Ikut Forum Bisnis dan Investasi, Bupati Irwan Promosikan Sagu

Ikut Forum Bisnis dan Investasi, Bupati Irwan Promosikan Sagu
JAKARTA (RIAUSKY.COM) – Bupati Kabupaten Kepulauan Meranti Drs. H. Irwan, M.Si mengikuti acara diskusi Forum Bisnis dan Investasi serta Ekspo Potensi Daerah Perbatasan.
 
Kegiatan yang ditaja oleh Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, dalam rangka menarik partisipasi dunia usaha untuk melakukan investasi didaerah perbatasan itu, dilaksanakan di Bhinarawa Room, Gedung Bidakarya, Pancoran, Jakarta, Kamis lalu.
 
Hadir dalam acara itu, Mentri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo, Menteri Pariwisata Dr. Ir. Arief Yahya, Kepala BKPM Tomas Lembong 13 Gubernur dan 41 Bupati Kepala Daerah Perbatasan Se-Indonesia, Akademisi yang terdiri dari Para Rektor, Dekan, Deputy Polhukam, Deputy Kemenko PMK Bidang Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat, Deputy Informasi Geospial Dasar, Deputy Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah Bappenas, Sekjend Kementerian Pendidikan, Para Dirjend Kementrian Terkait dan lainnya.
 
Forum Bisnis dan Investasi serta Ekspo Potensi Daerah Perbatasan yang diikuti oleh Bupati H. Irwan didampingi Kepala Dinas Kehutanan Makmun Murod dan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan H. Herman, bertujuan untuk menyediakan suatu forum pengembangan daerah perbatasan dan menarik partisipasi dunia usaha untuk melakukan investasi didaerah perbatasan. Diharapkan terjadi kesepakatan bisnis antara pemerintah Kabupaten perbatasan dengan pelaku bisnis yang berkomitmen melakukan investasi didaerah perbatasan.
 
Daerah perbatasan sesuai rencanan pembangunan nasional 2014-2019 adalah didaerah perbatasan yang tersebar di 14 Provinsi, 41 Kabupaten dan Kota termasuk didalamnya Kabupaten Meranti. Saat ini potensi SDA didaerah perbatasan sangat berlimpah namun belum tereksplorasi dengan optimal untuk kesejahteraan masyarakat. Pembangunan daerah perbatasan tidak saja dilakukan dengan pendekatan keamanan dan kesejahteraan saja tapi perlu dibangun dengan pendekatan secara inklusif. Pembangunan ekonomi harus dilakukan secara masif, dengan mendorong tumbuhnya investasi didaerah perbatasan sesuai dengan potensi yang dimiliki dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan kearifan lokal.
 
Diharapkan daerah perbatasan menjadi daerah yang maju, dan menjadi pusat pertumbuhan Nasional sejalan dengan tema diskusi mendorong peningkatan investasi perbatasan negara untuk mewujudkan kawasan beranda Indonesia yang aman, maju, sejahtera dan berdaya saing.
 
Narasumber yang dilibatkan adalah pihak yang sangat berkompeten dari Kementerian, Lembaga, Pelaku Bisnis dan Pemerintah Daerah, diantaranya Mentri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo, Menteri Pariwisata Dr. Ir. Arief Yahya, Kepala BKPM Tomas Lembong, Pihak Kementerian Pertanian, Pihak Kemendagri dan lainnya.
 
Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, dalam pemaparannya Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi 5-7 Persen pertahun yang dulunya negara tertinggal telah tumbuh menjadi sebuah kekuatan ekonomi nomor 16 terbesar di dunia, dibanding negara eropa yang pendapatan perkapitanya cukup tinggi masuk kategori negara maju hanya 4 negara yang bisa menjadi anggota G20 dan Indonesia masuk nomor 16. Dan diprediksi tahun 2035 Indonesia akan berada diperingkat 5-8. Karena memiliki lahan tropis nomor 2 didunia, garis pantai nomor dua terpanjang didunia, dan jumlah penduduk nomor 4 terbesar didunia, dan beberapa tahun lagi akan berada pada posisi demografi bonus dimana jumlah angkatan kerja produktif akan mencapai 67 persen. Sementara negara maju saat ini angkatan kerja produktifnya hanya berkisar 35 persen saja.
 
Namun sayangnya masih banyak daerah dan masyarakat yang tertinggal dan miskin, masih banyak perbatasan yang tertinggal apalagi dibandingkan dengan negara tetangga (Singapura, Malaysia).
 
Untuk mengembangkan daerah perbatasan ini diperlukan sinergitas dari semua Kementerian agar desa-desa bisa berkembang. Membangun desa dan daerah perbatasan menurutnya harus dilakukan oleh semua Stakeholders dan tidak bisa dilakukan oleh pemerintah saja tapi harus melibatkan masyarakat desa, pemerintahan desa, dan yang tak kalah penting pelaku dunia usaha.
 
Daerah perbatasan dengan segala potensi yang dimiliki memiliki berbagai potensi untuk dikembangkan, sebut saja sektor perkebunan, sektor pariwisata dan sektor lainnya.
 
Dalam rangka mengesa pembangunan di daerah perbatasan khsusnya di pedesaan kedepan pemerintan pusat telah menaikan dana desa dari awalnya 20.8 T menjadi 46.8 T ditahun 2016 dan rencananya akan dinaikan lagi menjadi 68 T tahun 2017 mendatang. Kenaikan 20 Miliar itu disebutkan Eko Putro, akan dialokasikan untuk pembangunan Imbung karena jika tidak ada air maka untuk pengembangan desa di daerah perbatasan akan sangat menyulitkan salah satunya untuk pengembangan pertanian.
 
Sementara itu Menteri Pariwisata Dr. Ir. Arief Yahya menyebutkan, daerah perbatasan sangat berpotensi untuk pengembangan sektor pariwisata karena dapat mencibtakan lapangan kerja murah dan mudah, dan memberikan dampak ekonomi langsung kepada masyarakat. Untuk itu ia mengajak Kepala Daerah yang berada didaerah perbatasan dapat mengembangkan potensi ini dalam rangka meningkatkan taraf ekonomi masyarakat dan menjadikan daerah perbatasan menjadi halaman depan NKRI yang maju dan sejahtera serta memiliki daya saing yang unggul.
 
Sementara Bupati Kabupaten Kepulauan Meranti didampingi Kadis Kehutanan Murod yang mendapat kesempatan sebagai pembicara, mengungkapkan untuk pengembangan daerah perbatasan di Kabupaten Meranti, mengawali dengan menjelasakan letak Kabupaten Meranti yang sangat strategis, berhadapan langsung dengan negara tetangga Malaysia yang hanya berjarak 94 KM saja. Letak Meranti yang strategis ini sangat menguntungkan dalam hal pemasaran. Namun sayangnya karena keterbatasan infrastruktur dan teknologi yang dimiliki. Sebagian besar potensi Meranti khususnya Sagu, baru bisa dipasarkan disektor Hulu atau bahan baku sehingga belum membeeikan nilai tambah yang besar bagi daerah dan masyarakat Meranti. 
 
“Kita contohkan Sagu, saat ini kita hanya bisa memasarkan bahan baku, padahal jika terdapat industri hilir dan teknologi, potensi ini bisa kita oleh menjadi gula cair, tepung, mie dan turunan lainnya yang memiliki nilai ekonomi tinggi,” ujar Murod.
 
Saat ini untuk pengembangan Meranti dengan potensi Sagunya, diperlukan adanya industri Hilir untuk mendorong pengolahan turunan Sagu. Selain itu dukungan pembangunan infrastruktur jalan, jembatan juga perlu dilakukan untuk membuka isolasi dan akses daerah sehingga pemasaran berbagai produk pertanian khususnya Sagu dapat dengan mudah dilakukan.
 
Lebih jauh dijelaskan Murod, potensi kebun Sagu di Meranti mencapai 60 Ribu Ha, dan Sagu yang dihasilkan adalah Sagu berkwalitas premium yang digunakan untuk mencukupi 90 Persen kebutuhan Sagu Nasional. “Ini merupakan potensi investasi yang sangat menjanjikan, bersama ini kami mengundang semua investor yang berminat untuk datang ke Meranti,” ujarnya.
 
Selain itu potensi Sagu juga dapat diolah untuk menghasilkan gula cair dan kering. Potensi lainnya limbah sagu yang dapat dijadikan Pakan ternak Sapi, jika mampu dimanfaatkan maka dapat memberi pakan ternak sapi hingga 20 ribu ekor. Kulit batang sagu juga dapat dimanfaatkan menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa yang mampu menghasilkan daya seebesar 10 MW.
 
Tambah Murod, dihadapan seluruh hadirin yang hadir, Meranti juga memiliki potensi Kopi yang sedikit berbeda dengan daerah lainnya, biasanya kopi dihasilkan didataran tinggi, tapi di Meranti justru ditanam didataran rendah seluas 1200 Ha. Meski begitu dari hasil kajian para ahli kopi Meranti bernilai ekselent. Namun sayangnya Kopi Meranti masih dijual dalam bentuk beras di Malaysia. “Hal ini sangat disayangkan, jika ada investor yang ingin mengembangkannya silahkan ke Meranti,” ajak Murod sekali lagi.
 
Meranti yang notabene merupakan wilayah kepulauan yang dikelilingi lautan, juga memiliki potensi perikanan, pertambangan Migas dan Timah. Selain itu juga potensi investasi 9 Juta Karet/Tahun, yang belum belum ada Industri Hilirnya. Potensi Kelapa 1 juta lebih/bulan juga perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah pusat. “Semuanya mesti dapat perhatian serius yang diwujudkan melalui dukungan infrastruktur dan teknologi, kami harap Kementerian Desa dan lainnya dapat memperhatikan,” harap Murod. (R16)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index