APES DAH...Polisi Tangkap Maling Amplifier Masjid, Ehhh Ternyata Saudara Sendiri

APES DAH...Polisi Tangkap Maling Amplifier Masjid, Ehhh Ternyata Saudara Sendiri
Herli Febrianto (kanan) saat ditemui awak media. Foto via prokal

RIAUSKY.COM - Seorang polisi menangkap maling amplifier masjid yang ternyata keluarganya sendiri. Kini, maling itu telah dijebloskan ke tahanan Polsek Samarinda Kota, Kalimantan Timur untuk menjalani proses hukum.

Pelaku pencurian itu bernama Herli Febrianto. Ia berjalan pelan sembari mengendap-endap memasuki pintu belakang Musala Darussalam, Jalan Otto Iskandardinata, Gang 12, RT 21, Kelurahan Sidodamai, Kecamatan Samarinda Ilir.

Tempat ibadah yang jaraknya hanya 20 meter dari pintu rumahnya itu jadi sasaran Herli. Ia sendiri pernah menjadi marbut cukup lama di musala tersebut.
Namun aksinya terbongkar oleh keluarganya yang berprofesi sebagai polisi.

Ditemui di depan jeruji besi, pemuda yang akrab disapa Febri itu menjelaskan, dirinya diringkus polisi saat hendak keluar dari kediamannya.

“Saya dipanggil sama keluarga saya (polisi), habis itu dibawa ke sini (Polsek Samarinda Kota),” ujar Herli kemarin seperti dilansir Pojoksatu.id.

Diceritakan Febri, saat menjarah tempat ibadah yang jaraknya sangat dekat dengan kediamannya itu, pemuda bertubuh kurus dengan rambut pendek ikal itu mengaku masuk dari belakang.

Saat berada di dalam musala, dia nyaris tak melihat apa-apa lantaran kondisi musala yang gelap. Namun, pemuda yang pernah berjaga lama di sana itu hafal benar letak keberadaan peralatan musala. Mulai amplifier, microphone, earphone, serta digital video disc (DVD), aki, serta mixer.

Barang itu sempat dibawanya ke rumah, menggunakan ransel yang memang sudah disiapkan sebelum beraksi. Setelah sempat disimpan semalam di rumah, dia lantas berusaha menjual hasil curiannya itu. Bukan orang jauh, melainkan ke tetangganya. “Pokoknya total semua barang Rp 700 ribu,” sebutnya.

Nah, sebagian uang hasil penjualan dipergunakan untuk makan, sementara sisanya untuk berjudi di warung internet (warnet). Tetangga yang merupakan tempat Febri menjual, akhirnya bercerita kepada warga sekitar, dan sampailah ke telinga saudara pelaku, seorang polisi.

Padahal, beberapa jam sebelum menjarah musala, dia sempat diingatkan ibunya. “Jangan sampai mencuri,” ujarnya menirukan perkataan orangtuanya.

Diungkapkan Febri, sebelum aksinya terungkap, tak ada closed circuit television (CCTV) yang terpasang.

Nasib Febri masih beruntung. Ia tak seperti nasib Muhammad Al Zahra (30) alias Joya, warga Desa Cikarang Kota, Kabupaten Bekasi, yang tewas dibakar massa Agustus 2017 silam. Joya dituduh mencuri di sebuah masjid, hingga akhirnya amarah warga memuncak.

Diungkapkan Febri, dia terpaksa beraksi di musala tempatnya tinggal karena tidak memiliki uang untuk main judi. “Sudah enggak kerja, dan lagi pengin judi poker di internet,” tukasnya. 

Kanit Reskrim Polsek Samarinda Kota Ipda Purwanto menjelaskan, statusnya masih tahanan titipan. “Anggota masih ingin mengembangkan kasusnya, siapa tahu ada TKP lain,” singkat perwira balok satu tersebut. (*)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index