Diduga Akibat Kabut Asap Balita 2 tahun Pingsan

Diduga Akibat Kabut Asap Balita 2 tahun Pingsan
PEKANBARU(RIAUSKY.COM)-Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) kembali memakan korban di Provinsi Riau. Kali ini, bocah yang baru berumur dua tahun lima bulan, Helmi, warga Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, harus dirujuk dari Puskesmas setempat ke RSUD Arifin Achmad di Kota Pekanbaru. Pihak keluarga menyebut Helmi kejang-kejang akibat serangan kabut asap. "Mulai dari jam 00.00 WIB, Selasa (20/10) sampai jam 06.00 WIB, Helmi tak sadarkan diri. Seluruh badannya kejang-kejang sampai lidahnya sendiri digigit hingga terluka," ujar bibi Helmi, Ana (38) seperti dikutio dari halloriau.com. Setelah kejang-kejang, Helmi dibawa ke Puskesmas Kampar Kiri Hulu. "Tapi dari Puskesmas dirujuk ke Pekanbaru. Kata dokter di sana (Puskesmas), Helmi sakit karena kabut asap hingga kejang-kejang seperti ini," tambah paman Helmi, Karyo (40) di tempat yang sama. Menurut Karyo, Helmi dibawa dari Puskesmas Kampar Kiri Hulu sekitar pukul 09.00 WIB dan baru sampai di RSUD Arifin Achmad pukul 12.30 WIB. Helmi kemudian mendapat perawatan di ruang instalasi gawat darurat (IGD). Seorang dokter piket IGD RSUD Arifin Achmad yang tak mau disebutkan namanya belum bisa memastikan penyakit yang diderita Helmi. "Kemungkinan ada faktor dari kabut asap karena balita memang rentan," katanya singkat. Sementara ibunda Helmi terlihat sedih saat melihat anak kesayangannya diinfus oleh perawat RSUD. Pada Selasa sore, menurut kakek Helmi, Jamaris (68), kondisi cucunya mulai membaik. "Tapi kamar rawat di sini (RSUD) katanya penuh. Kami masih menunggu kamar kosong buat perawatan cucu saya," keluhnya sekitar pukul 16.00 WIB. Direktur Utama RSUD Arifin Achmad, Nurzeli Husnedi yang dikonfirmasi malam tadi membenarkan adanya balita yang dirujuk dari Puskesmas Kampar Kiri Hulu dalam kondisi kejang-kejang. Namun, menurutnya, dari hasil diagnosis, kondisi Helmi tidak terkait dengan lima penyakit yang dikaitkan dengan kabut asap, yakni Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), pneumonia, asma, iritasa mata dan iritasi kulit. "Memang kejang iya. Itu step (stuip atau kejang demam). Namun karena kondisi asap saat ini bisa saja semua orang menyebutkan sebabnya karena asap," katanya. Harus Dievakuasi Sebelumnya, Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan, pada kondisi status udara Sangat Tidak Sehat (level Indeks Standar Pencemar Udara/ISPU 200-299) anak-anak usia satu hari hingga enam tahun sudah harus dievakuasi dari lokasi bencana kabut asap. Untuk anak lebih kecil usianya, menurut IDAI, evakuasi harus dilakukan lebih dini. Bayi usia 1-28 hari harus dievakuasi pada level udara Sedang (ISPU 50-100) dan anak balita atau satu bulan-60 bulan pada level udara Tidak Sehat (100-200). "Anak-anak sangat rentan terhadap pajanan lingkungan. Mereka makan, minum dan menghirup lebih banyak udara per kilogram berat badan dibandingkan orang dewasa," demikian bunyi rekomendasi IDAI No 011/Rek/PP IDAI/X/2015 tentang Kesehatan Anak Akibat Kabut Asap yang ditandatangi Ketua Umum IDAI Aman Bhakti Pulungan dan Sekretaris IDAI Piprim Basarah Yanuarso. Disebutkan juga, anak berada dalam periode penting perkembangan sehingga pajanan racun dapat menyebabkan efek negatif, dan anak memiliki kebiasaan untuk lebih sering menjelajahi lingkungannya sehingga terpajan lebih banyak benda-benda yang orang dewasa biasanya hindari. "Sementara Karhutla memberikan banyak jenis pajanan berbahaya antara lain api, asap stimulus, psikologis dan zat sisa dari pembakaran kayu, plastik dan zat kimia lain," sebutnya. Sedangkan kandungan asap itu, lanjutnya, terdiri dari organik pertikel yang sangat kecil, droplet cairan dan gas seperti CO, CO2, serta bahan organik volatil lain, seperti formaldehida dan akroin. "Pengaruh yang paling umum kepada anak yaitu iritasi mata dan saluran pernapasan, penurunan fungsi paru dan perburukan penyakit paru dan jantung yang sudah ada sebelumnya. Contohnya pada kasus asma," lanjutnya.(RO3)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index