Tak Hanya Si Kembar Simon dan Simeon, Adik dan Kakaknya Ikut Berhenti Sekolah Karena tak Sanggup Membayar...

Sabtu, 21 Oktober 2017 | 15:18:18 WIB
Sumon dan Simion Sitinjak saat dimintakan kembali bersekolah ketika kedua orang tuanya menerima bantuan dari sejumlah pihak yang bersimpatik kepada kemiskinan yang diderita keluarganya.

PEKANBARU (RIAUSKY.COM)- Seperti halnya anak-anak di usianya, harusnya mereka tak merasakan putus sekolah. Tapi, kehidupan kedua orang tuanya yang miskin dan papa membuat mereka hanya bisa pasrah.

Tiga kali diusir dan disuruh pulang karena tak mampu membayar SPP dan uang seragam sekolah, menjadi langkah terakhir kedua bocah malang itu.

Sejak Juli lalu, tak ada tawa, tak ada senyuman, mereka hanya meratapi hidup mereka yang sepi dan papa di tengah lembah kemiskinan serta kejamnya dunia pendidikan di negeri ini. 

Nama mereka Simon dan dan Simeon. Wajahnya hampir sama, tingkah polahnya pun hampir tak jauh berbeda. Bedanya, Simon sebelum berhenti sekolah pada Juli lalu sempat duduk di kelas 4 Sedangkan saudara kembarnya, Simeon duduk di kelas 3 sekolah dasar.

Ya, walau kembar dan usianya sama, namun, saat mengenyam pendidikan, keduanya terpaksa dipisahkan. Kata guru di sekolah tempat mereka mengenyam pendidikan di Yayasan Maranata SD Mekar Sari Rumbai.

Kata guru di sekolah tempat Simon dan Simeon mengenyamp pendidikan, kedua bocah kembar itu harus dipisahkan saat belajar mengajar agar tak menjadi bandel.

Tapi, kebijakan itu hanya bertahan sampai kelas 3 dan 4 SD. Kedua bocah malang itu pun tak lagi bersekolah semenjak Juli 2017 lalu. 

Hari-hari mereka dihabiskan di dalam rumah berdindingkan kayu, bermain dan bila malam hari gelap gulita dan hanya ditemani lampu teplok.

Kini kedua putra kembar itu, tidak lagi bersekolah lantaran memiliki tunggakan Rp2 juta kepada pihak sekolah Yayasan Maranata SD Mekar Sari Rumbai.

"Kini kedua putra saya tidak lagi bersekolah. Mereka tidak dijinkan lagi masuk. Sebab biaya pendidikan dan juga biaya administrasi tidak sanggup kami lunasi," kata Mai saat rombongan Bupati Pelalawan, HM Harris mengunjungi rumah sederhana yang ditempati anak dari pasangan.

Namun, ternyata bukan hanya Simon dan Simeon saja, ada dua orang lagi anak dari pasangan Bindrik Sitinjak (37) dan istrinya Mai Kasih Lubis (32) yang juga mengalami nasib sama tidak bisa melanjutkan pendidikan dasar. 

Keduanya masing-masing adalah Rosmata Priskia Sitinjak (11) dan adik mereka, anak nomor empat, Vila Selvia (17) juga terimbas oleh kemiskinan kedua orang tuanya.

Rosmata berhenti sekolah  di  SDN 107 Rumbai setelah kedua orang tuanya tak sanggup membayarkan uang sekolahnya. Begitu pun dengan Vila Selvia yangsudah harus berhenti sekolah ke kelas 2 karena tak mampu melunasi seragam sekolah.

Alhasil, keempatnya hanya bisa meratapi nasib mereka yang suram. Belum lagi Vila Selvia yang terus menjadi bahan olok-olokan teman disekolahnya karena dituduh mencuri donat yang membuat mental sang kakak, Rosmata pun akhirnya harus anjlok karena menahan malu.

Namun ada berkah dibalik penderitaan anak-anak Mai Kasih Lubis ibu yang saat ini sedang mengandung anak kelima yang mungkin dalam beberapa hari ke depan sudah akan segera melahirkan.

Entah rezeki anak yang dikandungnya yang akan lahir hitungan hari lagi, Kamis (19/10/2017) siang lalu,  sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)  dan juga awak media mengunjungi rumah kediaman keluarga miskin itu.

Pemberitaan dan juga kerja keras dari media sejumlah kru media dalam memberikan informasi ternyata menarik perhatian Bupati Pelalawan, HM Harris untuk berkunjung ke rumah tempat tinggal keempat anak dan kedua orang tuanya di Kelurahan Sri Palas, Kecamatan Rumbai Pekanbaru.

Harris yang juga Bakal Calon Gubernur Riau menempuh perjalanan sejauh tiga jam untuk mencapai daerah yang terletak di ujung Pekanbaru itu.

Muhammad Harris  membawa serta bantuan untuk membantu keluarga itu membayar SPP dan seragam sekolah yang tertunggak.

Kehidupan keluarga yang sungguh memprihatinkan dengan kondisi anak-anak yang tidak sekolah tersebut sempat menguras keprihatinan HM Harris. 

Tanpa mengecilkan penderitaan keluarga ini, Harris pun mengisahkan bagaimana dia pun pernah merasakan masa-masa sulit seperti yang dialami Bindrik dan May Kasih Lubis.

"Jangan menyerah dengan keadaan, lakukan segalanya untuk anak-anak ibu. Kita nggak tahu nanti nasibnya seperti apa," ucap Harris yang duduk di lantai bersama Mega Lubis dan si kembar.

‎Melihat kehidupan May dan keluarganya, Harris teringat akan masa lalunya yang hidup serba susah. Dia mengaku pernah tidak punya rumah serta harus kehilangan putranya karena tak punya biaya berobat.

"Dan saya juga harus mencari biaya angkutan serta supir untuk membawa jenazah anak saya," tutur Harris.

Harris mengetahui cerita keluarga May Kasih, ibunda si kembar, dari pemberitaan. Dia pun segera ke Pekanbaru tanpa dikawal banyak bawahannya. Ada amplop yang diserahkan kepada Mega dan diharapkan bisa meringankan.

"Tak banyak, ala kadarnya. Mudah-mudahan bisa membantu," kata Harris yang saat itu juga sempat memeluk kedua bocah kembar yang malang itu.

Dia pun sempat memesankan kepada kedua bocah yang masih hobi bermain-main layaknya anak seusianya itu untuk semangat belajar dan tetap bersekolah.

May hanya  bisa mendengarkan harapan tersebut sambil mengaminkan. Ibu lima anak itu pun tak lupa  mengucapkan terima kasih.

Dia pun menyebut akan segera membayarkan SPP anak kembarnya, Simon dan Simeon yang menunggak Rp 2 juta sejak Juli 2017 dan berharap semua anak-anaknya bisa kembali bersekolah.

"Uang ini juga akan dipergunakan untuk seragam sekolah anak saya yang lain‎," kata  dia.

Dia juga mengisahkan bagaimana upaya mereka sebagai orang tua untuk bisa menyekolahkan kembali empat orang anak-anaknya yang terancam tak berpendidikan tersebut. 

''Suami saya cuma buruh kerja serabutan, kadang jadi sopir angkot, penghasilannya juga pas-pasan saja, jadi tak bisa mencukupi  jangankan untuk membiayai sekolah, untuk makan pun tak memadai,'' ungkap dia penuh prihatin.

Sebenarnya, Bindrik dan May Kasih punya lima orang anak, seorang lainnya yang paling kecil belum mengenyam pendidikan. 

Mereka juga segera dikaruniai anak keenam yang saat ini sudah terlihat membuncit di perut sang ibu. ''Ini yang keenam,'' ungkap sang ibu sambil tersenyum. 

Dengan jumlah anggota keluarga yang relatif banyak itu, keluarga itu tinggal di rumah lapuk. Bahkan, rumah Mega tak memiliki listrik sehingga selalu gelap gulita pada malam hari.

Atas kejadian yang dialami anak-anaknya, Mega berharap uluran tangan untuk meringankan beban anaknya supaya bisa sekolah lagi.(*)

Terkini