Apaksindo Riau Kembali Kuliahkan Anak Buruh Sawit

Apaksindo Riau Kembali Kuliahkan Anak Buruh Sawit

PEKANBARU (RIAUSKY.COM) - Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP KS) bekerjasama dengan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) kembali mengucurkan dana beasiswa kepada anak-anak Petani dan Buruh Tani yang akan menempuh pendidikan di STIPER Jogjakarta dan Politeknik Kelapa Sawit CWE Jawa Barat. 

Keberangkatan anak-anak penerima beasiswa ini dilepas Ketua DPW APKASINDO Riau, Gulat Manurung di depan Kantor DPW Apkasindo Riau, Pekanbaru, Selasa (23/10/18). Hadir dalam acara ini antara lain jajaran pengurus DPW Riau, sekretaris DPW Riau, Rino Afrino, wakil ketua DPW Bidang Organisasi Sismeidinata, Wakil Ketua DPW Bidang KUD/UKM H. Suher, beserta Perwakilan DPD Apkasindo dari 11 Kabupaten/Kota se Provinsi Riau.

Untuk Program D1 Kelapa Sawit, anak-anak Petani ini akan dikuliahkan di dua Perguruan Tinggi, yaitu Institut Pertanian Jogjakarta (INSTIPER) dan Politeknik Sawit Citra Widya Education (CWE) Jawa Barat. Jumlah mahasiswa D1 yang dikuliahkan melalui Beasiswa BPDP-KS ini secara Nasional sebanyak 300 Mahasiwa. 

Dari 300 jatah Nasional tersebut 82 orang berasal dari Riau (28%), dengan rincian 57 orang di Kampus INSTIPER Jogja dan 25 orang mahasiswa di Kampus Politeknik Sawit CWE Jawa Barat. Sedangkan untuk Program D3 Keahlian Khusus Kelapa Sawit, sebanyak 31 orang Mahasiswa asal anak Petani dan buruh tani sawit Riau (34%) di Kuliahkan di Kampus Politeknik Sawit CWE Jawa Barat dari jatah Nasional sebanyak 90 mahasiswa. 

Suatu kebanggan bagi kita Riau, karena jatah Mahasiswa terbanyak di dominasi oleh DPW Apkasindo Riau dari 24 Propinsi yang memiliki Cabang Apkasindo se Indonesia. Gulat ME Manurung menyebutkan bahwa program pendidikan yang diberikan kepada anak petani ini setara dengan D1 dengan Kurikulum Berbasis Kelapa Sawit. Selama 8 bulan penuh mahasiswa ini akan di didik secara teori dan diikuti dengan pendidikan mental semi militer.

Setelah mengikuti Pendidikan secara teori selama 8 bulan akan dilanjutkan dengan Praktek di berbagai Perusahaan Ternama selama 4 bulan penuh. Kurikulum yang disiapkan untuk mahasiswa D1 Kelapa Sawit ini sangat terstruktur dimana diharapkan setelah selesai menempuh pendidikan selama 12 bulan alumni akan siap menjadi Mandor-Mandor Muda yang kreatif dan professional.  Berbeda dengan D1, Kurikulum D3 Kelapa Sawit,ini mengadopsi Strata Level Asisten Kebun, dengan 60 Teori dan 40 % Praktek. Perbedaan dari D3 Kelapa Sawit dengan Program D3 lainnya adalah bahwa Program D3 Kelapa Sawit ini Pembinaan Mental dan Fisk juga merupakan Fokus dari materi Perkuliahan, sebab itu sejak awal seleksi sudah diwanti-wanti melalui Tes Kesehatan Jasmani dan Rohani.

Ir. Gulat ME Manurung, MP selaku Ketua DPW Apkasindo Riau, menjelaskan bahwa Beasiswa kali ini berbeda dengan tahun lalu dimana Angkatan 2018 ini tidak hanya Jenjang Pendidikan D1 Kelapa Sawit tetapi juga Program D3 Kelapa Sawit, seleksi untuk kedua jenjang strata Pendidikan telah dilakukan di tiga simpul yang mewakili 12 Kabupaten di Riau. 

"Anak-Anak Petani maupun Buruh Tani peserta Peserta Tes atau Seleksi harus berasal dari Asosiasi Petani Kelapa Sawit  yang dikoordinir DPW Apkasindo Riau, jadi peserta seleksinya direkomendasi dari organisasi Petani Sawit seperti Apkasindo Kabupaten/Kota, ASPEK-PIR (Asosiasi Petani Kelapa Sawit Pola Inti Rakyat), dan Asosiasi SAMADE (Sawit Masa Depan)," terang Gulat

Program Beasiswa Apkasindo bekerjasama dengan BPDPKS ini adalah Program angkatan ke-III untuk D1 dan Angkatan I untuk Program D3. Adapun dirasa perlu untuk menyekolahkan anak para buruh tani/petani kelapa sawit ini adalah tidak lepas dari anggapan banyak orang bahwa buruh tani dan petani kelapa sawit masih melakukan usaha tani kelapa sawit secara tradisional khususnya dari aspek agronomis. 

Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat 41% dari total luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia, sehingga produktivitas perkebunan rakyat belum optimal. Pendekatan peningkatan SDM Petani harus dimulai dari anak-anak Petani itu sendiri, karena dari hasil penelitian bahwa 8 dari 10 orang Pekebun adalah berasal dari keluarga Petani, jadi ini dasar mengapa mengutamakan anak-anak Petani dan Buruh Tani, selain itu biasanya dengan segala keterbatasan, biasanya anak-anak Petani dan Buruh Tani ini kalah dalam mendapatkan dan meraih kesempatan lulus di Perguruan Tinggi Negeri.

"Jadi tidak ada salahnya jika pada kesempatan Beasiswa ini mengutamakan anak-anak Petani dan Buruh Tani Sawit," ujar Gulat lebih Rinci. 

Muchlisin, salah seorang calon mahasiswa di Stiper Jogja mengatakan bahwa kuliah di Instiper Joga yang merupakan Kampus idolanya sejak SMP. Tapi apa daya tidak mungkin rasanya bisa kuliah di Instiper Jogja mengingat perekonomian orang tua yang pas-pasan sebagai buruh tani sawit di Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan hilir.

"Saya terlahir dilingkungan keluarga miskin dengan dunia saya sehari-hari adalah kelapa sawit, saya tamat tahun 2017 dari SMK Sempena Rokan Hilir, jadi selama setahun nganggur saya bekerja membantu orang tua dengan ikut membabat ilalang dan pakis di kebun orang yang mencari pekerja Buruh Harian Lepas, semasa SMK juga saya sering membantu orang tua, saya tidak pernah malu melakukan pekerjaan itu, saya bangga sebagai anak buruh tani," kata Muchlisin yang biasa dipanggil Isin oleh teman-temannya. (R05.Mcr)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index