Peringatan Ulang Tahun Dewa Lo Shien Gong di Jalan Angkasa Pekanbaru

PEKANBARU (RIAUSKY.COM)- Asap dari klenteng tempat pemujaan di Klenteng kecil di Jalan Angkasa 3, Kecamatan Senapelan Pekanbaru membumbung tinggi. Jerebu hasil pembakaran kertas sembahyang masyarakat konghuchu yang datang ke klenteng tersebut beterbangan memenuhi udara.
 
Namun, panasnya api pembakaran serta sesaknya udara akibat pembakaran tak mengurangi semangat para pengunjung yang datang ke klenteng yang rutin dikunjungi oleh masyarakat Konghuchu untuk melantunkan doa dan sembahyang guna memperingati hari ulang tahun Dewa Lo Shien.
 
''Semakin banyak dibakar, kita berharap doa kita, harapan kita cepat sampai dan didengarkan oleh dewa,'' ungkap Aan, salah seorang pengunjung klenteng berwarna kuning yang bangunannya lebih mirip rumah tersebut.
 
Sambil memilah-milah kertas sembahyang berukuran besar yang ada di hadapannya, Aan menyebutkan kalau setiap tahun dia senantiasa berkunjung ke klenteng ini untuk melakukan persembahyangan guna memperingati ulang tahun sang dewa. 
 
''Ya, seperti ini, kita datang, sembahyang, selanjutnya nanti ada beberapa atraksi ritual yang ditunjukkan oleh orang-orang khusus yang menggambarkan tentang kehidupan sang dewa.
 
Sebelum melakukan sembahyang dengan membakar kertas sembahyang yang ukurannya berupa macam tersebut, pengunjung yang datang terlihat juga melakukan ritual doa di depan altar Dewa yang ada di dalam kelenteng. Sembari memegang beberapa buah lidi persembahyngan, pengunjung satu per satu terlihat khusyuk berdoa meminta kepada para dewa.
 
''Ya, doanya kita berharap selalu diberikan kehidupan yang lebih baik, diberikan kesehatan, jauh dari penyakit, juga berharap diberikan rezeki yang lebih banyak lagi dan lebih maju lagi ke depannya,'' imbuh dia. 
 
Hendrik, salah seorang pengunjung lainnya menyebutkan, biasanya, setiap tahunnya, ada ribuan orang datang berkunjung ke klenteng ini. Tak hanya warga di sekitar kompleks klenteng, namun juga warga dari berbagai lokasi, khususnya di Kota Pekanbaru.
 
Hendrik sendiri mengaku kalau dia sendiri semenjak beberapa tahun terakhir rutin mengikuti ritual doa dan persembahyangan di klenteng ini. ''Awalnya karena saya melihat banyak orang berdoa di sini. Penasaran, selanjutnya, saya selalu berdoa di sini setiap tahun yang dihitung berdasarkan kalender tahun baru Cina ini,'' kata pria asal Rampah ini.
 
''Biasanya dilaksanakan sebelum memasuki Imlek. Setelah berdoa, nanti akan ada berbagai atraksi dari orang-orang khusus yang menggambarkan para dewa dan dewi. Mereka itu merupakan perwujudan dari para dewa. Ada Sun Go Khong, Dewi Kwan In, dan beberapa dewa lainnya. Mereka melambangkan banyak hal tentang kehidupan di dunia,'' ungkap Hendri.
 
Benar saja, beberapa saat setelah ribuan masyarakat berdoa, seorang tokoh membacakan beberapa mantra di depan altar doa para dewa, sementara sejumlah pemuda memukul sejumlah alat tabuh dan gong cina selama sekitar hampir satu jam. ''Satu persatu orang-orang khusus mulai dirasuki para dewa dan dewi. Mereka menunjukkan sejumlah atraksi yang mencerminkan kebiasaan, keseharian para dewa dewi. 
 
Yah, Sun Go Kong, atau dewa kera tentunya menjadi salah satu perujudan dewa yang paling banyak mendapat perhatian dari para pengunjung. 
 
Selain karena atraksinya yang mendebarkan bersama sebuah tongkat besi dan kepiawaiannya dalam bertarung, Sun Go Kong yang mampu berubah menjadi 72 perwujudan tersebut juga banyak ditunggu oleh masyarakat yang datang ke klenteng ini untuk melakukan perobatan.
 
''Selain berdoa, juga untuk belobat (berobat,red)...Saya datang untuk belobat, supaya diberikan kesembuhan...''ungkap Nenek Ama, saat ditanyakan. 
 
Tak hanya nenek Ama, banyak kaum muda, anak-anak yang memang khusus menemui Sun Go Kong untuk diberikan doa dan kesembuhan. Beberapa orang tua juga terlihat membawa anak-anak bayi mereka untuk diberikan restu dan doa kesembuhan dan kebaikan dari sang dewa yang aksinya selalu saja lucu dan mengundang tawa dari para pengunjung klenteng. 
 
Beberapa ritual memang dilakukan oleh masyarakat sebelum merayakan ulang tahun dewa Lo Shien Kong. Diantaranya adalah, melakukan puasa selama 40 hari penuh dengan tidak memakan makanan yang berasal dari serat daging. 
 
''Ini saya sudah sebulan lebih tidak makan daging, cuma makan bubur dan buah saja. Bukan diet, ini memang bagian dari kesungguhan kita menghormati para dewa, khususnya Dewa Lo Shien,'' ungkap Asun, salah seorang tokoh di klenteng ini. 
 
''Kita berharap tahun depan, lebih baik lagi, diberikan kesehatan dan dimudahkan semua usaha,'' ungkap dia.(***)

Suasana di ruang peribadatan.

Suasana ritual turunnya para dewa.

Perwujudan dari kehadiran  pada dewa

Lampion dan Hio memenuhi area klenteng.

Suasana peribadatan.

Salah seorang pengunjung melakukan bakar kertas sembahyang.

Suasana  di area peringatan ulang tahun dewa Lo Shien 

Suasana keramaian perayaan ulang tahun Dewa Lo Shien