Alamak, Harga TBS Sawit di Riau Turun Lagi

Alamak, Harga TBS Sawit di Riau Turun Lagi
Para pekerja di pabrik kelapa sawit

PEKANBARU (RIAUSKY.COM) - Situasi ekonomi makin tak menentu, setelah rupiah mengalami pelemahan beberapa waktu belakangan, harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit pun mengalami hal yang sama.

Pekan ini, berdasarkan hasil rapat Tim Penetapan Harga Dinas Perkebunan Riau harga TBS sawit mengalami penurunan sebesar Rp 146,47 per kilogramnya.

Secara rinci, untuk periode periode 2-8 September 2015 yakni harga sawit umur 3 tahun Rp747,47 per Kg, umur 4 tahun Rp852,95 per Kg, umur 5 tahun Rp923,54 per Kg, umur 6 tahun Rp954,45 per Kg, umur 7 tahun Rp996,81 per Kg, umur 8 tahun Rp1.032,51 per Kg, umur 9 tahun Rp1.070,07 per Kg, umur 10 tahun keatas Rp1.104.44 per Kg.

Menurut Sekretaris tim HTBS Sawit Riau, Rusdi penurunan ini diakibat salah satunya karena pasar berjangka CPO di bursa komoditas Malaysia pada perdagangan hari Kamis dan Jumat (27-28/8) lalu mengalami peningkatan yang cukup tajam.

Harga CPO di bursa Malaysia melejit hingga nyaris kembali ke atas 2.000 ringgit per ton didorong oleh lonjakan yang dialami oleh harga minyak mentah sejak perdagangan Kamis kemarin.

“Komoditas ini melejit kencang karena kenaikan harga minyak mentah yang mengakibatkan para pembeli kembali melirik sumber daya alternatif berupa biofuel. CPO sendiri merupakan salah satu komoditas yang dipergunakan secara luas sebagai bahan baku biofuel,” katanya.

Sebelumnya, tambah Rusdy, harga CPO sempat terpukul dan mengalami penurunan tajam dan mencapai ke bawah 2.000 Ringgit per ton. Kekhawatiran mengenai penurunan permintaan dari Tiongkok menjadi penyebab penurunan harga komoditas tersebut. Potensi terjadinya perang mata uang global turut menurunkan minat pembelian terhadap komoditas.

Sebelumnya Plt gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman didesak untuk segera berkoordinasi dengan pemerintah pusat guna menyelesaikan persoalan anjloknya harga sawit dan karet di Riau.

“Segeralah dikoordinasikan dengan pusat. Jangan sibuk ngurus disharmonisasi dengan Sekdaprov aja, sibuk ngurusin Pilkada, perhatikanlah masyarakat di bawah,” kata Husni Tamrin, Anggota DPRD Riau.

Politisi asal Pelalawan ini menyebut, di Pelalawan saja, banyak petani yang mengeluhkan hasil taninya yang penjualannya semakin anjlok. Jika hal ini tidak diatasi segera, tingkat kriminalitas di Pelalawan bisa meningkat.

Ketua Fraksi Gerindra Sejahtera DPRD Riau ini tidak bisa membayangkan jika hal ini masih terjadi satu bulan ke depan. Apalagi sebutnya, bertani merupakan mata pencaharian utama masyarakat Pelalawan.

Pungutan Pengaruhi Anjloknya Sawit
Turunnya harga TBS Sawit ini ternyata tidak hanya dipengaruhi oleh melambatnya ekonomi dunia. Juga tidak hanya soal membanjirnya minyak nabati dari kedelai dan bunga matahari. Tapi dikemukakan juga adanya faktor besarnya pajak ekspor CPO dan pungutan CPO fund dari pemerintah serta lemahnya industri hilir produk sawit Indonesia.

Menurut CEO PT Septa Grup, Ahmi Septari yang salah satu usahanya bergerak dibidang pengolahan Kelapa Sawit (diantaranya pabrik kelapa sawit), penerapan pajak ekspor CPO itu mengalami kenaikan sampai 30 persen.

"Dalam skala tertentu tambah lagi biaya pungutan yang namanya CPO fund," kata Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) DPD Riau ini.

Selain itu, disebutkan Ahmi, dalam dunia ekonomi memang dasarnya adalah Demand and Suplay. Saat ini suply bahan baku Crude Oil Palm (CPO) melimpah sehingga harna turun. Menurut Ahmi permintaan CPO di dunia internasional juga berkurang karena krisis internasional yang melanda Amerika dan Eropa.

"Pangsa pasar di Jepang, Eropa dan India sedang tidak bagus. Tapi petani harus sabar karena harga sawit ini selalu fluktuatif. Saya yakin itu dari pengalaman yang sudah-sudah," kata Ahmi. (R02)
 

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index