PEKANBARU (RIAUSKY.COM)- Bertahun-tahun gagal menerobos perkebunan sawit milik toke dan masyarakat, Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK) melalui Balai Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) akhirnya 'menyerah' dalam upaya mengembalikan fungsi kawasan hutan itu sebagai areal konservasi.
Alih-alih berjuang untuk mengembalikan fungsi kawasan yang selama ini menjadi habitat gajah dan harimau sumatera itu, lembaga pemerintah yang mengurusi masalah hutan itu malah membuat keputusan hanya akan menyelamatkan hutan yang tersisa.
Sikap tersebut diungkapkan Kepala Seksi Pengelolaan Wilayah I Balai Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Taufik Haryadi di Pekanbaru, Jumat (22/12/2017).
"Kawasan hutan itu saat ini berkisar 19.000 hingga 20.000 hektare. Tugas besar kami adalah menyelamatkan hutan tersisa," kata Kepala Seksi Pengelolaan Wilayah I Balai TNTN, Taufiq Haryadi sebagaimana dilansir dari antarariau.
Taufiq menjelaskan kondisi TNTN yang sejatinya memiliki luas 81.000 hektare itu, saat ini cukup memprihatinkan dengan sebagian besar kawasan konservasi itu telah disulap menjadi lahan terbuka serta perkebunan sawit.
Sementara ribuan kepala keluarga menetap dan berkebun di kawasan hutan lindung itu. Mereka tinggal, berkebun dengan seluruh fasilitas umum seperti sekolah, tempat ibadah, hingga pasar tersedia di kawasan tersebut.
Meski begitu, Taufiq memastikan bahwa dalam dua tahun terakhir, tidak ada lagi aktivitas pengrusakan kawasan hutan atau pembukaan areal perkebunan baru di TNTN.
Selain itu, guna menangkal aktivitas perambahan hutan tersisa serta perluasan kawasan perkebunan di TNTN, dia mengatakan pihaknya melakukan upaya revitalisasi dengan melibatkan seluruh pihak.
Listrik Indonesia