Tahan Lapar Anak-anaknya, Janda Delapan Anak Terisak Masak Batu, ''Tadinya Saya Berharap Mereka Tidur Sambil Menunggu Makanan Ini...''

Sabtu, 02 Mei 2020 | 01:06:53 WIB
Bahati Kitsao memasak batu untuk mengelabui delapan anaknya yang kelaparan agar tertidur.

RIAUSKY.COM- Menahan rasa lapar yang teramat sangat, seorang janda beranak delapan mengelabui anak-anaknya dengan berpura-pura merebus batu layaknya memasak makanan.

Kisah ibu malang dan delapan anaknya ini viral setelah sang anak mengetahui kalau ibunya Peninah sedang berbohong sedang memasak makanan. 

Sang anak pun menangis, hingga tangisannya didengar oleh salah seorang tetangganya, Prisca. 

Penasaran, Prisca pun melihat situasi yang apa yang sedang terjadi. Dia pun merekam  penderitaan tetangganya itu  hingga kemudian mendapat perhatian media.

“Mereka segera tahu saya berbohong, tapi saya tak bisa apa-apa, karena tak punya apa-apa”, ungkap Peninah Bahati Kitsao yang tinggal di Mombasa, Kenya dilansir dari bbcindonesia.com.

Tadinya dia berharap anak-anaknya tertidur sementara menunggu makanan mereka masak.

Katanya kepada stasiun televisi NTV. Anak-anaknya tidak terlalu lama terkecoh dengan taktiknya memasak batu.

NTV melaporkan, kisah Kitsao menjadi viral ketika Prisca Momanyi mendengar suara anak-anak menangis dan ia ke rumah Kitsao untuk memeriksa apakah keluarga itu baik-baik saja.

Prisca Momanyi, tetangga Kitsao melihat penderitaan tetangganya itu dan merekamnya hingga kemudian mendapat perhatian media.

Kitsao kemudian diwawancara oleh stasiun TV Kenya, NTV.

Kisahnya jadi perhatian dan janda delapan anak ini menerima banyak sumbangan lewat rekening bank yang dibuka oleh Momanyi untuknya.

Tapi Kitsao tidak bisa membuka rekening bank-nya sendiri karena ia buta huruf.

 

"Keajaiban di tengah kesulitan"

Kitsao yang tinggal di rumah dengan dua kamar tidur tanpa listrik dan tanpa fasilitas air mengalir, menggambarkan kedermawanan orang-orang ini sebagai “keajaiban”.

“Saya tidak percaya bahwa warga Kenya bisa begitu memberi kasih sayang, hingga saya menerima telepon dari seluruh negeri bertanya bagaimana cara mereka bisa membantu,” katanya kepada situs berita Tuko.

 

Program bantuan

Biasanya ia menyediakan jasa mencuci pakaian, tetapi sesudah orang-orang membatasi keluar rumah karena virus corona, tak ada pekerjaan untuknya. 

Janda itu, yang suaminya dibunuh oleh geng kriminal beberapa bulan lalu, tidak berhasil mendapatkan uang selama satu bulan terakhir.

"Di situlah (mencuci pakaian) saya dulu mendapatkan sedikit uang.  Sekarang segalanya telah berubah. Saya tidak punya penghasilan dan anak-anak saya terus menangis karena kelaparan," tambahnya.

Sebagai upaya meringankan beban mereka yang paling rentan dilanda krisis virus corona, pemerintah Kenya telah meluncurkan program pemberian makanan.

Namun program ini belum mencapai Kitsao dan keluarganya, yang baru saja ditinggalkan ayah mereka tahun lalu yang terbunuh oleh geng kriminal.

Tetangga Kitsao juga berterima kasih kepada pemerintah setempat dan Palang Merah Kenya yang ikut serta membantu.

Banyak rumah tangga di kawasan kota dekat pantai kini mulai mendapatkan bantuan program pemberian makanan, menurut pihak berwenang.

Seperti halnya banyak warga miskin Kenya, Kitsao sulit mendapatkan penghasilan sejak bulan lalu ketika pemerintah mulai menetapkan aturan pembatasan pergerakan untuk mencegah penyebaran virus corona. Termasuk dalam langkah itu adalah larangan keluar-masuk ke kota-kota besar.

Perusahaan-perusahaan mengurangi atau menghentikan sementara operasi mereka, dan ini berdampak kepada pekerja harian dan kontrak yang kehilangan sumber pemasukan, dan tak punya alternatif.

Para pengusaha kecil juga terdampak akibat adanya pembatasan gerak yang berlaku secara nasional.

Kisah Kitsao ini bertepatan dengan terungkapnya fakta bahwa menteri kesehatan Kenya menghabiskan anggaran besar – yang asalnya dari sumbangan Bank Dunia untuk merespon virus corona – untuk belanja teh, makanan ringan, dan biaya pulsa untuk staf.

Rincian berapa orang yang mendapat bagian dari anggaran itu tidak jelas, tetapi tindakan itu menimbulkan kemarahan di media sosial.

Pemerintah dianggap melakukan pemborosan di saat warga Kenya terus menderita. (R04)


 

Terkini