Besok, DPW Apkasindo Riau Gelar Seminar 'Sawit Goes to Campus' di UIR

Besok, DPW Apkasindo Riau Gelar Seminar 'Sawit Goes to Campus' di UIR
Seminar Sawit Goes to Campus di Kampus UNS beberapa waktu lalu

PEKANBARU (RIAUSKY.COM) - Sawit Goes to Campus. Judul seminar nasional ini kedengaran aneh. Maklum, gawe semacam ini baru kali pertama digelar di Sumatera. 

Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) yang bakal menggelar acara ini Kamis besok (14/12) di Auditorium Pasca Sarjana Universitas Islam Riau (UIR) di kawasan Marpoyan Pekanbaru, Riau. 

Lebih dari seribu peserta bakal dicekoki pemahaman tentang kelapa sawit oleh sejumlah narasumber. 

Mereka antara lain Direktur Badan Pengelola Dana Perkebunan Sawit (BPDP), DR.Dono Bustami), Peneliti Ekonomi Kelapa Sawit, DR. Bayu Krisnamurthi, Kepala Balai Penelitian Marihat, Dr. Agus Susanto, dan Peneliti Industri Hilir Kelapa Sawit, DR. Donal Siahaan.

Ketua DPW Apkasindo Riau, Gulat Medali Emas Manurung mengatakan, Sawit Goes to Campus menjadi deretan dari tiga acara yang digelar Apkasindo Riau selama dua hari. 

Di hari kedua, Apkasindo akan menggelar Forum Kelapa Sawit Riau dan Raker DPW Apkasindo Riau di Grand Suka Hotel Pekanbaru. 
 
Tentang Sawit Goes to Campus tadi, Gulat mengatakan bahwa selama ini sawit selalu dikonotasikan negatif oleh sejumlah NGO. Padahal faktanya, hasil olahan sawit justru sudah menjadi bagian dari keseharian masyarakat. 

"Sadar dan enggak, minyak goreng, sabun, kosmetik, bio solar dan sederet benda keseharian yang kita pakai, itu bersumber dari olahan kelapa sawit. Biar adik-adik mahasiswa semakin paham tentang arti penting kelapa sawit inilah makanya tema Sawit Goes to Campus kita bikin "Sawit Antara Mitos dan Fakta". Sawit adalah Kita. Kekayaan alam Indonesia yang tidak dimiliki oleh banyak negara di dunia," katanya di Kantor DPW Apkasindo Riau di kawasan jalan Arifin Ahmad Pekanbaru, jelang siang tadi. 

Gulat kemudian mengurai 10 fakta penting tentang peran 11,2 juta hektar kebun kelapa sawit di Indonesia. Mulai dari sawit menjadi sumber kehidupan, menjadi tanaman yang tidak berkontribusi besar terhadap berkurangnya hutan hujan tropis, hingga limbah sawit multi manfaat. 

"Selama ini emisi gas rumah kaca yang disumbang oleh sawit (835 kilogram) justru lebih kecil dari emisi yang ditimbulkan oleh kedelai (1.387 kilogram). Kelapa sawit dua kali lipat lebih mampu menyerap CO2 dibanding tanaman lain. Serta daunnya 10 kali lebih efisien menjadi kanopi," Gulat merinci. 

Produktifitas kelapa sawit kata Gulat lebih tinggi dibanding komoditas minyak nabati lain dan lebih efisien soal penggunaan lahan. Misalnya untuk memproduksi 1 ton CPO sawit hanya butuh lahan 0,26 hektar. 
Sementara untuk jumlah produksi yang sama, kedelai butuh lahan 2,2 hektar dan minyak bunga matahari 2 hektar. "Besok, semuanya bakal dijelaskan secara ilmiah," ujar Gulat.

Lantaran pentingnya pemahaman soal sawit ini makanya Gulat berharap kesempatan ini jangan disia-siakan oleh mahasiswa. "Pendaftaran peserta masih terbuka kok. Di acara yang kita gelar dari pagi hingga jelang sore nanti itu, mahasiswa bakal kebagian baju kaos, sertifikat dan ada juga doorprice di akhir acara," ujarnya sambil menyerahkan link pendaftaran peserta di bit.ly/SawitGoesToCampus.  

Sekretaris Apkasindo Riau, Rino Afrino kemudian menjelaskan bahwa berkebun kelapa sawit juga menjadi salah satu cara untuk merevitalisasi hutan yang pernah hancur akibat logging atau illegal logging. 

"Ini lantaran kelapa sawit menyimpan kandungan karbon yang cukup besar. Lalu perkebunan kelapa sawit juga bisa menjadikan daerah yang tadinya kampung sunyi, berubah menjadi kota berkembang. Contohnya Tapung di Kabupaten Kampar. Geliat ekonomi di kelapa sawit membikin daerah ini cepat berkembang," katanya. 

Yang pasti kata Rino, kelapa sawit akan berdampak negatif jika ditangani oleh perusahaan atau petani yang tidak bertanggungjawab. Tapi jika ditangan perusahaan maupun petani yang bertanggung jawab, industri kelapa sawit akan muncul sebagai cahaya penerang dan salah satu indikator kemajuan ekonomi masyarakat, daerah, bahkan nasional. "Dengan mendukung kelapa sawit, berarti kita mendukung kemajuan ekonomi Indonesia," ujarnya. 

Lantas kenapa sawit dimusuhi sejumlah NGO? Dekan Fakultas Pertanian UIR, Dr.Ir.UP ISMAIL, M.Agr yang juga Ketua Pelaksana Sawit Goes to Campus mengatakan begini; Saya melihat bahwa mereka melarang kelapa sawit di Indonesia lantaran Indonesia adalah buffer terakhir untuk ozon dan Global Warming. 

Dan bagi saya ini sebagai bentuk ketidakadilan. Masa ekonomi negara lain boleh maju dan berkembang sementara kita enggak? Beda kalau para "pelarang" tadi memberikan kompensasi ekonomi yang sepadan dan menjadi solusi ganda untuk masyarakat dan pendapatan nasional. (Rls)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index