Blak-blakan Tri Rismaharini: Saya Jendral Perangnya di Kota Surabaya, Saya Bertanggungjawab!

Jumat, 03 Juli 2020 | 10:13:50 WIB
Screenshoot Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan Rosiana Silalahi dalam dialog di Kompas TV.

JAKARTA (RIAUSKY.COM)- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini blak-blakan terkait upaya penanganan Covid-19 di Kota Surabaya.

Itu disampaikannya saat  wawancara bersama Rosiana Silalahi pada dialog yang ditayangkan KompasTV, Kamis (2/7/2020).

Dia juga mengungkapkan alasan gamblang mengapa dia sampai harus sujud dan menangis saat bertemu sejumlah dokter beberapa waktu lalu. 

Risma mengungkapkan kalau dia dan seluruh jajarannya senantiasa berusaha dan bekerja keras untuk menangani Covid-19.

Risma mengungkapkan sejumlah masalah, termasuk laporan rumah sakit penuh, padahal rumah sakit tidak jauh dari lokasi dokter tersebut dengan jarak 5-10 menit naik mobil itu kosong. 

Saya sudah siapkan kurang lebih  200 bed yang sampai saat ini belum ditempati.

Kemudian kita juga setiap hari mendata rumah sakit-rumah sakit yang lain banyak yang kosong, tapi kemudian kenapa dikatakan penuh. 

Beliau, lanjut Risma mengatakan tak bisa merujuk. ''Kita sebenarnya punya lawancovid 2020surabaya.go.id, sebenarnya pengaduan bisa kesitu termasuk 112, kami bisa antar dan disiapkan 24 jam ambulans, kurang lebih 18 ambulan yang membutuhkan rumah sakit. informasi ini nggak ada,'' ungkapnya.

''Kemudian beliau menuding staf saya nggak bisa komunikasi atau kordinasi, padahal setiap hari saya membaca sendiri laporan berapa rumah sakit kosong, informasinya dari mana, bagaimana kondisi rumah sakit, saya selalu dapat informasi tiap hari,'' imbuh Risma. 

''Bagi saya, saya jendral perangnya di Kota Surabaya. Saya bertanggungjawab, Orang mau menyampaikan apapun saya yang bertanggung jawab. Kalau mau menyalahkan staf saya saya tak terima, karena kalau sudah keluar jendral lah yang bertanggung jawab. Entah saya mau maki-maki, mau ngapa-ngapa, kalau keluar itu sudah tangggung jawab saya,'' tegas dia.

Terus terang, kata Risma, dulu awalnya sering menawarkan bantuan APD dua kali ditolak. Pihaknya juga pernah tenaga medis ada yang terpapar, stafnya menunggu sampai 4 jam, baru diterima, kita minta datanya karena harus ditracing.  

Pada kesempatan itu, Risma juga mengaku hampir tidak pernah memperhatikan imej yang disebutkan orang lain terhadap dirinya, termasuk terkait beberapa situasi yang terjadi akhir-akhir ini.

Menurut dia, apa yang dia lakukan adalah untuk masyarakat Surabaya. 

''Terserah mau dibilang apa, mau dibilang wuhan, apalah, saya nggak ngurus itu. Wuhan dulu sebelum kena penyakit juga bagus. Saya gak ngurusi surabaya sebagai wuhan. Disebut sebagai zona hitam, gelap, pekat atau gak kelihatan, yang saya urusi itu pasien dan warga saya. bagi saya, keselamatan warga saya itu nomor 1,'' kata Risma.

Namun begitu, lanjut Risma, Kalau risiko,  kena saya itu saya terima. ''Mau dikatakan Surabaya kayak apa monggo, yang paling penting saya menangani pasien dan warga saya supaya tidak ada korban,'' kata dia.

Risma menjelaskan komitmennya dan jajaran pemerintah Surabaya tidak mau lambat menangani masalah yang dihadapi masyarakatnya. 

''Saya nggak mau  terlambat nangani, kemudian ada yang meninggal, ada yang jadi anak yatim, kan berat saya, saya mendekonsentrasi disini, makanya saya sampaikan ini kenapa ya kok begini terus. Kan energi kami habis untuk melakukan ini. Padahal pasein-pasien ini kan butuh pertolongan sesegera mungkin,'' imbuhnya.

Karena itulah, sebut dia, setiap malam, , jam berapapun, biasanya selesai magrib, dia membutuhkan waktu untuk memeriksa data masyarakat yang terkena Covid-19 langsung. 

''selesai jam berapa pun begitu selesai magrib selesai acara saya langsung data pasien-pasien itu saya pelajari satu per satu, langsung saya perintahkan ke camat, kepala dinas mereka harus lakukan apa. 
Kami pakai aplikasi, saya kumpulkan data. Misalkan di jalan ini berapa, Ada yang terkena satu kampung, harus ditutup malam itu juga satu kampung. Apa yang dibutuhkan, makanan, masker, malam itu harus di clearkan, supaya besok pagi mereka bisa melangkah,'' kata Risma. 

Risma juga mengakui bagaimana beratnya perjuangan dari anak buahnya dalam menghadapi pandemi ini. 

Bahkan diakui dia, di depan matanya sendiri  melihat bagaimana stafnya pun bahkan nyaris tak lagi memperhatikan penampilan.  

''Staf saya mbak, itu ndak tahu bajunya udah menceng-menceng, topinya mohon maaf kayak orang jualan, saya biarin saja, karena memang kondisinya berat, sewaktu-waktu harus lari, harus begini, masa harus ngomong penampilan, terus saya jaga imej semua baik-baik aja. Enggaklah mbak, kami semua sudah capek, lelah secara mental, secara fisik, masa saya harus mikir penampilan  di depan semua orang? enggaklah,'' suara Risma sedikit meninggi. 

Tuhan, lanjut Risma, maha tahu, tuhan maha mengerti apa yang saya lakukan itu benar atau tidak. ''Tuhan maha mengerti apa yang saya lakukan itu benar atau tidak, tuhan maha mengerti apakah saya bohong atau tidak. Tuhan maha tahu apa yang ada dalam hati saya dalam pikiran saya. Konsentrasi saya adalah warga saya yang sakit. Saya tak mau  ada kejadian anak jadi yatim atau yatim piatu, karena itu saya butuh konsentrasi khusus untuk ini,'' kata dia. 

Karena itulah, kata dia, kalau mau nyalahkan, salahkan saja dirinya. Jangan menuding-nuding anak buahnya. 

''saya saja, kenapa harus  staf saya yang dituding-tuding. Bilang saja bu Risma goblok, bu Risma harus turun, saya tak masalah,  Bagi saya jabatan ini hanya titipan. Jangankan jabatan saya, nyawa saya lho besok atau nanti kalau mau diambil tuhan'' tegasnya saat menjelaskan pertanyaan terkait dia sampai sujud kepada salah seorang dokter beberapa waktu lalu. 

''Saya sampaikan, kalau misalkan yang sakit bisa sembuh, semua yang sakit itu bisa sembuh, diganti nyawa saya pun saya ikhlas. 

Tidak ada salah kopral, yang ada salah jendral, ya udah saya disalahkan, saya terima kok, saya manusia dan saya tidak sempurna, saya tahu sekali.

Dialog lengkap wawancara Rosiana Silalahi dan Tri Rismaharini bisa disaksikan lengkap melalui akun youtube berikut:

 

(R04) 

Terkini