Harimau Sumatera Bonita Idap Tumor di Bagian Perut, Begini Kondisinya Kata Dokter

Harimau Sumatera Bonita Idap Tumor di Bagian Perut, Begini Kondisinya Kata Dokter
Bonita saat berada di pusat rehabilitasi

PEKANBARU (RIAUSKY.COM) - Ternyata, tumor yang diidap oleh harimau sumatera Bonita tidak memiliki pengaruh terhadap perubahan pola perilaku harimau penerkam dua orang warga Kabupaten Indragiri Hilir tersebut.

Penyakit pasa tubuh Bonita tidak memiliki pengaruh pada psikologis dan perilaku harimau yang sempat menghebohkan masyarakat tersebut.

"Tidak ada, jadi soal tumor dan perubahan pola perilaku itu tidak ada kaitanhya sama sekali," urai dokter hewan yang terlibat dalam penangkapan dan penanganan Bonita selama ini," jelas drh Andita Septiandini seperti dilansir TribunPekanbaru.com, Senin (23/4/2018).

Untuk menganalisa penyakit yang diidapnya, dokter mengirimkan sampel tumor ke laboratorium guna menjalani pemeriksaan dan penelitian medis.

Bonita saat ini sudah berada di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera, di Dharmasraya, Sumatera Barat. Kasus Prilaku Harimau Bonita Bakal Jadi Bahan Penelitian, Ini yang Pertama di Indonesia

Babak baru kehidupan Harimau Sumatera Bonita akan dimulai. Dia akan menjalani proses rehabilitasi dan observasi di lokasi Pusat Rehabilitatasi Harimau Sumatera dibawah naungan Yayasan Arsari Djojohadikusumo di Dharmasraya Sumatera Bonita.

Catrini Praihari Kubontubuh selaku Direktur Eksekutif yayasan tersebut mengungkapkan rasa terimakasihnya atas amanah dan kepercayaan yang diberikan untuk merawat Bonita.

Dipaparkan wanita yang akrab disapa Ari ini, Yayasan Arsari Djojohadikusumo memang fokus menangani masalah Harimau Sumatera. Selain juga menangani masalah hewan-hewan endemik Sumatera lainnya, seperti beruang, rusa, dan lain-lain. Terutama yang menyebabkan konflik dengan manusia.

Pada kasus Bonita, yayasan ini menerjunkan dua orang dokter hewan andalannya. Yakni drH Dita dan drH Deni. "Mereka rela meninggalkan kehidupan normalnya untuk dapat menjemput Bonita," ucap dia, Sabtu (21/4/2018) pagi di kantor BBKSDA Riau.

Ari menyebutkan, pada Bonita memang terhadap perubahan perilaku, berbeda dengan Harimau Sumatera pada umumnya. Seperti tidak takut dengan manusia, keluar pada saat siang hari, dan perilaku tak lazim, yang berbeda dengan harimau lain pada umumnya.

Ari mengaku sudah melihat harimau Bonita. Dia menyebut Bonita tidak mengalami sakit, jika dilihat sekilas dari fisiknya. Tidak ada ditemukan luka.

Bahkan anehnya, Bonita ini juga jarang mengaum, terutama selama perjalanan dievakuasi atau saat transit di Rengat sebelum dibawa ke Dharmasraya.

"Dia hanya sekali mengaum, itu pun tidak keras. Beda sama harimau lainnya. Disenter atau diberi cahaya juga tidak ada reaksi. Dia malah asyik menjilat-jilat kakinya. Dia seperti merasa nyaman," lanjut Ari.

Terkait keanehan dan perubahan perilaku Bonita ini dinyatakan Ari, bisa menjadi sebuah kesempatan penelitian. Karena menurut dia, kasus perubahan perilaku harimau seperti ini baru ada dua di dunia. Diantaranya di Rusia Harimau Siberia dan di India Harimau Bengal. "Di Indonesia baru ini," aku dia.

Diperkirakan penelitian ini akan akan memakan waktu lama. Bisa saja berbulan-bulan, bahkan tahunan.

Sekilas dari hasil penelitian di dua negara itu, perubahan perilaku disebabkan karena kandungan virus yang ada dalam tubuh harimau. Hal Itu bisa saja makanan yang dikonsumsi harimau.

Seperti binatang yang menjadi makanannya, terindikasi mengandung virus. Salah satunya virus canine distemper virus (CDV). Virus ini banyak ditularkan melalui anjing.

Dalam hal ini kemungkinan, bisa saja Bonita terserang virus CDV iti. Apalagi, ada kasus anjing peliharaan warga pernah dimakan oleh harimau di wilayah Pelangiran yang menjadi wilayah jelajah harimau tersebut.

Virus CDV cukup berbahaya. Jika sampai terjangkit, harimau akan mengalami gangguan sifatnya. Pola pikirnya juga menjadi berubah. Namun untuk kepastiannya, pihaknya menunggu hasil penelitian yang pasti.

Untuk saat ini terhadap Bonita, difokuskan untuk menghilangkan efek bius terlebih dahulu. Jika efek bius telah hilang, dan harimau kembali pulih, maka selanjutnya dilakukan serangkaian pemeriksaan kesehatan. Seperti tes darah dan tes medis lainnya. Hasilnya pun baru diketahui 14 hari kemudian.

Seiring waktu, jika perilaku harimau itu kembali pulih, maka tidak tertutup kemungkinan untuk dilepasliarkan ke hutan. Namun, belum bisa dipastikan di lokasi mana harimau ini akan dilepaskan.

Ada beberapa kategori untuk memilih lokasi pelepasliaran harimau. Diantaranya harus dipastikan aman dari ancaman perburuan liar. Selanjutnya tersedianya pakan yang cukup untuk si harimau. (*)

Listrik Indonesia

#Karyawati Tewas Dimangsa Harimau

Index

Berita Lainnya

Index