SERING BAWA UANG BANYAK HASIL NGEMIS KE SEKOLAH, Ahmad tak Berani Jajan Karena Takut Dipukuli

SERING BAWA UANG BANYAK HASIL NGEMIS KE SEKOLAH, Ahmad tak Berani Jajan Karena Takut Dipukuli
Ami bersama saudaranya dan sang ibu saat sejumlah petugas berkunjung ke rumah mereka di Rumbai.
PEKANBARU (RIAUSKY.COM)- Nasib Nur Ahmad Besara tak jauh berbeda dengan sang adik, Ami. Setiap hari mereka menjadi tulang punggung untuk menghidupi keluarganya. Uang Rp100.000 per orang wajib mereka bawa bila ingin pulang dengan selamat ke rumah.
 
Layaknya sang Adik, Nur Ahmad Besara yang acap dipanggil Ahmad juga bersekolah di SD Negeri 091 Rumbai. Besar badannya juga hampir sama kurusnya. Hanya saja, Ahmad berada di kelas II, sementara Ami sang adik duduk di kelas I.
 
Ahmad juga punya kebiasaan yang sama dengan Ami, selalu tidur di sekolah saat jam belajar. Hal itu juga yang kemudian membuat pihak sekolah curiga dengan aktivitas kedua adik kakak itu sehingga nyaris setiap hari tertidur saat jam sekolah. 
 
Kecurigaan tersebut akhirnya menemukan titik terang setelah Ami mengaku kalau setiap hari mereka mmang mendapat tugas 'wajib' dari sang ibu untuk mencari uang Rp100.000 dengan cara mengemis dan meminta-minta di persimpangan jalan, termasuk di tempat-tempat makan.
 
Namun, baik Ahmad dan Ami bukanlah bocah yang tidak punya keinginan untuk belajar. Mereka selalu datang ke sekolah, walau terkadang sering juga tak datang karena bangun kesiangan dan akhirnya tidak pergi ke sekolah.
 
"Ya, dia (Ahmad,red) sering cerita sama aku, dia sering dibilang orang tuanya 'mada' (nakal,red). Pulang sekolah dia disuruh meminta-minta. Pulang terkadang bisa jam satu malam. Jadi di sekolah kerjanya tidur saja. Atau dia telat bangun dan tak masuk sekolah," ujar Ridho  teman sebangku Nur Ahmad Besara di sekolah.
 
Ahmad memang sering curhat tentang kegiatannya sehari-hari. Bahasa itu bahkan berkali-kali dia dengarkan sebagai bentuk keluhan dari sang teman. Namun, namanya anak-anak, Ridho pun mengaku cuma mendengarkan saja. ''Kasihan kadang, tapi ya begitu pak,'' ungkap dia.
 
Dijelaskan Rido, Ahmad sebenarnya orangnya baik, cuma karena sering capek, dia sering tidur di sekolah. "Hari ini ia tak masuk sekolah, capek mungkin bang," tutur A Ridho.
 
Ridho sendiri kadang sering memperhatikan teman sebangku yang juga tetangga dekat rumahnya itu. Kadang, di sering melihat Ahmad membawa uang banyak di kantong atau di dalam tasnya. Katanya, uang tersebut hasil dari mengemis dan meminta-minta di jalanan semalaman. 
 
Uang tersebut, bukan untuk Ahmad, melainkan untuk sang ibu yang biasa disebutnya dengan panggilan mamak. Tak sedikit pun dia berani membelanjakan uang tersebut karena takut jumlahnya berkurang sehingga dia akan berkemungkinan mendapat perlakuan kasar dari ibunya. 
 
"Ahmad memang sering bawa uang banyak kesekolah. Tapi dia tak pernah jajan, katanya itu hasil uang minta - minta yang harus diberikan kepada mamaknya. Kadang dia cerita sering dipukuli orang tuanya," imbuh anak berumur 9 tahun ini.
 
Ridho mengaku kasihan dengan nasib kawannya tersebut, namun sebagai anak kecil ia tak mengerti menggambarkan penderitaan kawan sebangkunya itu. "Kadang punggungnya merah - merah, kakinya luka seperti pukul pakai sapu lidi. Katanya sering dipukulin saat mengemis," tutupnya.
 
Pihak sekolah sendiri sempat beberapa kali meminta orang tua kedua bocah tersebut untuk lebih memperhatikan pendidikan dan kesehatan kedua anak tersebut. Namun, nyaris tak didengarkan. 
 
Pihak sekolah mengaku kesulitan untuk memberikan pemahaman kepada orangtua Ami tentang beban berat yang diberikan kepada kedua kakak beradik tersebut. 
 
"Kita sudah sering berbicara dan meminta kepada orangtuanya untuk tak menyuruh anaknya mengemis. Tapi tidak ada yang berubah sedikitpun dari bocah itu. Tetap saja mereka harus  mengemis dan kita kasihan sekali melihatnya," tandas Desis sang guru yang sehari-hari memperhatikan tumbuh kembang anak-anak dari keluarga tersebut.
 
Ami sudah satu kali tidak naik kelas karena mengemis dan berakibat sekolahnya terganggu. Di kelas, ia seringkali tertidur tanpa memperdulikan pelajaran dari guru.
 
Saat ditemui wartawan sehari sebelumnya, Ami sang Adik sendiri datang ke sekolah dengan wajah lebam. Pelipis kanannya membiru seperti bekas terbentur benda keras. 
 
''Iya, habis dipukul mamak, karena tak dapat uang Rp100.000,'' ungkap dia polos. 
 
Kondisi kehidupan kedua bocah ini dengan cepat mendapat perhatian dari banyak pihak di Kota Pekanbaru. Bahkan, banyak postingan netizen melalui media sosial yang mengutuk perlakuan tidak baik yang ditunjukkan orang tua Ahmad dan Ami terhadap dua bocah polos ini.
 
Sebenarnya, mereka empat bersaudara, dan keempat orang anak yang masih sangat polos dan berusia dini itu sudah dibebani kewajiban yang tidak lazim dilakukan diusia mereka. 
 
Pada Jum'at siang polisi bersama dengan Lembaga Perlindungan Anak menjemput empat orang anak tersebut dari kediamannya di Jalan Nelayan, Rumbai, Pekanbaru.
 
Polisi juga membawa EM, ibu empat anak tersebut untuk diperiksa lebih lanjut berdasar laporan yang dimasukkan pihak LPA Riau. (R05) 
 

Listrik Indonesia

#Sami Bocah Rumbai

Index

Berita Lainnya

Index