POPULER DI MALAYSIA, Kini Kopi Liberika Meranti Terancam Mati di Kampung Halamannya...

Senin, 28 November 2016 | 01:23:58 WIB
Kopi liberika asli produksi Kabupaten Kepulauan Meranti.

SELATPANJANG (RIAUSKY.COM)- Tak hanya dikenal dengan kopi luwaknya, Kepulauan Meranti juga dikenal sebagai daeah produsen Kopi liberika yang tersohor.

Sayangnya, nasib para petani yang menanamnya tidaklah tersohor layaknya produknya. Mereka terancam mati karena terus meningkatnya kadar garam pada tanah pertanian mereka.

Adapun para pengambil keputusan di Meranti belum memberikan solusi atas persoalan yang mengancam kehidupan petani lokal yang mulai beraya ini.

Seperti dikutip dari antara, Para petani di Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau, menggantungkan hidup keluarganya dengan bertani kopi jenis liberika.

"Hampir 70 persen masyarakat di Kedabu Rapat dan Bina Sempian menghidupkan perekonomian keluarga mereka dari kebun kopi," ucap penampung kopi liberika, Romadoni.

Tapi, lanjutnya, masuknya air pasang laut di wilayah kepulauan yang berbatasan dengan Selat Malaka, menyebabkan intrusi air laut mengalir ke kebun kopi warga dalam beberapa tahun terakhir.

Hingga kini, katanya, masalah abrasi dan intrusi air laut di Meranti telah jadi ancaman serius bagi petani kopi varietas liberika dan belum banyak mendapat perhatian.

Kopi liberika di Meranti dihasilkan petani dari wilayah daratan Pulau Rangsang. Tetapi intrusi telah menyebabkan matinya tanaman kopi karena kadar garam air bawah tanah semakin tinggi.

"Itu baru satu kecamatan di Rangsang Barat, tapi beda desa. Memang ada juga daerah lain tanam kopi, akan tetapi cuma selingan saja," katanya.

"Atau tidak terfokus pada tanaman kopi di dua desa di Kecamatan Rangsang Barat ini," tambah Romadoni.

Nyoto (53), petani kopi di Kecamatan Rangsang Pesisir mengaku, kopi liberika mereka hasilkan justru lebih populer di Malaysia karena aromanya menusuk hidung.

Sebab, terangnya, liberika di Meranti diproduksi secara organik. Oleh karena itu, permintaan kopi dari daerah setempat terus meningkat setiap tahun.

"Kini terdapat ratusan kepala keluarga di Bina Sempian, gantungkan hidupnya dari tanaman kopi. Rata-rata mereka punya kebun kopi lebih dari satu hektare," tuturnya.

Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kepulauan Meranti, Mamun Murod menyebut, abrasi di wilayah itu tidak dapat dihindarkan karena pelindung abrasi yakni hutan bakau telah rusak parah.

Data pihaknya tahun 2014, abrasi terjadi di wilayah pesisir khususnya bagian terluar seperti di Pulau Merbau, Pulau Padang dan Pulau Rangsang total sekitar 1.956 hektare.

Abrasi paling parah terjadi di Pulau Rangsang telah mencapai 1.427 hektare meliputi panjang pantai 73,51 kilometer dengan lebar 355 meter.

"Intrusi air laut telah sebabkan matinya tanaman kopi 135 hektare atau 11,5 persen dari luas kebun kopi di Kedabu Rapat dari total 1.175 hektare," terangnya.(R07/ant)

Terkini