Tahu gak, di Masa Jadulnya, Riau Juga punya Kereta Api Loh, Ini buktinya...

Tahu gak, di Masa Jadulnya, Riau Juga punya Kereta Api Loh, Ini buktinya...
Kondisi lokomotif kereta api bersejarah di lupakan belanda.
PEKANBARU (RIAUSKY.COM)- Pemerintah Republik Indonesia (RI) saat ini tak hanya berencana membangun jalan trans Sumatera. Namun juga jalur perlintasan kereta api yang akan menghubungkan beberapa provinsi di pulau Sumatera. 
 
Pun begitu, tahukah kamu, kalau sebenarnya, jauh-jauh hari sebelum Indonesia merdeka, di Riau sudah pernah ada moda transportasi darat bernama kereta api itu. 
 
Ceritanya begini. Sebelum Perang Dunia II, pemerintah kolonial Belanda telah membuat rencana pembangunan jaringan jalan rel kereta api yang menghubungkan pantai timur dan pantai barat Sumatera, yang akhirnya akan meliputi seluruh pulau Sumatera. Jalur Muaro ke Pekanbaru adalah bagian dari rencana itu. 
 
Dilansir dari Riaudaily, hambatan yang dihadapi memang begitu berat, banyak terowongan, hutan-hutan dan sungai serta harus banyak membangun jembatan. Karena belum dianggap layak, rencana itu tersimpan saja di arsip Nederlands-Indische Staatsspoorwegen (Perusahaan Negara Kereta Api Hindia Belanda).
 
Namun, ketika Jepang menduduki Indonesia pada 1942, Jepang mengetahui rencana Kolonial Belanda. Penguasa militer Jepang melihatnya sebagai jalan keluar persoalan yang mereka hadapi. Pembangunan rel yang menghubungkan Sumatera Barat dan pantai timur Sumatera akan membuat jalur transportasi yang menghindari Padang dan Samudera India yang dijaga ketat kapal perang Sekutu. Jalan kereta api baru itu akan memperluas jaringan Staatsspoorwegen te Sumatra’s Weskust (SSS) sepanjang 215 kilometer ke pelabuhan Pekanbaru. Dari sana, melalui Sungai Siak akan mudah mencapai Selat Melaka.
 
Proses pembangunan jalur kereta api dimulai September 1943 dengan mempekerjakan  Para Romusha. Tapi sebagian romusha dan tawanan perang tidak pernah sampai ke Pekanbaru. Banyak yang terbunuh ketika kapal yang mereka tumpangi tenggelam terkena torpedo Sekutu. 
 
Sementara sebagian lainnya minggal karena kurang makan, penyakit dan perlakuan buruk. Tapi, akhinya, Rel ini selesai pada 15 Agustus 1945, bersamaan dengan penyerahan Jepang pada Sekutu. 
 
Jalan kereta api ini tidak pernah digunakan untuk tujuannya semula, membawa batubara dari Sawah Lunto, Sumatera barat, ke Pekanbaru. Kereta api yang melalui jalan rel ini hanya kereta api pengangkut tawanan perang yang telah dibebaskan. Tidak lama setelah itu jalan rel ini ditinggalkan begitu saja. 
                      
Bagia anda yang tinggal di sekitar Kecamatan Marpoyan Damai kini, atau Bukitraya dulunya, bukti sejarah bisa ditemukan di Monumen Lokomotif  dan Tugu Pahlawan Kerja. 
 
Tugu dan monumen ini diresmikan  pada tanggal 17 Agustus 1958 sebagai bentuk dari penghormatan bagi para pekerja pembuatan jalur kereta api, sekaligus sebagai bukti kalau di Pekanbaru memang pernah ada sejarah perkeretaapian. Sebuah lokomotif berwarna hitam khas kereta api lama, terlihat tegak kokoh.
 
Lokomotif hitam bernomor C 3322 yang menjadi saksi bisu bahwa memang pernah ada kereta api di Riau, selain itu di sekitar lokomotif terdapat relief kekejaman jepang terhadap para pekerja paksa (romusha) dan juga relief peta rel kereta api Pekanbaru-Muaro Suijunjung.
 
Tak hanya di Pekanbaru, jejak keberadaan kereta api juga bisa dilihat  Di Desa Lipat Kain Selatan Kecamatan Kampar Kiri. Kini, lokomotif yang ada di Lipat kain ini berada di sekitar jalan akses masuk menuju  PT. Ganda.
                     
Kondisinya mungkin kini sudah sangat memprihatinkan, karena bukan saja sudah uzur,berkarat dan dipenuhi lumut, namun juga beberapa bagian dari lokomotif tersebut telah lenyap.
 
Jalur kereta api di Lipat kain ini, sebenarnya mengikuti alur menuju Koto baru Singingi Hilir, kabupaten Kuansing saat ini. Sayangnya, jejak perkeretaapian di sana tidak lagi terlihat karena sudah dibongkar oleh pemerintah RI pada tahun 1970-an. Padahal, di daerah inilah dulunya, lokasi dari stasiun perhentian kereta api besar di wilayah Indragiri yang berlanjut ke arah Desa Petai di gugusan hutan Rimbang Baling. 
 
Nah, bagi anda yng punya hobi tracker atau melintas hutan, maka di dalam kawasan hutan suaka ini masih bisa ditemukan rel kereta yang oleh pakar kereta api Belanda, Gerard Willem de Graaf, dari The Nederlands Smallspoor Museum disebutkan dibangun oleh Jepang.
 
Dari sinilah, selanjutnya, disebutkan sempat terbangun jalur kereta menuju Sijunjung, yang awalnya ditujukan untuk mengangkut hasil tambang berupa batubara.(R01/RD)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index