(Mimpi) Riau Punya Destinasi Wisata Unggulan

RUPAT, PULAU 'PERAWAN' DI BIBIR SELAT MALAKA

RUPAT, PULAU 'PERAWAN' DI BIBIR SELAT MALAKA
Pulau Beting Aceh yang menawan/Dok. Riausky.com

PULAU RUPAT (RIAUSKY.COM) - Kesempatan itu datang lagi, setelah 12 tahun silam saya sempat melakukan ekspedisi di pulau ini, kini saya kembali lagi, kali ini bersama rombongan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau yang menggelar kegiatan Capacity Building di pulau yang diberi nama Rupat, 27-29 Juli 2022.

Rupat berasal dari kata 'Perepat' yang artinya tumbuhan laut yang tumbuh di tasik. Konon katanya, di daerah tersebut banyak pulau-pulau kecil dan pulau-pulau tersebut merapat sehingga menjadi pulau besar dan berpenghuni. Nah, di tengah pulau tersebut ada beberapa buah tasik yang ditumbuhi oleh tumbuhan laut yaitu pohon perepat, sesuai dengan perkembangan zaman pulau tersebut dinamakan dan dikenal dengan Pulau Rupat.

Jadi, ini kali kedua saya menginjakkan kaki di tanah Rupat, pulau yang dulunya kami sebut 'the hidden paradise' atau surga yang tersembunyi, karena memang tak banyak yang tahu pada waktu itu dan belum banyak yang berkunjung ke sini menyaksikan debur ombak dan pasir putihnya yang berbisik.

Sejak Provinsi Riau dibagi menjadi dua dengan Kepuluan Riau-nya, Riau memang tak punya lagi pantai-pantai yang indah, seperti yang ada di Batam, Bintan, Natuna dan lainnya. Hanya Rupat yang tersisa, itulah yang terbaik di Riau saat ini, jangan pula bandingkan dengan Bali, Lombok dan lainnya. Buat saya, Rupat sangat bagus.

Pelabuhan Ro-Ro di Pulau Rupat/Dok. Riausky.com

Saya dan rombongan butuh waktu berjam-jam untuk sampai di Pulau Rupat, bertolak dari Pekanbaru sekitar pukul 09.00 WIB, kami baru sampai di Pulau Rupat sore hari atau sekitar 7 jam setelah melewati Kota Dumai dan menyeberang menggunakan Kapal Ro-Ro. Dulu sebelum ada Kapal Ro-Ro, penyeberangan masih menggunakan kapal kayu. 

Kembali ke Rupat tentu saja menyenangkan, banyak sudah yang berubah di pulau yang memiliki luas sekitar 1.500 km2 ini, jalan-jalan yang dulunya sangat buruk, tanah, kecil dan becek, kini sudah layak dilalui, listrik juga sudah bisa dinikmati 24 jam oleh warga, jaringan telekomunikasi juga lumayan, kebutuhan harian juga cukup mudah, ada banyak mobil, artinya daerah ini sudah cukup maju dibanding pertama kali kami berkunjung.

Cerita kalau dulu kendaraan roda dua warga berasal dari Malaysia bukanlah karangan, memang nyata adanya, saya melihat langsung hal itu. Namun kini, Rupat semakin terasa Indonesia, walaupun bisa dipastikan dalam tiap-tiap dompet warganya hampir pasti ada lembar Ringgit Malaysia.

Namun jangan terlalu berekspektasi berlebihan dengan Pulau Rupat, takutnya anda yang belum pernah ke sini dan berniat untuk berliburan akan sedikit kecewa, karena buat saya, sektor pariwisatanya masih sangat memprihatinkan atau tak lah seperti yang digambarkan selama ini. Dan jangan sedih juga, semuanya butuh proses dan Rupat tengah berproses ke arah yang lebih baik. 

Jadi kalau berkunjung ke Rupat, anda pasti akan bingung saat keluarga minta dibawakan oleh-oleh. Karena sama sekali tak ada oleh-oleh apa pun yang bisa kita temukan, suvenir, makanan khas dan lainnya tak bisa kita jumpai layaknya di objek wisata lain, apalagi untuk dibawa pulang.

Memang secara kuantitas barangkali banyak destinasi yang bisa dikunjungi di pulau yang secara geografis masuk ke dalam wilayah kabupaten Bengkalis ini. Bahkan boleh dibilang sangat banyak dan lengkap jika dibandingkan dengan daerah lainnya di Riau. 

Kalau mau melihat wisata alam, Pulau Rupat punya Pantai Pesona yang menawan, Pantai Tanjung Lapin yang asik untuk buat acara berkemah, atau Pantai Ketapang, Pantai Makeruh, Pantai Pasir Putih, Pulau Beting Aceh, Hutan Mangrove, Migrasi Burung, Potensi Penangkaran Penyu.

Atau kalau mau menyaksikan atraksi wisata budaya, wisatawan bisa menyaksikan Tarian Zapin Api yang terkenal itu, Kampung Budaya Suku Akit Ratas, Kampong Nelayan Tanjung Jaya, Kampung Wisata Suku Akit, Ziarah Kubur Putri Sembilan, Klenteng Vidya Sagara, Klenteng Cin Bu Kiong, Klenteng Cin Hang Keng atau Tarian Mak Yong Wisata.

Dan di waktu-waktu yang telah ditetapkan, wisatawan di Rupat bisa melihat dan menikmati Festival Pantai Rupat, Festival Mandi Safar, International Moto Cross (Ketapang–Lelong–Lohong–Makeruh) dan kegiatan lainnya.

Nah, dari sekian banyak, destinasi wisata alam, wisata budaya maupun buatan, Tari Zapin Api dan Pantai Beting Aceh jadi paling banyak diminati wisatawan. Dan kami mendapatkan kesempatan menikmati keduanya.

Tari Zapin Api khas Rupat Utara/Dok. Istimewa

Tari Zapi Api jadi sambutan istimewa saat rombongan tiba di Pulau Rupat, kami dibuat terpana dengan penampilan para penari pria yang berlarian di atas bara api yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Menurut warga tempatan, tarian ini mengandung unsur mistis karena harus dilakukan di tempat yang gelap dan para penarinya seperti dirasuki oleh roh lain.

Menurut beberapa sumber, Tari Zapin Api dahulunya bernama Tari Api. Tari Api bermula dari keberadaan Suku Akit yang datang dari Malaka untuk melakukan Bele Kampong (jaga kampung). Untuk memperpadukan empat unsur kehidupan di alam yaitu api, air, tanah dan angin. Namun setelah pengaruh Islam masuk ke pulau Rupat yang dibawa oleh bangsa Aceh keturunan Arab, tari api dirubah menjadi sebuah tari.

Tari Zapin Api merupakan paduan antara Tari Api dan Zapin pada masa pra-Islam. Ada juga yang mengatakan berkaitan erat dengan budaya dari daerah Kubu, Rokan Hilir. Yakni adanya temuan di daerah Rokan Hilir bahwasanya ada tradisi pengobatan yang menggunakan media percikan api yakni Tari Burung Kuayang dari suku Bonai. Dengan bentuk kegiatan paham sufi di daerah Rokan Hilir dengan membacakan syair para guru atau khalifah dan catatan mantra yang sama dengan dinyanyikan oleh khalifah tari Zapin Api di Rupat Utara.

Oleh sebab itu pula, Tari Zapin Api ini memang belum dikenal luas di Riau. Hanya orang-orang yang ada di Pulau Rupat dan orang-orang yang sudah pernah ke Pulau Rupat yang tahu tentang Zapin Api. Orang luar Pulau Rupat biasanya hanya mendapat cerita bagaimana tarian tari Zapin Api itu dimainkan

Zapin Api adalah sesuatu yang berbeda meskipun sama-sama mengandalkan gerakan kaki dan pengaruh dari Arab. Zapin Api dimainkan dengan mantra-mantra yang dibacakan oleh dukun atau lebih dikenal dengan sebutan pawang. Ada sebuah ritual mistis sebelum melakukan adegan tari di atas api itu.

Tidak dipungkiri bahwa kepercayaan animisme dan dinamisme masih banyak, sekarang Islam tetap Islam tetapi keyakinan masyarakat tetap tidak bisa kita rubah. Unsur Islamnya yaitu Zapinnya sedangkan ditambah api karna masih menggunakan kebudayaan turun temurun.

Kesenian ini sudah menjadi khasanah budaya yang ada di Pulau Rupat yang perlu dilestarikan karena mengandung nilai-nilai yang baik terhadap kehidupan masyarakat, sekarang tari Zapin Api ini menjadi salah satu objek wisata budaya bahari yang ada di Pulau Rupat dan mulai dikembangkan upaya-upaya penglestarianya.

Cerita Ketua Sanggar Petak Semai, Muhammad Hafiz yang menghadirkan pertunjukan pada malam itu, saat ini Zapin Api hanya ada di Rupat Utara dan biasanya ditampilkan dalam acara-acara adat, kenduri dan juga saat ini untuk menyambut tamu-tamu dan wisatawan berkunjungan ke Rupat.

Nah menariknya, tidak sembarang orang bisa menarikan Zapin Api, kata Hafiz, para penari Zapin Api ini merupakan orang-orang pilihan yang punya sifat jujur dan belum terpengaruh dengan hal-hal yang bersifat negatif.

Pantai Beting Aceh/Dok. Riausky.com

Kalau Zapi Api menarik, keberadaan Pulau Beting Aceh juga mampu menarik perhatian, pulau perawan, bagi siapa saja yang pernah menginjaknya akan tertarik untuk kembali lagi. Tapi jika tidak dijaga dengan baik dan menjauhkannya dari aktivitas penambangan pasir dan abrasi, maka lambat laun pulau ini pun bisa hilang.

Diketahui pula pulau tidak berpenghuni tersebut muncul akibat adanya sedimentasi air laut yang membawa pasir menumpuk hingga menjadi pulau yang indah.

Untuk mencapai Beting Aceh yang luasnya hanya sekitar 2 ha itu, pengunjung tidak butuh waktu lama, hanya sekitar 15-20 menit perjalanan dengan menggunakan speedboat dari Pelabuhan Tanjung Medang.

Akses yang cukup mudah dan biaya yang tak terlalu mahal jika dilakukan dalam rombongan besar membuat Beting Aceh jadi primadona belakangan ini, tak cuma warga bisa, para pejabat di Riau dan pusat pun penasaran dengan keberadaan pulau kecil. 

Untuk saya yang tinggal di Riau Daratan tentu saja senang melihat Riau punya pantai secantik ini, sayangnya memang belom ada fasilitas penunjang di Beting Aceh, kegitan yang bisa dilakukan hanya mandi dan foto-foto, tak ada wahana permaianan air lainnya yang tersedia di pulau ini. Disitu lah kurangnya. 

Sayangnya, wisatawan tak bisa setiap saat mengunjungi pulau dengan pasir pantainya yang sangat cantik ini, karena saat air laut pasang pulau akan kembali tenggelam dan hanya menyisakan pohon-pohonnya saja.

Sekdakab Bengkalis, Bustami HY/Dok. Istimewa

Pemkab Bengkalis Terus Berbenah

Meski sektor pariwisatanya punya masa depan cerah, Pemkab Bengkalis mengakui masih banyak kekurangan yang ada di Pulau Rupat, namun pelan tapi pasti, Pemkab berupaya membenahi satu persatu persoalan yang ada, mulai dari akses jalan, ketersedian listrik, air bersih hingga rumah sakit.

Sekdakab Bengkalis, Bustami HY kepada media mengakui Pemkab tak bisa bekerja sendiri, butuh uluran tangan Pemprov Riau dan juga bantuan dari Pemerintah Pusat. 

"Kami sudah berkoordinasi dengan sejumlah stakeholder untuk peningkatan infrastruktur di Pulau Rupat, termasuk juga Kementerian PUPR juga sudah programkan dalam RPJMN untuk pembangunan infrastruktur jalan dan air bersih di Pulau Rupat. Mudah-udahan tahun depan sudah selesai dibangun," sebutnya

Dan untuk mempercepat itu semua, peran swasta juga sangat diharapkan, makanya Pemkab gencar menggaet para investor yang ingin menanamkan modalnya di Rupat, Pemkab Bengkalis berjanji akan berikan kemudahan, seperti perizinan dan lainnya.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau, Muhamad Nur/Dok. Istimewa

Rupat Menyimpan Potensi Besar

Di sisi lain, di tengah keterbatasan dan kekurangannya, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau, Muhamad Nur yang ikut langsung menikmati pariwisata di Pulau Rupat menyiratkan rasa optimisme, dia mengakui kalau Rupat menyimpan potensi pariwisata yang kalau dikembangkan akan mampu menjadi wisata andalan bagi Riau di masa depan.

Namun diakuinya juga, untuk sampai ke tahap itu, banyak hal yang mesti dibenahi, terutama menyangkut akses menuju salah satu pulau terluar di Indonesia ini yang berbatasan langsung dengan negeri jiran, Malaysia.

"Kita patut bersyukur, Riau punya sumber daya alam yang melimpah, selain itu ada juga potensi pariwisata seperti yang ada di Rupat ini, seperti yang sudah kita lihat bersama," sebutnya.

Setidaknya untuk saat ini, kata Muhamad Nur, ada tiga hal yang harus diperhatikan oleh pemangku kepentingan, baik itu Pemkab Bengkalis, pemprov Riau maupun pemerintah pusat.

"Pertama, soal aksesibilitas. Bagaimana pengunjung bisa mengakses ke satu tempat pariwisata itu dengan mudah dan murah. Kedua, tempat wisata harus punya asilitas yang mendukung, seperti penginapan, hotel, cottage dan lain sebagainya. Ketiga, ada atraksi atau suguhan yang sifatnya lokal wisata domestik atau budaya setempat," terangnya.

Untuk memenuhi itu semua, menurut M Nur butuh biaya yang sangat besar, perlu investasi besar, dan itu yang harus dipikirkan oleh stakeholder. BI dalam hal ini sudah melakukan penelitian dan kajian dalam upaya pengembangan pulau rupat dan hasilnya disampaikan ke pemerintah yang punya wewenang.

BI menilai selain memiliki sumber daya alam yang melimpah, pihaknya juga ingin sektor pariwisata yang sekarang kontribusinya masih relatif kecil ini, kedepannya akan terus berkembang. Diantara faktor pendukung pariwisata Rupat misalnya letak geografis yang sangat strategis. Pulau Rupat jaraknya hanya beberapa kilometer dengan Malaysia. Itu termasuk potensi bagi orang luar Indonesia untuk datang berkunjung.

Asisten Direktur Tim Implementasi KEKDA Kantor Perwakilan BI Provinsi Riau Ignatius Adhi Nugroho/Dok. Istimewa

Menyambung pembicaraan Kepala BI Riau, Asisten Direktur Tim Implementasi KEKDA Kantor Perwakilan BI Provinsi Riau Ignatius Adhi Nugroho, memaparkan hasil penelitian BI Riau di Pulau Rupat.

Dipilihnya Pulau Rupat tentu saja bukan tanpa alasan, katanya Pulau Rupat Utara merupakan kawasan strategis pariwisata nasional sejak 11 tahun lalu. Namun hingga kini, pengembangan pariwisatanya relatif masih terbatas.

Jika dilihat data tahun 2017 saja, tercatat penduduk Riau melakukan 5.15 juta kali perjalanan, dan 1,49 juta diantaranya adalah perjalanan wisata atau berlibur. 

Masih di tahun yang sama, perjalanan ke Riau mencapai 4,12 juta kali dengan 1,22 juta diantaranya merupakan perjalanan wisata atau berlibur. 

Sementara itu berdasarkan data dari PPN BPS tahun 2017, sebanyak 5.149.936 penduduk dari Riau melakukan perjalanan, yang mana 28,8 persen di antaranya melakukan perjalanan wisata. Sedangkan orang ke Provinsi Riau sebanyak 4.122.202 kali perjalanan, terdiri dari 29,6 persen perjalanan wisata, dan 41,4 persen atau 1,7 juta orang lainnya melakukan perjalanan keluarga, namun tetap memanfaatkan jasa pariwisata.

Jika dihitung untuk Pulau Rupat saja, tercatat ada 58 persen orang pertama kali mengunjungi pulau ini, sedangkan 42 persen lainnya adalah mereka yang kembali. Dari jumlah tersebut jumlah orang yang datang untuk berwisata sebanyak 47,86 persen. Sisanya untuk kegiatan lain-lain.

Tipologi Pariwisata Rupat Utara berdasarkan hasil kuisioner dapat diketahui bahwa distribusi wisatawan berdasarkan jumlah kunjungan didominasi dengan kunjungan selama 2 hari (73%), distribusi biaya wisatawan tertinggi adalah biaya transportasi sebesar 25% dari total seluruh biaya wisatawan.

Lama kunjungan didominasi selama 2 hari (73 persen) mengindikasikan wisatawan dekat dengan DTW, relative murah dan mudah, kebanyakkan berasal dari Kota Dumai, Kota Pekanbaru, Bengkalis, Rokan Hilir dan Siak.

Sementara itu, rata-rata, total pengeluaran wisatawan dalam satu perjalanan ke pulau Rupat adalah sebesar Rp3.128.507 (kelompok), lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran wisatawan Riau yang mencapai Rp 2.021.620.

Menurut Adhi, dengan adanya kebijakkan KSPN, RanPerda dan masterplan KSPN menjadi peluang penawaran wisata Rupat Utara. Namun masih ditemukannya kendala atau tantangan sehingga dibutuhkan solusi atau startegi yang komprehensif untuk merumuskan pengembangan pariwisata Pulau Rupat yang berkelanjutan.

Akademisi Universitas Riau (Unri) Ahmad Nawawi, S.Sos M.Sc./Dok. Istimewa

Rupat Sudah Banyak Perubahan

Pendapat itu diamini juga oleh Akademisi Universitas Riau (Unri) Ahmad Nawawi, S.Sos M.Sc, dia banyak bercerita soal sejarah dan perkembangan Pulau Rupat. Pria asli Bengkalis ini sangat paham betul dengan seluk beluk Pulau Rupat ini.

"Jika dibandingkan dulu, Rupat yang sekarang sudah luar biasa, dulu tak ada jalan-yang seperti sekarang yang kita lalui, meskipun masih ada beberapa titik jalan yang rusak berat terutama saat musim hujan, namun secara umum sudah cukup baik," ceritanya.

Kalau ke Rupat memang harus membawa kendaraan pribadi, karena hingga kini belum ada angkutan umum darat yang melayani pengunjung yang datang di pulau ini.

Saat ini pun katanya, bagi wisatawan yang datang sudah cukup banyak penginapan yang bisa dijadikan tempat menginap, ada belasan penginapan, tiga guest house, 22 homestay, jumlahnya pun terus bertambang seiring dengan meningkatnya jumlah kunjungan ke Rupat. Yang terbaru tentu saja Vila Anting Putri yang punya standar fasilitas yang cukup mumpuni.

Kapal yang digunakan untuk menyeberang ke Pulau Beting Aceh/Dok. Istimewa

"Rumah makan juga ada beberapa yang bisa melayani para wisatawan yang datang, ada ATM Bank Riau, BRILink yang bisa akses oleh pengujung, jaringan selular juga sangat baik dan ditopang oleh listrik PLN yang kita sudah bisa dinikmati 24 jam penuh," terang pria yang juga hobi memancing ini.

Dalam paparannya, seperti gambar yang dia bilang hanya angan-angan itu, Ahmad Nawawi memperlihatkan rancangan wista pulau Rumat di masa depan, dimana nantinya akan dibangun pelabuhan langsung yang letaknya berada Pantai Pesona.

"Akan dibangun plaza di Pantai Pesona, pembangunan masjid terapung, pembangunan museum, pembangunan tugu zapin api sebagai ikon dari budaya lokal, pembangunan cottage kampung di kampung nelayan, pembangunan turap pantai, pembangunan dan peningkatan jaringan jalan di kawasan inti, pembangunan saluran drainase di kawasan inti, pengembangan citra bangunan melayu pada setiap rumah serta pengembangan wisata minat khusus hutan mangrove Tanjung Medang."

Lalu di Pantai Ketapang, akan dibangun hotel berbintang, pembangunan wahana permainan air, pembangunan arena pacu kuda, pembangunan, restoran dan café, pembangunan meeting room, pembangunan spa. pembangunan lapangan golf

Demikian juga halnya dengan fasilitas penunjang lainnya di pantai Tanjung Lapin, Pantai Pasir Putih, Pulau Beting Aceh dan juga Hutan Mangrove
Tanjung Medang, Pengembangan Kawasan Pantai Makeruh dan Desa Budaya Suku Akit Ratas.

Meski banyak pihak menilai lambat pembangunan infrstruktur di Rupat, namun dia tetap mengapresiasi yang sejauh ini sudah dilakukan dan dirasakan oleh masyarakat tempatan.

Tujuan Pembangunan Pulau Rupau adalah dalam upaya menciptakan integrase pemanfaatan lahan dan pengembangan fungsi kegiatan yang saling mendukung, memperkuat dan melengkapi, baik kegiatan kepariwisataan, pengembangan social budaya, pelestarian lingkungan, dan system infrastruktur kawasan.

Selanjutnya mengembangkan citra positif dan market positioning yang kuat sebagai destinasi wisata yang kompetitif dan berkelas dunia. Meningkatkan kualitas lingkungan fisik kawasan Pulau Rupat pada dalam jangkauan yang lebih luas. Meningkatkan peluang usaha, lapangan kerja dan kesejahtraan serta pembangunan kepariwisataan di Pulau Rupat. Jadi tertarik untuk berwisata ke Pulau Rupat?. (*)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index