Hasil Kajian BI, Ini Dampak Kabut Asap Terhadap Perekonomian Riau

Kamis, 10 Oktober 2019 | 19:25:54 WIB
Kepala Perwakilan BI Riau Decymus

PEKANBARU (RIAUSKY.COM) - Bank Indonesia membuat kajian terhadap dampak kabakaran hutan dan lahan yang mengakibatkan kabut asap di Riau

Hasilnya, BI Riau memperkirakan kondisi ekonomi di wilayah Riau melemah 0,2 persen karena kasus karhutla tersebut yang terjadi selama dua bulan terakhir.

"Kajian kita soal soal kabut asap ini penghitungannya dilakukan dengan pendekatan berdasarkan perhitungan Bank Dunia, hasilnya perhitungan kami berdampak ke pelemahan ekonomi Riau sebesar 0,2 persen sampai akhir tahun," ujar Kepala Perwakilan BI Riau Decymus, Kamis (10/10/2019).

Jadinya kata dia, dengan perkiraan pelemahan itu, target pertumbuhan ekonomi Riau turut terkoreksi dari sebelumnya di rentang 2,6 hingga 3 persen, menjadi 2,4 hingga 2,8 persen.
 
Adapun beberapa bagian yang masuk dalam penghitungan dampak ekonomi akibat asap diantaranya yaitu jumlah hotspot atau titik api. Hingga September 2019 tercatat ada 2.250 hotspot, sedangkan 2015 lalu jumlahnya sebanyak 7.155 hotspot.
 
2019 BI mencatat lahan terbakar seluas 49.000 hektare, lebih rendah dibandingkan 2015 yang mencapai 184.000 hektare. Kemudian curah hujan 2019 tercatat 140,4 sedangkan 2015 lalu mencapai 194,8.
 
Durasi kabut asap, 2019 ini tercatat Riau sudah diselimuti asap selama 2 bulan, sedangkan 2015 lalu lebih lama yaitu 4 bulan.
 
Dari sisi okupansi perhotelan di triwulan III/2019 mengalami penurunan sebesar 3 persen bila dibandingkan triwulan sebelumnya. 
 
Sementara itu, di sektor perkebunan BI mencatat penurunan produksi sawit sebesar 9,8 persen, lebih rendah dibandingkan 2015 yang sebesar 12,62 persen.
 
Lalu di pendidikan, libur sekolah selama 9 hari, kesehatan tercatat jumlah penderita ISPA naik 72 persen, konsumsi energi listrik naik 3,1 persen, sedangkan sektor perdagangan turun 2,15 persen," ujarnya.
 
Adapun untuk sektor penerbangan, tercatat ada 7 jadwal dibatalkan, serta 50 jadwal penerbangan terganggu seperti dialihkan, terlambat atau bahkan kembali ke bandara asal.

Sementara itu, Koordinator Pusat Studi Lingkungan Hidup, Universitas Riau Dr Suwondo MS memperkirakan Riau mengalami kerugian materiil sebesar Rp 50 triliun lebih akibat kabut asap kebakaran hutan dan lahan atau karhutla.

"Kerugian sebesar Rp50 triliun itu berasal dari terganggunya aktivitas perdagangan, jasa, kuliner, perkebunan, dan kerugian waktu delay dari aktivitas penerbangan," kata Suwondo di Pekanbaru, Kamis, 19 September 2019.

Suwondo mengatakan dampak asap karhutla tersebut telah memicu kerugian ganda, untuk semua sektor kehidupan, ekonomi, sosial, ekologi, pertanian dan perkebunan, jasa dan lainnya .

Ia meragukan apakah kasus yang sama pada tahun sebelumnya mesti terulang lagi, sebab fakta saat ini mengindikasikan untuk Riau bakal mengalami kerugian yang sama saat bencana asap tahun 2015.

"Kalau bencana asap tahun 2019 lebih lama terjadi, atau sama kondisi asap tahun 2015, maka akan lebih berbahaya lagi dan fatalnya Riau mengalami kerugian ekonomi bisa mencapai Rp120 triliun lebih, sama kerugaian yang dialami pada bencana asap tahun 2015," katanya. (R02)

Terkini