Sediakan Miras, Wanita Penghibur dan Musik Dugem

Wow, Ternyata Banyak Pekerja Seks Komersial di Kebun Sawit Riau

Wow, Ternyata Banyak Pekerja Seks Komersial di Kebun Sawit Riau
Demo HIV AIDS

 

PEKANBARU (RIAUSKY.COM) - Penyakit HIV/AIDS tidak mengenal strata sosial. Golongan sosial kelas tinggi sampai pekerja kuli kasar dapat terkena penyakit mematikan itu. 
 
Namun, justru di kalangan warga kelas bawah, penyakit yang terutama ditularkan lewat hubungan seksual ini, dapat dengan mudah berkembang tanpa pengawasan dari pihak berwenang.
 
“Kami pernah melakukan monitoring dan evaluasi sekaligus sosialisasi di wilayah Kabupaten Rokan Hulu. Lokasinya saya tidak ingat persis, namun berada di tengah-tengah rimbunan pohon kelapa sawit," kata Mareno, Koordinator DKAP Riau, Selasa (10/11) kemarin.
 
DKAP adalah organisasi pemerhati HIV/AIDS yang bekerjasama dengan Palang Merah Indonesia Riau.
 
"Di tempat itu ada sebuah pondok yang berfungsi sebagai kafe, menjual bir dan minuman keras murah. Pemilik cafe memutar musik dengan pengeras suara dan menyediakan wanita penghibur dengan bayaran murah pula," ungkap Moreno. 
 
Menurut Moreno, pelanggan di tempat itu kebanyakan pekerja di perkebunan dan warga sekitar. "Di sana kami menemukan kasus HIV dan AIDS,” ujar Mareno.
 
Meski belum ada penelitian ilmiah, Mareno sangat yakin, perkembangan lahan kelapa sawit yang memenuhi seluruh pelosok Riau, ikut berkontribusi atas menyebarkan virus HIV/AIDS di sana. 
 
Di berbagai perkebunan sawit yang jauh dari domisili penduduk, di negeri Melayu itu, selalu saja ada lokasi prostitusi kecil-kecilan yang memiliki pelanggan tetap dari golongan kelas bawah. 
 
Sehingga, tidak mengherankan jika data Dinas Kesehatan Riau mengungkapkan tidak satupun daerah di Riau, bebas dari penularan penyakit HIV dan AIDS. 
 
Rokan Hulu yang memiliki kafe prostitusi di tengah kebun sawit sejak 1997 sampai Agustus 2015, memiliki 42 orang yang terkena penyakit AIDS. Delapan di antaranya ditemukan pada tahun 2015 ini.
 
Kisah Rozita, pegawai Dinas Kesehatan Riau yang kerap melakukan penyuluhan kesehatan di berbagai lokalisasi di daerah itu pun cukup menarik perhatian. 
 
Dia menemukan adanya pertukaran pekerja seks dari satu tempat ke tempat lain di wilayah Provinsi Riau.
 
“Satu kali saya pergi ke lokalisasi di Tembilahan, Indragiri Hilir. Kami memberikan penyuluhan kepada pekerja seks di sana," ujar Rozita. 
 
"Beberapa bulan kemudian, saya melakukan penyuluhan di lokalisasi Kabupaten Rokan Hilir, ternyata di situ saya bertemu dengan pekerja seks asal Tembilahan. Rupanya sesama germo memiliki kaitan," sambung Rozita.
 
Pekerja seks yang kurang diminati di satu daerah akan ditukar dan dibawa germo lain ke daerah lain dan dianggap sebagai warga baru. "Ini juga bentuk penyebaran HIV/AIDS,” kata Rozita. 
 
Di Kabupaten Rokan Hilir yang merupakan daerah pesisir pantai, pelanggan lokalisasi lebih banyak kalangan nelayan. 
 
Adapun, di lokalisasi pinggir jalan di sepanjang jalan lintas timur Sumatera Riau, pelanggannya lebih banyak kalangan sopir truk.
 
Tidak mengherankan apabila dalam kelompok pekerjaan, petani dan nelayan dijumpai 35 orang yang menderita AIDS. 
 
Pada 2015 ini, kelompok itu memiliki  enam orang penderita baru.  Kalangan sopir, tukang ojek dan tukang parkir menyumbang 31 orang penderita AIDS. (R02)   

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index