Dua Siswi SMK Tewas Tenggelam Saat Liburan, Orang Tua akan Tuntut Pihak Sekolah

Selasa, 12 Desember 2017 | 14:10:00 WIB
Dua siswi SMK yang tewas tenggelam saat dievakuasi

SUKASADA (RIAUSKY.COM) - Dinilai lepas tangan, orang tua dari dua siswi yang tenggelam di objek wisata air terjun berebcana akan menuntut atas kematian dua siswi cantik tersebut.

Raut muka sedih juga terpancar dari Gede Ada (43) ayah dari korban Kadek Dwi Asmarani (16) salah satu korban yang juga tewas dalam musibah di Air Terjun Tembok Barak, Senin (11/12). 

Saat ditemui di Kamar Jenazah RSUD Buleleng, Gede Ada juga mengaku kaget atas kejadian yang menimpa putri keduanya tersebut.

Bahkan, Gede Ada, pria ini mengaku akan segera menuntut pihak sekolah, yang dinilai telah lalai dalam menjaga siswa dan juga putri kesayangannya itu. Ia pun menyayangkan pihak sekolah yang seolah lepas tangan dengan kejadian yang menelan nyawa anaknya ini.

"Pihak sekolah tidak ada yang nelpon. Anehnya saya justru diberitahu oleh Kepala Dusun Pasut Katiasa kalau anak saya tenggelam. Saya ditelepon oleh Pak Kadus sekitar puku 11.30 wita. Dari pihak sekolah belum memberikan penjelasan apa-apa. Saya akan meminta pertanggungjawaban. Anak saya itu tidak bisa berenang. Pihak sekolah sudah lalai," tegasnya seperti dimuat Bali Express.

Seperti diberitakan sebelumnya, dua siswi SMK Widya Dharma Bali Sukasada, tewas saat mandi di kubangan air terjun Tembok Barak, Banjar Dinas Babakan, Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada, Buleleng, Senin (11/12). 

Mereka adalah Luh Devi Cahyani, 16 siswi kelas X bersama rekannya Kadek Dwi Asmarani, 17 siswi kelas XI. Keduanya tewas saat mengikuti program tracking sekolahnya.

Kegiatan tracking ini diikuti sebanyak 22 orang siswa. Mereka didampingi oleh 4 orang guru dengan berangkat dari SMK Widya Dharma Bali Sukasada. Setelah berjalan menyusuri jalan, mereka pun sampai di Air Terjun Tembok Barak, di Banjar Dinas Babakan, Desa Sambangan.

Sesampainya di lokasi, para siswa menggelar persembahyangan bersama di Pura Taman Suci yang masih dekat lokasi air terjun. Usai sembahyang, rombongan langsung menuju lokasi air terjun. Selanjutnya, para siswa diberikan arahan oleh seorang guru pendamping bernama Gusti Ngurah Agus Deni untuk tidak mandi di areal air terjun.

Rupanya arahan guru pendamping tersebut malah diabaikan oleh beberapa siswa-siswi. Selang beberapa menit, terlihat beberapa para siswa-siswi melakukan kegiatan mandi. 

Rupanya korban Ni Luh Devi Cahyani nekat berenang hingga ke tengah kubangan. Karena kondisi kubangan yang dalam, Devi pun berusaha meminta pertolongan. Apalagi Ia memang tidak bisa berenang.

Melihat Devi mau tenggelam, teman korban pun berusaha menolongnya. Namun tidak berhasil. Saat bersamaan, korban lainnya Kadek Dwi Asmarani juga terlihat berada di tengah kubangan. Dwi pun berusaha meminta pertolongan temannya. Meskipun Dwi bisa berenang, namun karena kuatnya arus sungai, keduanya pun tenggelam ke dasar kubangan.

Dikonfirmasi terkait kejadian ini, Kepala Sekolah SMK Kesehatan Widharba Singaraja, Gusti Putu Arsil mengaku tidak mengetahui jika anak-anak didiknya itu dibawa oleh empat orang guru pendamping, untuk melakukan kegiatan tracking dalam rangka jeda semester sekolah.

Arsil juga berkilah jika kegiatan tracking itu adalah niat dari para peserta didiknya sendiri, untuk mengisi waktu jeda semester. Dia pun mengaku sudah melarang dan tidak menyetujui kegiatan tersebut, mengingat padatnya jadwal sekolah.

"Mereka pergi tanpa ada pemberitahuan sama sekali. Tahu-tahu sudah berangkat. Tadi pagi memang saya tidak ada di sekolah.  Ini memang sudah direncanakan oleh guru pendamping, tapi saya tunda. Yang ikut tracking itu hanya beberapa siswa dari kelas X, XI dam XII," jelasnya.

Arsil juga mengaku bahwa dirinya masih berkoordinasi dengan ketua yayasan Widharba, terkait langkah-langkah yang akan diambil selanjutnya kepada kedua korban tersebut. (*)

Terkini