Ikut Tradisi Mandi Darah, Fitri: Rasanya Ngeri, Hangat, Amis, Kalau Tak Kuat Bisa Pingsan

Ikut Tradisi Mandi Darah, Fitri: Rasanya Ngeri, Hangat, Amis, Kalau Tak Kuat Bisa Pingsan
Fitri Romadona mengikuti ritual mandi darah. foto: istimewa

RIAUSKY.COM - Meski aneh, namun hingga kini ritual mandi darah masih terus dilakukan warga Kecamatan Rawas Ilir, Kabupaten Muratara, Sumsel. 

Ternyata tradisi sakral dan wingit itu, masih tetap lestari hingga saat ini.

Fitri Romadona (23), warga Desa Pauh I, Kecamatan Rawas Ilir, Muratara yang mengikuti prosesi ritual leluhur ini mengaku, ada kenangan tersendiri bisa melaksanakan ritual mandi darah. 

Selain ikut melestarikan budaya, dia mengaku banyak filosofis yang terkandung di dalam ritual itu.

“Saat dimandikan rasanya ngeri, darahnya masih terasa hangat saat dimandikan ke badan. Amisnya sangat kental, kalau tidak kuat bisa pingsan,” kata Fitri, Selasa (4/8). 
Menurutnya, ritual itu dia lakukan Jumat lalu, usai pelaksanaan Hari Raya Idul Adha di desanya.

Dikatakannya, inti ritual merabun kemean itu merupakan untaian doa yang dipanjatkan ke pemilik semesta alam. 
Sehingga pemilik badan yang dimandikan darah kurban itu bisa diberikan kesehatan, kesejahteraan, dan kekuatan fisik maupun kekuatan mental dalam mengarungi hidup. Tidak sedikit warga di desa mereka yng masih melestarikan tradisi warisan turun temurun itu.

“Waktu dimandikan itu sambil diiringi doa doa dari sanak famili yang ikut menyaksikan ritual. Biasanya dilakukan usai tamat pendidikan tinggi,” tutupnya.

Fitri mengungkapkan, selain banyak keluarga yang ikut menyaksikan, tidak jarang juga saat prosesi itu banyak warga dan tetangga yang ikut menyaksikan. 

“Usai mandi darah daging kerbau yang dikurbankan akan dibagi bagikan ke tetangga,” tutupnya.

Sementara itu, Abu Hendar (45), orang tua Fitri mengaku, tradisi ini sudah diwariskan lintas generasi. Ritual merabun kemean selalu dilakukan saat anak mereka menamatkan pendidikan tinggi.

“Itu simbolis untuk memulai hidup baru, filosofinya hidup itu penuh perjuangan dan mesti ingat perjuangan hidup itu harus berani berkorban,” ucapnya.

Menurutnya, ritual yang mereka lakukan ini sudah lintas generasi dan ini merupakan generasi ketujuh yang melaksanakan mandi darah. 

“Ya, ini memang sudah turun temurun dilakukan, intinya acara itu untuk mendoakan kesuksesan terhadap anak. Agar mereka berani mengarungi hidup,” tutupnya. (R01)

Sumber: Sumeks.co

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index