Produksi Vaksin Covid-19 Butuh Rp65,9 Triliun, Erick Thohir: Dikawal Kejaksaan dan BPKP, Tak Ada Pemain yang Cari Keuntungan!

Produksi Vaksin Covid-19 Butuh Rp65,9 Triliun, Erick Thohir: Dikawal Kejaksaan dan BPKP, Tak Ada Pemain yang Cari Keuntungan!
Erick Thohir

JAKARTA  (RIAUSKY.COM)- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meyakini vaksin adalah awal kemenangan Indonesia melawan Covid-19.

Bio Farma mengumumkan dimulainya uji klinis tahap ketiga vaksin Covid-19 dari Sinovac China pada Kamis, 6 Agustus 2020. Vaksin menjadi secercah harapan di tengah pandemi covid.

Erick Thohir, ditunjuk Presiden Joko Widodo sebagai ketua pelaksana tim penanganan pandemi virus corona dan pemulihan ekonomi nasional.

Erick mengatakan Bio Farma akan bisa memproduksi 250 juta vaksin pada Desember mendatang. Setiap orang disuntik dua kali dalam vaksin covid. Sehingga dibutuhkan hingga 380 juta vaksin.

"Karena bayangin begini. 320 sampai 380 juta imunisasi, jarum suntiknya harus ada juga segitu banyak. Belum tenaga kerjanya, belum beli vaksinnya, karena kita belum bisa ciptakan, walaupun kita mendorong vaksin merah putih bisa," ujar Erick di Jakarta, Jumat (7/8/2020).

Berdasarkan estimasinya, diperlukan biaya sekitar 4,5 miliar dolar AS atau Rp 65,9 triliun (asumsi kurs Rp 14.671) untuk membeli vaksin, memproduksinya hingga menyuntikkannya ke 160 hingga 190 juta masyarakat Indonesia.

"Kalau harganya 15 dollar AS per vaksin. Jadi berapa? 300 juta (vaksin) x USD 15 berarti sudah USD 4,5 milliar," tutur Erick seperti dilaporkan tribunnews.com.

Untuk mengawal proses administrasi itu, kata Erick, pihaknya menggandeng pihak Kejaksaan, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), hingga Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).

"Supaya memastikan proses administrasi aman, dan benar ini tidak ada nanti pemain-pemain yang mencari keuntungan. Kita jaga itu," imbuh Erick.

Menurut Erick, vaksin merupakan kemenangan awal melawan pandemi Covid-19. Dengan adanya vaksin, masyarakat bisa beraktivitas normal, meski tetap mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker.

"Vaksin merupakan kemenangan terdekat atau tercepat yang harus kita lakukan. Dan pasti nanti dengan masyarakat juga merasa aman karena vaksin sudah ada. Mereka juga bisa melakukan kegiatan dengan normal, tapi tetap pakai masker protokol kesehatan," kata Erick.

Dahulukan Masyarakat di Zona Merah

Erick menjelaskan nantinya mendahulukan masyarakat yang berada di zona merah untuk divaksin. Ia menyontohkan, seperti di wilayah Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan.

"Didahulukan, tapi bukan berarti yang tidak zona merah, tidak divaksin," kata Erick.

Erick menargetkan 40 juta masyarakat Indonesia sudah divaksin pada Februari 2020.

Vaksin akan menjadi program pemerintah yang tidak dibebaskan. Sehingga, dipastikan vaksin akan merata ke seluruh masyarakat Indonesia tanpa membedakan kelas ekonomi.

"Takutnya kalau nanti dibebaskan, kaya dan miskin ada lagi. Nanti yang kaya duluan yang disuntik karena bayar duluan. Tidak bisa seperti itu," ucap Erick.

"Prioritas masyarakat dulu yang bisa disuntik vaksin. Sekarang tahap mencari relawan 1.620, yang diharapkan akhir Agustus terkumpul dan setelah itu kita cobakan di awal September," sambungnya.

Erick mengaku enggan mendahului masyarakat divaksin. Ia berkelakar bukan berarti takut disuntik.

"Kalau rakyatnya sudah disuntik baru kita. Masa kita duluan disuntik. Bukan artinya tidak berani ya. Tapi kita sebagai pemimpin belakangan karena berikan kesempatan yang lain. Dipastikan sangat aman," ujar Erick.

Sebagai tahap awal uji klinis tahap ketiga, sebanyak 2.400 dosis vaksin dari Sinovac, China, sudah tiba di Bio Farma pada 19 Juli 2020, berkat dukungan Kementerian BUMN dan peran Kementerian Luar Negeri yang memasukkan vaksin sebagai diplomatic goods.

Vaksin yang datang tersebut masih memerlukan beberapa tahapan lagi sebelum bisa dilakukan uji klinis pada Agustus 2020.

Tahap yang masih harus dilewati tersebut antara lain pengujian di dalam Laboratorium Bio Farma dan beberapa perizinan lainnya.

Uji klinis vaksin Covid-19 ini, akan dilaksanakan di Pusat Uji Klinis yaitu di Fakultas Kedokteran UNPAD, yang akan mengambil sample sebanyak 1.620 subjek dengan rentang usia antara 18 – 59 tahun, dengan kriteria-kriteria tertentu.

Sedangkan sisa dari vaksin tersebut, akan digunakan untuk uji lab di beberapa lab antara lain di Bio Farma dan Pusat Pengujian Obat Dan Makanan Nasional (PPOMN).(R04)

 

Sumber Berita: tribunnews.com

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index