Bangun Sinergi Pemerintah dan Masjid

Menyulap Masjid Paripurna Menjadi Pusat Pemberdayaan Peran Masyarakat

Menyulap Masjid Paripurna Menjadi Pusat Pemberdayaan Peran Masyarakat
Camat Limapuluh, Akmalwadi
PEKANBARU (RIAUSKY.COM) - Menciptakan masyarakat Pekanbaru yang Madani adalah bagian yang sangat penting bagi seluruh jajaran pemerintahan di Kota Pekanbaru, tak terkecuali bagi masyarakat Jajaran Kecamatan di Kecamatan Limapuluh.
 
Kondisi demografis masyarakatnya yang tersebar merata dengan pusat pertumbuhan ekonomi yang juga tak sama menyebabkan butuh banyak sinergi antar pihak untuk bisa mewujudkannya.
 
Membangun masyarakat dengan yang madani bukan berarti menjadikan segala kebijakan menjadi sangat religis, melainkan bagaimana menjadikan masjid dan pusat-pusat kegiatan keagamaan bisa menjadi sarana untuk membangkitkan potensi yang ada di tengah masyarakat.
 
Berawal dari program pemerintah Kota Pekanbaru memberdayakan masjid-masjid paripurna, dari sanalah Pemerintah Kecamatan Limapuluh mulai menata sebuah ekosistem kemasyarakatan baru yang diharapkan bukan saja menjadi lebih taat dalam bidang keagamaan, nam un juga mampu menjadi pusat kegiatan publik yang yang terintegrasi menjadi program pemberdayaan masyarakat.
 
Penetapan masjid Abidin di Jalan Sutomo Pekanbaru sebagai Masjid Paripurna di Kecamatan Limapuluh ternyata mampu menjadi cikal bakal dari pemberdayaan tersebut.
 
Penetapan masjid tersebut, sebagai masjid paripurna  dikatakan Camat Limapuluh, Akmalwadi, didampingi Sekcam, memiliki peranan besar dalam membangun ekosistem masjid yang integratif seperti yang terjadi saat ini.
 
 
Wali Kota Pekanbaru Firdaus ST MT Foto bersama jamaah masjid Abidin, Kecamatan limapuluh.
 
Masjid tersebut tidak hanya dibangun sebagai sarana peribadatan dengan sarana seperti luas bangunan, masjid yang lebih besar, namun lebih jauh kini hadir sebagai sebuah lokomotif baru dari pembangunan masjid berwawasan kemsyarakatan.
 
Akmalwadi mencontohkan bagaimana dulu, sulitnya mencari qori dan qoriah yang akan dipersiapkan mengikuti perlombaan setingkat MTQ antar kecamatan di Pekanbaru.
 
''Ya, kadang kita ikut menyayangkan. Bagaimana mungkin, dengan daerah yang mempunyai jumlah populasi umat muslim yang banyak, setiap hendak melaksanakan MTQ, harus mendatangkan atau membajak peserta dari luar kecamatan. Tapi, itulah yang terjadi,'' kata Akmalwadi.
 
Dengan kehadiran masjid paripurna, yang salah satu infrastruktur pendukung wajibnya adalah memiliki sarana pendidikan Alquran setingkat Madrasah Diniyah Awaliyan (MDA), secara perlahan kendala tentang minimnya jumlah anak-anak yang siap ikut berlomba pada ajang MTQ, baik untuk tilawah, hafiz, tartil sudah bisa tersedia.
 
''Kadang kan kita malu, hari ini, ada qori yang hari ini memperkuat Limapuluh, besoknya malah memperkuat kecamatan lain, karena orientasinya adalah menjadi juara. Pemahaman tersebut menjadi hal yang salah,'' kata Akmal.
 
Mengapa tidak, anak-anak yang di didik di MDA atau PDTA diberdayakan untuk bisa menjadi anak-anak yang akan memperkuat Limapuluh dalam berbagai perlombaan, termasuk diantaranya saat mengikuti MTQ.
 
Dengan 10 MDA atau PDTA yang ada di Kecamatan Limapuluh, disebutkan Akmalwadi, idealnya, ada banyak bibit qori dan qoriah yang bisa dipersiapkan, karena memiliki unit pembinaan yang cukup.
 
Penunjukan Masjid Abidin sebagai Masjid Paripurna setidaknya bisa memberikan wadah pencerahan baru tentang ekosistem kehidupan masyarakat madani yang hendak diciptakan oleh pemerintah daerah.
 
Di Masjid ini, dijelaskan Akmal Wadi, ekosistem masjid berbasis kemasyarakatan benar-benar tumbuh. Bukan saja dalam pengelolaan aktivitas peribadatan, namun juga pendidikan, ekonomi, sosial.
 
Di masjid ini, setidaknya, saat ini, ada 300 an anak-anak usia sekolah yang dididik secara gratis di MDA atau PDTA.
 
Pengelolanya tidak mengenakan biaya kepada anak-anak tersebut. Apalagi bagi anak-anak dari keluarga tak mampu.
 
Anak-anak tersebut dididik dari sumber-sumber keuangan lain yang diberikan oleh jamaah secara rutin. ''Memang, masjid Abidin ini mempunyai pengurus yang secara perekonomiannya kuat. Sehingga mereka bisa membiayai aktivitas pendidikan anak, tanpa harus membebani masyarakat, maupun pemerintah daerah,'' kata Akmalwadi.
 
''Mereka juga kini mulai mengarah pada pemberdayaan peran koperasi yang ditujukan pada pemberdayaan ekonomi masjid,'' ungkapnya.
 
''Baru-baru ini mereka dirikan koperasi syariah, dimana, banyak usaha anggota juga bisa ditampung dan bisa membangkitkan ekonomi mereka. Alhamdulillah, kini sudah mulai berjalan. Prinsipnya maju bersama. Koperasinya jenis seba usaha,'' kata dia.
 
Selama ini, asumsi yang muncul di tengah masyarakat itu kan koperasi itu cuma berbentuk simpan pinjam permodalan. Dengan koperasi syariah yang didirikan, banyak hasil usaha anggota yang bisa dikelola dan menjadi sumber pendapatan baru  bagi masjid.
 
Hanya saja, diakui oleh Akmalwadi, memang tidak semua masjid memiliki pelauang bisa tumbuh menjadi Masjid paripurna yang mandiri yang bisa menjadi lokomotif dari permbangunan masyarakat madani di tengah masyarakat.
 
Karena, ada kenyataannya, tidak semua masjid bisa memiliki jamaah yang secara ekonomi berdaya dan tidak semua juga masjid bisa memanfaatkan potensi tersebut untuk memakmurkan masyarakat.
 
Namun, disanalah, menurut Akmalwadi, idealnya para imam-imam masjid paripurna berperan.
 
''Saya kurang sependapat kalau Imam Paripurna hanya diasumsikan berperan sebagai imam di masjid paripurna. Imam paripurna adalah mereka yang mempunyai tugas berat bagaimana membangun ekosistem masjid yang baik dan berdaya,'' imbuh camat.
 
Karena itulah, sambung dia, imam masjid paripurna harus bergerak dari satu masjid ke masjid lainnya, membangun kesadaran masyarakat untuk meningkatkan pastisipasi dalam membangun ekosistem masjid yang bisa menjadi medan dalam membangun masyarakat yang agamis, berdaya secara sosial dan perekonomian juga pendidikan.
 
Untuk imam masjid Paripurna di Limapuluh sendiri, dikatakan Akmalwadi, saat ini, pemerintah sendiri lebih berperan dalam upaya pemberdayaan peran dan penyediaan infrastruktur dasar saja. Salah satu yang kini sedang dipersiapkan adalah bagaimana Imam Masjid Paripurna  bisa memiliki tempat tinggal yang tetap di Kecamatan Limapuluh.
 
''Kita berharap, ilmu apa yang ada di Masjid Paripurna Abidin, bisa juga diterapkan di masjid-masjid lain di Limapuluh,'' kata dia.
 
Memang, menciptakan hal tersebut tidak mudah. Tidak banyak masjid  yang punya supporting pembiayaan yang kuat.
 
Namun, dengan kerangka kerja yang dibangun, lewat Madrasah Diniyah Awaliyah yang biayanya digratiskan, sarana belajarnya memadai, ataupun dengan membangun koperasi serba usaha (KSU), idealnya, keberadaan masjid-masjid lainnya di Pekanbaru juga bisa berjalan seperti di masjid Abidin.
 
Akmalwadi sendiri mengakui kalau hal tersebut bukan hal mudah. Karena, secara riilnya, dia sendiri menyaksikan dan kerap kali dimenjadi sasaran pertanyaan dari masyarakat.
 
''Saya tak menutupi, sampai hari ini, banyak guru agama yang bertanya apakah honor mereka sudah bisa dibayarkan? itu hak mereka, idealnya memang dibayarkan. tapi, belajar dari Masjid Abidin, idealnya, contoh pengelolaan masjid dalam kerangka masjid paripurna bisa menjawab banyak kendala yang kerap muncul beberapa waktu belakangan,'' papar Akmal lagi.
 
''Idealnya, kalau untuk pendidikan anak saja bisa gratis karena masjidnya berdaya, konon lagi dengan para gurunya,'' imbuhnya lagi.
 
Masjid Paripurna secara konsep memiliki sejumlah fasilitas yang dibutuhkan jamaah.
 
Selain ketersediaan ruang ibadah, tempat bersuci, dan ruang khusus memandikan jenazah, masjid paripurna juga dilengkapi dengan Aula, Tempat belajar TPA, ruang penitipan alas kaki, sekretariat, ruang istirahat imam, muadzin dan tenaga kebersihan, hingga ruang konsultasi keluarga sakinah.
 
Selain itu, konsep masjid paripurna yang di gagas oleh Subdit Kemasjidan ini juga memiliki minimarket halal, usaha ekonomis seperti koperasi, perpustakaan, poliklinik, hingga Ambulans dan banyak kegiatan lainnya. (Adv-KecamatanLimaPuluh/Diskominfo)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index