaskan, Kabupaten Meranti mendukung pengembangan Sagu yang digesa oleh BRG RI, karena Sagu adaptif dengan lingkungan yang ada dan sudah menjadi kearifan lokal bagi maayarakat. Selain itu Bupati meyakini bahwa Sagu mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat petani Sagu di Meranti. 
 
"Dalam pengembangan Sagu ini perlu didorong kearah Hilirisasi, Pemerintah Pusat dalam hal ini BRI RI kami harapkan untuk lebih fokus bagaimana menjadikan Gambut di wilayah Meranti tetap basah agar menjadi ekosistem yang baik bagi Sagu,"ujar Bupati, sesuai dengan keinginan BRG dalam upaya menjaga ekosistem Gambut tetap basah untuk mengantisipasi kabut asap.
 
Terkait hal itu pula dikatakan Bupati, pengembangan industri hilir juga perlu dukungan teknologi dari BPPT untuk menghasilkan kwalitas produk beras Sagu dan gula cair yang baik. Serta berharap mendapat dukungan teknologi pengolahan limbah dari Pemerintah Pusat.
 
Pada kesempatan itu Pemerintah Kabupaten Meranti juga menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan integrasi pengelolaan antara Sagu, ternak, dan komoditas pertanian (tumpang sari) dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Semoga faslitas ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten termuda Riau tersebut.
 
Masalah akan diberlakukannya moratorium gambut oleh Pemerintah Pusat turut menjadi perhatian Bupati, dalam hal itu Bupati menegaskan tidak sependapat karena dapat menghambat pengembangan tanaman Sagu yang kini sedang gencar-gencarnya dilakukan oleh Pemda. "Kita ingin moratorium Sagu ini tidak dilakukan, akibat dari Moratorium Gambut tentunya akan menghambat pengambangan Sagu," terang Bupati.
 
Sementara menyangkut ditetapkannya Kabupaten Meranti sebagai Pusat Pembelajaran Sagu Nasional, Bupati juga menyambut baik dan akan mengupayakan penyiapkan berbagai hal yang mendukung untuk pelaksanaan itu. 
 
Sekedar informasi, dalam Workshop tersebut para pembicara memaparkan berbagai hal mulai dari Potensi Rumbia (Sagu) oleh Prof. M. Yasid, peningkatan Produktifitas Sagu oleh Prof. Bintoro, pengolahan produk turunan Sagu oleh Prof. Bambang Haryanto dan lainnya.
 
Beberapa kesimpulan hasil pemaparan para ahli terkait manfaat tanaman Sagu mulai dari limbah cair hingga serat. Sisa pengolahan Sagu dapat dimanfaatkan sebagai Limbah cair (Bio Gas, Pupuk Cair Organik PCO). Kulit Sagu digunakan untuk arang dan bahan bakar. Limbah serat dan serbuk Sagu berpotensi sebagai media tanaman jamur merang, budidaya lalat BSF, Pakan ternak itik dan sapi, media budidaya cacing. Limbah Pucuk Batang Sagu dapat dimanfaatkan sebagai media budidaya ulat Sagu. 
 
Dalam Workshop itu juga didapati fakta Biomassa pohon Sagu yang ada dalam Industri Pati Sagu hasil yang terbanyak adalah limbah dengan perbandingan 30:70. Seiring menipisnya bahan bakar Fosil, potensi ini dapat dimanfaatkan untuk pembuat bahan bakar Nabati. Ampas Sagu dapat dijadikan Biomassa dan Pati Sagu dengan kadar Karbohidrat tinggi bisa dijadikan Biofuel-Biodiesel.
 
Dengan pemanfaatan limbah Sagu ini secara otomatis dapat menyesaikan masalah yang selama ini terjadi saat produksi Sagu. Selama ini limbah Sagu dalam jumlah besar mencemari lingkungan di sekitar Industri karena dibuang kesungai dan laut hal ini dapat menyebabkan terganggunya ekosistem serta menurunya daya dukung alam terhadap kehidupan.
 
Pemanfaatannya dapat dilakukan Pertama dengan membuat pertanian terpadu agribisnis berbasis limbah Sagu yang berdasarkan kearifan lokal karena ramah lingkungan dan berkelanjutan. Kedua agrobisnis berbasis limbah organik. Jika Agribisnis berbasis limbah ini dilaksanakan maka Indonesia mampu menjadi eksportir Jamur Sagu terbesar didunia, eksportir pakan ternak terbesar didunia, eksportir tepung cacing terbesar didunia, eksportir pupuk organik, serta menjadi negara pertanian organik terbesar didunia, dan tidak perlu mengimpor ternak sapi dan itik. (R16)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index