Tahukah Kamu, Sebelum Berpusat di Siak, Kerajaan Siak Sempat Berpindah di Kota-kota Ini..

Rabu, 21 Desember 2016 | 00:37:07 WIB
Raja Kecik merupakan pendiri Kerajaan Siak Sri Indrapura juga pernah menaklukkan Kesultanan Johor, Malaysia.

SIAK (RIAUSKY.COM)- Ada cerita panjang tentang kerajaan Siak, termasuk  asal muasal berdirinya Kerajaan Siak yang tersohor serta tempat dimana pertama sekali kerajaan ini berdiri.

Mengingat peran besar kerajaan Siak dalam kesejarahan di republik ini, kami menyajikan tulisan seputar kerajaan Siak dan asal muasalnya.

Kerajaan Siak Sri Indrapura didirikan pada tahun 1723 M oleh Raja Kecik yang bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah,  putera Raja Johor (Sultan Mahmud Syah) dengan istrinya Encik Pong.

Pertama sekali berdiri, pusat kerajaan Siak bukanlah berdiri layaknya tempat dimana Istana Siak berada saat ini. Kerajaan Siak pertama sekali berdiri di Buantan.

Konon nama Siak sendiri  berasal dari nama sejenis tumbuh-tumbuhan, yaitu siak-siak, sejenis tanaman  yang banyak terdapat di wilayah tersebut.

 Sebelum kerajaan Siak berdiri, daerah Siak berada berada di bawah kekuasaan Kesultanan Johor. Yang memerintah dan mengawasi daerah ini adalah raja yang ditunjuk dan di angkat oleh Sultan Johor.


Pada awal tahun 1699 Sultan Kerajaan Johor bergelar Sultan Mahmud Syah II mangkat karena  dibunuh Magat Sri Rama, istrinya yang bernama Encik Pong.

Dalam situasi hamil, Encik Pong akhirnya harus dilarikan ke Singapura dan selanjutnya berpindah ke daerah Jambi.  Dalam perjalanan itu, disebutkan  Raja Kecik yang kemudian hari terkenal sebagai SUltan Siak pertama dilahirkan.

Kemudian, Raja Kecik dibesarkan di Kerajaan Pagaruyung Minangkabau. Sementara itu pucuk pimpinan Kerajaan Johor diduduki oleh Datuk Bendahara tun Habib yang bergelar Sultan Abdul Jalil Riayat Syah.
Setelah Raja Kecik dewasa, pada tahun 1717 Raja Kecik berhasil merebut tahta Johor dan mengukuhkan dirinya sebagai Sultan Johor dengan gelar Yang Dipertuan Besar Johor.


Tetapi, tak berjalan lama,  tahun 1722 Kerajaan Johor direbut kembali oleh Tengku Sulaiman, ipar Raja Kecik yang merupakan putera Sultan Abdul Jalil Riayat Syah.

Dalam merebut Kerajaan Johor ini, Tengku Sulaiman dibantu oleh beberapa bangsawan Bugis.

Sempat terjadi perang saudara yang mengakibatkan kerugian yang cukup besar pada kedua belah pihak, sehingga akhirnya masing-masing pihak memutuskan mengundurkan diri.

Pihak Kesultanan Johor mengundurkan diri ke Pahang, dan Raja Kecik mengundurkan diri ke Bintan dan seterusnya mendirikan negeri baru di pinggir Sungai Buantan (anak Sungai Siak).

Karena itulah, kemudian diketahui  awal berdirinya kerajaan Siak adalah di di Buantan.

Namun, pusat Kerajaan Siak tidak hanya menetap di Buantan. Pusat kerajaan selalu berpindah-pindah. Dari Buantan pindah ke Mempura, Kemudian berpindah lagi ke Senapelan Pekanbaru dan kembali lagi ke Mempura.

Lambang  Kerajaan Siak


Semasa pemerintahan Sultan Ismail dengan Sultan Assyaidis Syarif Ismail Jalil Jalaluddin pada 1827-1864,  pusat Kerajaan Siak akhirnya dipindahkan ke kota Siak Sri Indrapura dan  menetap disana sampai akhir masa pemerintahan Sultan Siak terakhir.

Pada masa Sultan ke-11 yaitu Sultan Assayaidis Syarief Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin yang memerintah pada tahun 1889 -1908, dibangunlah istana yang megah terletak di kota Siak dan istana ini diberi nama Istana Asseraiyah Hasyimiah.

Pada masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim ini Siak mengalami kemajuan terutama dibidang ekonomi. Dan masa itu pula beliau berkesempatan melawat ke Eropa yaitu Jerman dan Belanda. Setelah wafat, beliau digantikan oleh putranya yang masih kecil dan sedang bersekolah di Batavia yaitu Tengku Sulung Syarif Kasim dan baru pada tahun 1915 beliau ditabalkan sebagai Sultan Siak ke-12 dengan gelar Assayaidis Syarif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin dan terakhir terkenal dengan nama Sultan Syarif Kasim Tsani (Sultan Syarif Kasim II).

Bersamaan dengan diproklamirkannya Kemerdekaan Republik Indonesia, Sultan pun mengibarkan bendera merah putih di Istana Siak dan tak lama kemudian beliau berangkat ke Jawa menemui Bung Karno dan menyatakan bergabung dengan Republik Indonesia sambil menyerahkan Mahkota Kerajaan serta uang sebesar Sepuluh Ribu Gulden.

Dan sejak itu beliau meninggalkan Siak dan bermukim di Jakarta. Baru pada tahun 1960 kembali ke Siak dan mangkat di Rumbai pada tahun 1968.

Beliau tidak meninggalkan keturunan baik dari Permaisuri Pertama Tengku Agung maupun dari Permaisuri Kedua Tengku Maharatu.

Pada tahun 1997 Sultan Syarif Kasim II mendapat gelar Kehormatan Kepahlawanan sebagai seorang Pahlawan Nasional Republik Indonesia.

Makam Sultan Syarif Kasim II terletak ditengah Kota Siak Sri Indrapura tepatnya disamping Mesjid Sultan yaitu Mesjid Syahabuddin.
Diawal Pemerintahan Republik Indonesia, Kabupaten Siak ini merupakan Wilayah Kewedanan Siak di bawah Kabupaten Bengkalis yang kemudian berubah status menjadi Kecamatan Siak.

Barulah pada tahun 1999 berubah menjadi Kabupaten Siak dengan ibukotanya Siak Sri Indrapura berdasarkan UU No. 53 Tahun 1999. (R01/i)

SUMBER : http://siakkab.go.id

Terkini