Gara-gara Kebijakan Pindah ke Pasar Pemko di Tengk

TEGA...Biasa Rp7.000, Sekarang Masuk Kena Rp100.000, Bulanan Rp100.000 Lagi

TEGA...Biasa Rp7.000, Sekarang Masuk Kena Rp100.000, Bulanan Rp100.000 Lagi
Camat Rumbai Pesisir Zulhelmi Arifin dan perwakilan warga menandatangani kesepakatan larangan PKL berjualan.
PEKANBARU (RIAUSKY.COM) - Abdul (66) salah seorang warga yang tak jauh dari lokasi pasar kaget Gang Damai Jalan Yos Sudarso Kelurahan Rumbai Bukit mengaku terbantu dengan adanya pasa Kaget disana.
 
"Ini Camat cari pasal saja, mereka jualan di dekat sini warga  terbantu. Misalnya, biasa  punya duit Rp50 ribu cukup beli sayur dan lauk-pauk, udah bisa makan enak di rumah. Kami tak perlu pikirkan transportasi ke dalam (pasar yang disediakan Pemko di jalan Tengku Kasim Perkasa,red). Kalau aku yang tak punya Honda ni, tentu naik ojek bolak - balik keno jugo RP 20 ribu. Angkutan umum pun tak masuk ke dalam tu. Kalau belanja apalah yang dapat lagi, berat diongkos..." ungkapnya.
 
Bapak tua yang bekerja sebagai buruh batu bata ini mengaku, kalau di pasar kaget Gang Damai tidak ada sesiapapun yang terganggu, tidak juga menganggu arus lalu lintas, lahan parkir disitu juga luas.
 
"Ini pandai-pandai camat saja, kami warga di sini yang telah berpuluh tahun tak ada macet di sini gara-gara pasar kaget, malah warga yang terbantu. Kalau menganggu seperti pasar Rabu kemarin bolehlah, ini siapa yang diganggu. Aku saja terbantu," ungkapnya.
 
Sementara pedagang Ar (36) mengaku bingung dengan pernyataan camat. Ia menganggap Zulhelmi terlalu semena-mena terhadap pedagang.
 
"Tanyalah warga di sini Dek, apakah kami merugikan mereka. Kita cuma bayar Rp 7 ribu di sini sama listriknya, kita berdagang dua kali seminggu. Kalau masuk ke pasar yang di dalam punya pemerintah itu, masuk saja kami sudah ditagih Rp 100 ribu, perbulan juga Rp 100 ribu padahal kami jualan sekali seminggu," ungkapnya.
 
Minggu lalu ia mengatakan beberapa orang oknum preman yang diduga 'backingan' Camat datang mengobrak-abrik lapak mereka. "Kemarin itu mereka menggusur kami dengan kasar sampai ditendang bahkan mengancam menghancurkan mobil yang kami sewa untuk mengangkut barang dagangan. Camat itu juga sewa preman yang kasar bahkan dalam kondisi mabuk. Coba bayangkan ada otaknya tu," cetusnya.
 
Camat Zulhelmi saat dikonfirmasi mengenai ada oknum preman yang dibayarnya membantah pernyataan pedagang. "Salah tu, siapa yang preman bukannya pedagang yang menggoyang-goyang mobil lurah? Kami sudah berkali-kali melakukan sosialisasi dan tindakan persuasif, tapi mereka tetap berjualan," ujar Zulhelmi.
 
Saat disinggung mengenai warga tak keberatan dengan kehadiran PKL. "PKL melanggar Perda Pemko sudah sediakan lahan, apa salahnya pindah," sebut Zulhelmi. 
 
Beberapa PKL yang berhasil ditemui riausky.com tak jauh dari lokasi mengaku akan mengadukan nasib mereka ke anggota DPRD kota Pekanbaru, pada Senin, 18 April 2016 mendatang.(R05)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index