TERUNGKAP SUDAH...Berhubungan Intim, Siswi SMP Meninggal di Ronde Ketiga karena Kehabisan Oksigen

Jumat, 02 Maret 2018 | 21:03:45 WIB
Korban tewas usai berhubungan intim

RIAUSKY.COM - Polisi akhirnya melakukan rekonstruksi terhadap kasus kematian siswi SMP usai berhubungan intim dengan pacarnya, ternyata penyebabnya karena korban kehabisan oksigen.

Kasus kekerasan seksual yang menyebabkan seorang siswi SMP asal Selemadeg, LGDS, 14, oleh pria yang mengaku pacarnya, Gung De Wirajaya, 25, asal Seririt, Singaraja akhirnya direkontruksi Kamis (1/3).

Rekontruksi berlangsung di tempat kejadian perkara di sebuah indekos di Jalan Debes, Gang IV, Banjar Taman Sari, Desa Delod Peken, Kecamatan Tabanan.

Ada sebanyak 53 adegan yang diperagakan dalam reka ulang oleh tersangka dengan seorang polisi berperan sebagai korbannya. Ke-53 adegan tersebut berisi adegan dari mulai tersangka dan korban tiba di kos yang sebenarnya dihuni oleh saudara sepupu tersangka, hingga korban dilarikan ke BRSU Tabanan.

Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, LGDS meninggal dunia setelah berhubungan badan sebanyak tiga kali dengan pria yang mengaku kekasihnya Gung De Wiradana. Pada saat bersetubuh untuk yang ketiga kalinya, korban mengalami pendarahan serta lemas sehingga dibawa ke UGD BRSU Tabanan. Sayangnya saat tiba di UGD, korban dinyatakan sudah meninggal dunia.

Dari pantauan di lapangan, tak ada fakta baru yang terungkap dalam rekontruksi, karena pada adegan ke 18 tersangka sempat menutup mulut korban dengan tangan kiri karena korban mendesah saat berhubungan badan untuk kedua kalinya. Pada adegan ke-19 tersangka juga sempat membekap korban dengan bantal sekitar 2 menit karena suara desahan korban lebih panjang. Hal inilah yang diduga menjadi penyebab korban kekurangan oksigen disamping mengalami pendarahan hingga dinyatakan meninggal dunia.

Selanjutnya pada adegan ke-27 setelah tersangka dan korban berhubungan badan untuk ketiga kalinya, tersangka melihat darah keluar dari vagina korban. Dan akhirnya pada adegan ke-30 tersangka yang baru keluar dari kamar mandi melihat nafas korban tersengal-sengal, tangan kaku dan langsung tidak bernafas.

Kemudian tersangka mengelap darah yang keluar dari vagina korban menggunakan handuk pada adegan ke 31. Dan pada adegan ke-32 hingga 53 tersangka meminta tolong kepada sejumlah saksi yang diperankan langsung oleh saksi yang ada disekitar lokasi kejadian. Termasuk tersangka sempat mencari dokter untuk memeriksa kondisi korban namun disarankan untuk membawa korban langsung ke UGD, dan mencari angkot untuk membawa korban ke UGD. Sayangnya rekontruksi berlangsung tertutup.

Kasubag Humas Polres Tabanan, AKP I Putu Oka Suyasa mengatakan bahwa rekontruksi digelar untuk memperjelas kasus tersebut sekaligus melengkapi berkas sebelum diserahkan kepada pihak Kejaksaan Negeri Tabanan.

Menurutnya ada 53 adegan didalamnya yang berisi adegan dari mulai tersangka dan korban sampai di kos hingga korban dibawa ke BRSU Tabanan. Namun menurutnya dari rekontruksi yang dilakukan pihaknya masih mendalami penyebab pasti terbunuhnya korban. “Masih akan kita dalami,” ujarnya.

Namun ia mengakui bahwa memang ada adegan dimana pada waktu bersetubuh tersangka menindih korban sampai lemas, dan juga sempat dibekap karena mendesah.

Sementara itu, keluarga korban mengaku kecewa karena tidak diberikan ijin untuk menyaksikan langsung rekontruksi, terlebih police line dipasang pada kedua ujung gang dan dijaga ketat aparat bersenjata. Padahal mereka sudah berangkat dari Selemadeg pukul 08.00 ditemani Kelian Dinas dan Perbekel setempat. “Saya datang untuk menyaksikan rekontruksi, tetapi tidak diijinkan mendekat, ya sedikit kecewa,” ujar ibu dari korban, Nyoman M, 36.

Kendatipun demikian ia tetap menyerahkan kasus ini kepada pihak kepolisian agar tersangka mendapatkan hukuman yang setimpal atas apa yang telah dilakukan pada putrinya tersebut. Ia pun mengaku sudah memaafkan tersangka, namun ia menegaskan hukum tetap berjalan.

“Kami sudah memaafkan, mungkin sudah nasib kami, biarkan nanti Tuhan yang membalas,” imbuhnya sembari mengatakan jika pasca kejadian ia belum pernah bertemu dengan tersangka seperti dilansir JawaPos.com.

Dirinya juga mengaku sudah mengikhlaskan kepergian putrinya yang sudah menjalani prosesi Ngaben, Ngeroras dan kini sudah Melinggih. Beberapa kali orang tua tersangka juga datang ke rumah mereka untuk meminta maaf atas peristiwa yang terjadi sembari memberikan bantuan dana untuk pengabenan korban. Pihaknya juga sudah pergi ke orang pintar untuk meminta petunjuk. “Dan anak saya bilang kalau dia pendarahan dan dipaksa untuk melakukan hubungan,” katanya.

Di sisi lain, pengurus Kos, Kadek Sintya, menjelaskan bahwa setelah Pengabenan pihaknya sudah menggelar upacara di kos tersebut. Dan setelah rekontruksi ini pihaknya akan kembali menggelar upacara pembersihan di kos tersebut.

Menurutnya, pasca kejadian tersebut kos memang menjadi sepi, dimana saat itu kos yang terdiri dari 12 kamar penuh namun kini hanya terisi 4 kamar. Ia mengaku kedepannya akan lebih meningkatkan pengawasan agar kos tersebut tidak dijadikan lokasi berbuat senonoh.

“Selama ini kami memang selektif menerima penghuni kos, dan disini didominasi siswa, tetapi kejadian ini memang diluar kendali kita karena si pelaku tidak kos disini dia hanya meminjam kamar saat penghuni kamar yang katanya sepupunya itu sedang pulang kampung,” ujarnya. (*)

Terkini