Kecewa Lagi Realisasi Anggaran Covid-19 Baru 20 Persen, Jokowi: DIPA Saja Belum Ada, Aura Krisisnya Betul- betul...

Kecewa Lagi Realisasi Anggaran Covid-19 Baru 20 Persen, Jokowi: DIPA Saja Belum Ada, Aura Krisisnya Betul- betul...
Presiden Joko Widodo saat pedato pengantar Rapat terbatas di Istana Negara Jakarta kemarin.

JAKARTA (RIAUSKY.COM)-  Presiden Joko Widodo (Jokowi) lagi-lagi kembali kecewa dengan kinerja kementerian dan lembaga (K/L). Kekecewaan itu terutama terkait dengan penanganan pandemi Covid-19 yang dinilai masih lambat.

Apalagi, ada beberapa K/L yang bahkan belum memiliki Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Tidak heran realisasi anggaran penanganan akibat Covid-19 masih rendah.

"Yang belum ada DIPA-nya saja masih gede banget, mungkin 40%-an belum ada DIPA. DIPA saja belum ada, gimana mau realisasi? Artinya apa? Di kementerian-kementerian, di lembaga ini aura krisisnya belum..., betul-betul belum, ya belum," ujarnya saat memberikan pengantar dalam rapat terbatas di Istana Negara, Jakarta, kemarin sebagaimana kami himpun dari cnbcindonesia.

Menurut kepala negara, semua K/L masih fokus pada kegiatan harian. Padahal saat ini harus fokus agar perekonomian di kuartal III bisa berada di zona positif. 

Oleh karena itu, dia berharap semua K/L kembali fokus meminimalisasi dampak Covid-19 ke perekonomian.

"Oleh sebab itu, saya minta ini, Pak Ketua (Ketua Komite Kebijakan Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Airlangga Hartarto), urusan ini didetailkan satu per satu dari menteri-menteri yang terkait. Sehingga manajemen krisis ini kelihatan lincah, cepat, troubleshooting, smart-shortcut, dan hasilnya betul-betul efektif, kita butuh kecepatan," kata dia.

Jokowi kemudian kembali menyerukan kekecewaan terutama ke realisasi anggaran yang masih minim hingga saat ini. Bahkan dari anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang disiapkan sebesar Rp 695,2 triliun yang terealisasi belum sampai setengahnya.

Padahal, penyaluran anggaran itu adalah salah satu langkah menumbuhkan perekonomian di kuartal III sehingga Indonesia bisa terhindar dari jurang resesi.

"Saya melihat memang urusan realisasi anggaran ini memang masih sangat minim sekali. Sekali lagi, dari Rp 695 triliun stimulus untuk penanganan COVID-19, Rp 695 triliun, baru 20% yang terealisasi, Rp 141 triliun yang terealisasi, baru 20%, sekali lagi, masih kecil sekali, kecil sekali," katanya.

Berikut adalah pidato lengkap Jokowi dalam ratas kemarin:

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Selamat pagi,Salam sejahtera bagi kita semuanya.

Yang saya hormati Bapak Wakil Presiden, para Menko, para Menteri, Kepala Lembaga yang hadir.

Dalam Rapat Terbatas pada pagi hari ini, yang sekali lagi, yang berkaitan dengan penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional. Saya ingin menekankan beberapa hal:

Yang pertama, saya tidak tahu sebabnya apa tetapi suasana pada minggu-minggu terakhir ini kelihatan masyarakat berada pada posisi yang khawatir mengenai COVID-19. 

Entah karena kasusnya meningkat, atau terutama (masyarakat) menengah-atas melihat karena orang yang tidak taat pada protokol kesehatan tidak semakin sedikit tetapi semakin banyak.

Dan kita tahu, sampai kemarin sudah ada 111.000 lebih kasus dengan case fatality rate 4,7 persen, dan angka kematian di Indonesia ini lebih tinggi 0,8 persen dari kematian global. 

Ini saya kira yang menjadi PR besar kita bersama. Selain itu juga, case recovery rate di negara kita, data terakhir adalah 61,9 (persen). Ini saya kira juga bagus, terus meningkat angkanya.

Oleh sebab itu, pada kesempatan yang baik ini saya ingin agar yang namanya protokol kesehatan, perubahan perilaku di masyarakat betul-betul menjadi perhatian kita. 

Saya ingin fokus saja, seperti yang saya sampaikan yang lalu, mungkin dalam dua minggu ini kita fokus kampanye mengenai pakai masker. Nanti minggu..., dua minggu berikut kampanye mengenai jaga jarak atau cuci tangan, misalnya. Dua minggu berikut tadi tidak dicampur langsung urusan cuci tangan, urusan jaga jarak, urusan tidak berkerumun, pakai masker. 

Kalau barengan itu mungkin untuk (masyarakat) menengah-atas itu bisa ditangkap secara cepat, tapi (masyarakat) yang di bawah ini yang menurut saya memerlukan satu per satu.

Dan saya ingin ini melibatkan PKK, kita coba PKK. Nanti istri Mendagri ini yang nanti..., saya enggak tahu, tapi kalau ibu-ibu nanti khawatir mengenai masalah COVID-19, ya mungkin kita rem. 

Tapi kalau ibu-ibu siap, saya kira PKK ini juga sangat efektif untuk door-to-door urusan masker. 

Urusan perubahan perilaku ini betul-betul harus kita lakukan dengan komunikasi, mungkin di TV dan di medsos dan lain-lain secara masif dalam dua minggu ini dengan cara-cara yang berbeda.

Yang kedua, yang berkaitan dengan menyeimbangkan rem dan gas di kuartal ketiga, ini urusan ekonomi, yang berkaitan dengan konsumsi rumah tangga, yang berkaitan dengan daya beli masyarakat. 

Saya melihat memang urusan realisasi anggaran ini memang masih sangat minim sekali. Sekali lagi, dari Rp695 triliun stimulus untuk penanganan COVID-19, Rp695 triliun, baru 20 persen yang terealisasi, Rp141 triliun yang terealisasi, baru 20 persen, sekali lagi, masih kecil sekali, kecil sekali.

Penyerapan yang paling gede itu ada di perlindungan sosial, 39 persen, kemudian program UMKM 25 persen, hati-hati ini. Yang belum ada DIPA-nya saja masih gede banget, mungkin 40 persen-an belum ada DIPA. DIPA saja belum ada, gimana mau realisasi? Artinya apa? Di kementerian-kementerian, di lembaga ini aura krisisnya belum..., betul-betul belum, ya belum.

Masih sekali lagi, kejebak pada pekerjaan harian, enggak tahu prioritas yang harus dikerjakan. Oleh sebab itu, saya minta ini, Pak Ketua, urusan ini didetailkan satu per satu dari menteri-menteri yang terkait. Sehingga manajemen krisis ini kelihatan lincah, cepat, troubleshooting, smart-shortcut, dan hasilnya betul-betul efektif, kita butuh kecepatan.

Saya rasa itu sebagai pengantar yang bisa saya sampaikan. Terima kasih.(R04)
 

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index