SALUT...Meski Cuma Tamat SD, 2 Guru Ini Tetap Semangat Mengajar di Pedalaman Riau

SALUT...Meski Cuma Tamat SD, 2 Guru Ini Tetap Semangat Mengajar di Pedalaman Riau

PEKANBARU (RIAUSKY.COM) - Guru sekolah marjinal di komunitas masyarakat suku Talang Mamak di Riau, hanya tamatan SD. Kedua guru itu masih mau menyisahkan waktunya demi masa depan anak-anak di hutan belantara.

Guru tersebut adalah, Syamsiar (30) seorang ibu rumah tangga dan Suin (25) seorang pria. Keduanya sama-sama berasal dari komunitas marjinal suku Talang Mamak. 

Keduanya mengajar di sekolah jarak jauh yang ada di Dusun Datai, Desa Rantau Langsat Kec Siberida Kab Indragiri Hulu (Inhu) Riau. Mereka mengajar di dalam kawasan hutan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT) yang berbatasan dengan Jambi.

"Kedua guru ini tetap semangat untuk mengajari anak-anak suku pedalaman itu. Walau mereka hanya tamatan SD," kata Helen Lucen Silalahi (30) aktivis WARSI yang berpusat di Jambi dalam memberikan advokasi pendidikan di Talang Mamak seperti dilansir detikcom, Rabu (2/5/2018).

Andai saja mereka tak memberikan secuil ilmunya buat anak-anak komunitasnya , mungkin anak suku Talang Mamak tidak akan pernah mengenal baca tulis hitung (BTH). SD jarak jauh yang mereka ajar ini, jumlah siswanya 50 orang. Walau demikian, yang masuk tiap hari untuk belajar hanya antara 15 sampai 20 orang. Sisanya, kadang mesti ikut orang tuanya berladang.

Kedua guru, Syamsiar dan Suin setiap pagi pukul 07.30 WIB hingga pukul 10.30 WIB menularkan ilmu yang ada buat anak-anak. Kendati tingkat pendidikan mereka terbatas, namun WARSI memberikan pelatihan buat keduanya.

Kadang, kedua guru ini saat libur sekolah, diboyong ke Jambi oleh WARSI. Mereka dibekali bagaimana cara menerapkan kurikulum, menerapkan sistem belajar mengajar. Semua itu demi peningkatan mutu pendidikan bagi komunitas anak suku terasing di Riau.

"Karena mereka ini hanya mengenyam tamatan SD, kita selalu memberikan pelatihan buat keduanya," kata Helen.

Idealnya, sekalipun SD yang ada di taman nasional itu merupakan sekolah jarak jauh, mestinya diisi guru yang standar atau guru dari SD induknya. Persoalannya, tidak ada guru yang bisa mengajar dari SD induknya yang bisa menyisahkan waktunya saban hari di sana.

Ini karena jarak tempuh menuju Dusun Datai, dari pusat desa memakan waktu 5 jam dengan sepeda motor. Kondisi itulah, yang menyebabkan tidak ada guru yang bisa menyisahkan waktunya untuk memberikan pelajaran pada sekolah jarak jauh itu.

"Terlalu jauh memang, harus makan waktu 5 jam pakai motor. Hal itu tidak memungkinkan hadirnya guru ke sekolah itu. Dan tidak ada juga guru yang mau tinggal di pemukiman Talang Mamak," kata Helen.

Bersyukurlah, masih ada komunitas dari Talang Mamak yang tamatan SD. Berbekal ilmu seadanya, guru Syamsiar dan Suin masih mau memberikan pengalamannya untuk dunia pendidikan di sana.

"Kadang beberapa bulan sekali, ada juga guru dari SD induknya menyempatkan mengajar di sana. Seingat saya sejak tahun 2018 ini, baru sekali guru dari SD induknya mengajar di sana," tutup Helen. (*)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index