Ketika Swastanisasi Sampah tak Lagi Libatkan Peran

Truk Hanya Ada di Jalan Besar, Sampah di Pemukiman tak Terangkut

Truk Hanya Ada di Jalan Besar, Sampah di Pemukiman tak Terangkut
truk sampah mengangkut sampah di salah satu sudut pemukiman warga.

PEKANBARU (RIAUSKY.COM) - Enam  kantong goni menumpuk di depan rumahnya, aroma busuk yang dikeluarkannya membuat sang penghuni rumah tidak nyaman. Rahmat (21) dibuat bingung, ia dan 5 orang lain rekannya penghuni rumah kontrakan terlihat resah karena sampah didepan teras tak kunjung diangkut.

Melalui gang selebar sekitar satu meter, www.riausky.com bertamu ke rumah Rahmad yang terletak di Jalan Ikhlas, Kelurahan Labuh Barat, Kecamatan Payung Sekaki Pekanbaru. 
 
"Bang, sekarang kami bingung mau buang sampah, disini ndak ada TPS, tukang gerobak yang biasanya sekali seminggu mengangkut sampah juga tak kunjung kesini. Atau dibakar saja mungkin ya sampahnya? Tapi kami kemarin ada yang mungut uang sampahnya," ungkapnya sembari mengkerenyutkan keningnya.
 
Swastanisasi sampah, tak serta - merta menyulap 'kota Bertuah' bersih dari tumpukan sampah. Banyak yang melihat hal ini menimbulkan masalah baru.
 
"Kalau nunggu mobil pengangkut sampah, ndak lewat sini do, lewatnya di jalan Nagka (Tuanku Tambusai, red) saja. Tak mungkinlah awak tarok sampah ni di depan ruko orang disana, marah orang tu nanti. Apakah ruko-ruko saja sekarang yang diangkut sampahnya sekarang bang? kita kan bayar juga," tanya Rahmad lagi memperpanjang keluhannya.
 
Apa yang dikeluhkan Rahmad dan beberapa warga tersebut pada dasarnya adalah keluhan ribuna warga Kota Pekanbaru pasca swastanisasi sampah. Makin dilakukan swastanisasi, makin liarlah perilaku membuang sampah warga.
 
Bukan tanpa alasan pula masyarakat melakukan itu, namun lebih dikarenakan tidak tersedianya sarana pendukung untuk masyarakat membuang sampah. Sebaliknya, di beberapa titik dituliskan kalimat, dilarang membuang sampah di sini, atau awas, buang sampah sembarangan, denda.
 
''Dulu, setahu kami, mobil sampah masuk ke depan-depan rumah kami, sekarang tak ada lagi. Jangankan mobil, gerobak pun tak ada lagi. Setahu kami, mobil-mobil itu hanya melintas di depan jalan besar saja, hanya untuk mereka yang punya ruko saja, tidak kepada warga yang tinggal di gang-gang atau di ruas jalan kecil,'' ungkap Wawan, warga di Jalan Suka Karya Panam.
 
Dia sendiri tak tahu apa alasannya dan mengapa harus dilakukan swastanisasi sampah bila pola penanganannya lebih buruk dari sebelumnya.
 
Terkait keluhan tersebut, Wali kota Pekanbaru, Dr Firdaus ST MT baru saja mendapat informasi ternyata kejadian yang sama tidak terjadi pada satu orang. "Saya tadi dapat laporan dari warga, iuran retribusi sampah dibayar. Namun sampah mereka tak diangkut, ini kerjaan oknum ini," ujarnya bercerita kepada riausky.com, Jumat, 5 Maret 2016.
 
Dijelaskannya. masalah retribusi sampah, pada Maret ini akan langsung di akomodir DKP. Alasannya karena dengan rentang November 2016 sampai Februari 2016 kemarin terjadi kebocoran Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor retribusi sampah.
 
Orang nomor satu di Pekanbaru ini mengakui Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) sangat kurang persiapan untuk swastanisasi sampah. "Kita akui dalam pengangkutan sampah oleh ke pihak ketiga, Tempat Pembuangan Sementara (TPS) sangat kurang sekali. Tapi kita minta pihak ke III juga sediakan mobil sampah kecil untuk masuk ke perumahan warga," ujar Firdaus.
 
Saat disinggung mengenai manfaat dari swastanisasi sampah, dirasakan manfaatnya oleh warga yang bermukim di jalan protokol dan jalan besar saja, Dr Firdaus ST MT mengatakan akan meminta pihak ketiga untuk sediakan mobil kecil untuk mengangkut sampah ke perumahan.
 
"Mungkin rencana swastanisasi sampah kurang matang, fasilitas kita juga kurang, secepatnya kita akan evaluasi ini," sebutnya. (R05)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index