Koalisi PSDA Riau Klaim 2.500 Hotspot

Konsesi HTI Dominasi kebakaran Lahan 2015

Konsesi HTI Dominasi kebakaran Lahan 2015
PEKANBARU (RIAUSKY.COM)- Koalisi Penyelamat Sumber Daya Alam (KPSDA) mengklaim data lebih dari setengah kasus kebakaran hutan dan lahan terjadi di areal konsesi perusahaan pengelola HTI. Sepanjang tahun 2015 pun, peristiwa tersebut kembali terulang lagi. 
 
Beberapa areal konsesi yang terbakar, disebutkan Made Ali diantaranya adalah, milik PT Arara Abadi di arah Buton, kabupaten Siak, PT Sumatera Riang Lestari di rupat serta PT Ruas Utama jaya di Rokan Hilir. 
 
''Itu beberapa saja, dan itu terdeteksi oleh satelit Terra dan Aqua dengan tingkat ketepatan data hotspot berkisar 70 persen. Tapi, setelah kita tracking, ternyata, datanya tidak meleset. Memang terjadi kebakaran di areal perusahaan-perusahaan tersebut,'' ungkap Made Ali didampingi Komat dari Jikalahari.
 
Dijelaskan, mereka, dari 5.859 hotspot yang ditemukan, sekitar 2.500 berada di HTI, 288 hektare di areal Hak Guna usaha, 586 titik di areal konservasi, kawasan hutan lindung, suaka marga satwa,  serta beberapa lokasi lainnya. 
 
DI areal SRL di daerah Bengkalis, dijelaskan lagi, setidaknya terekam ada 61 hotspot dengan luasan sekitar 1.500 hektare. Selanjutnya Ruas Utama Jaya seluas 1.000 hektare serta Arara Abadi seluar berkisar 20-30 hektare. Data tersebut belum termasuk kawasan HTI lainnya yang luasnya juga tak kalah besar dan banyak.
 
Kebakaran terbesar, disebutkan Komat, umumnya terjadi pada periode Idul Fitri lalu, dimana saat itu menjadi puncak dari kebakaran hutan dan lahan di Riau. 
 
Lantas, mengapa kondisi tersebut bisa terjadi? Koalisi mengklaim kalau hal tersebut tewrjadi dikarenakan banyak faktor. Okupasi lahan, kelalaian pengelola lahan dalam mengantisipasi kebakaran serta kerusakan ekosistem. 
 
Hanya saja, diakui Muslim Rasyid, Dinamisator koalisi, walau menjadi bencana tahunan, kerusakan lahan di Riau tidak terlepas dari lemah dan kecilnya partisipasi serta dukungan pemerintah dalam mengantisipasi penyebab kebakaran hutan dan lahan tersebut serta komitmen penindakan.
 
Seperti halnya Sumatera Riang Lestari dan Ruas Utama Jaya, sebelumnya juga ditemukan kebakaran lahan. Walau terbukti, namun, belum ada penindakan, akhirnya, kembali kebakaran lahan terulang lagi. 
 
''Mungkin akan berbeda dengan Nasional Sago Lestari yang sebelumnya dipenuhi hotspot, tapi setelah diproses hukum, akhirnya tahun ini hotspotnya berkurang drastis. Atau jatim Jaya perkasa yang saat ini nihil hotspot,'' ungkap Made. 
 
Dalam diskusi bertema Media Briefing ini, sejumlah usulan pun meluncur, termasuk perihal secara bersama-sama menekan kepedulian pemerintah dalam mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan. 
 
Kadang, banyak pihak berpikir, permasalahannya terletak pada kebakaran lahan. Padahal, yang harusnya terpikirkan adalah apa yang terjadi setelah kebakaran lahan tersebut. Tampak hadir sejumlah aktivis lingkungan pada acara ini, seperti WWF,  Walhi, Jikalahari, Yayasan Elang, Telapak, Mitra Insani, Fitra, juga beberapa pihak yang concern dengan persoalan kebakaran hutan dan lahan saat ini. (R05) 
 
 

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index