Gawat! Kasus Melonjak, BOR di Atas 70 Persen, Rumah Sakit Covid-19 Hampir Penuh

Gawat! Kasus Melonjak, BOR di Atas 70 Persen, Rumah Sakit Covid-19 Hampir Penuh
ILUSTRASI: tim dokter memeriksa pasien terkait wabah corona atau Covid-19 di ruang IGD Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet, Jakarta.* /Antara

RIAUSKY.COM - Adanya lonjakan kasus Covid-19 dalam beberapa waktu terakhir membuat sejumlah rumah sakit semakin penuh.

Bahkan menurut Satgas penanganan Covid-19, sejumlah provinsi di Jawa memiliki bed occupancy ratio (BOR) di atas 70 persen.

Terkait itu, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito di kantor presiden kemarin (24/11) menyampaikan, kondisi RS di Banten termasuk paling kritis. 
"Tempat tidur ICU sudah terisi 97 persen atau 115 ruangan. Ruang isolasi terpakai 80 persen atau 1.413 tempat tidur," terang Wiku.

Di Jakarta, tempat tidur ICU terisi 69,57 persen dan isolasi 71,66 persen. Lalu, di Jawa Barat, 73,45 persen ICU dan 79,62 persen tempat tidur isolasi terisi.

Untuk Jawa Tengah, BOR ICU mencapai 80 persen dan ruang isolasi 77,45 persen. Sedangkan di Jatim, tingkat keterisian ICU mencapai 54,86 persen dan ruang isolasi 57,43 persen.

Meskipun BOR semakin tinggi, Wiku meminta pemda memastikan layanan kesehatan bagi pasien Covid-19 tetap sesuai standar. Pemda juga harus berkoordinasi dengan pemerintah pusat terkait ketersediaan tempat tidur di RS.

"Jangan sampai rumah sakit penuh oleh pasien Covid-19 dan menghambat pelayanan kesehatan yang menjadi hak seluruh masyarakat," lanjutnya.

Satgas telah menyiapkan rekayasa pelayanan kesehatan bila terjadi peningkatan kasus secara signifikan. Bila kenaikan pasiennya di kisaran 20–50 persen, RS masih bisa menampung lonjakan pasien sampai dua kali lipat. 

Bila kenaikannya 50–100 persen, sebagian ruang perawatan umum akan dialihfungsikan menjadi ruang rawat Covid-19. Sementara itu, bila kenaikan pasien lebih dari 100 persen, harus didirikan tenda darurat di area RS atau bisa pula mendirikan RS lapangan.

Yang jelas, pemda perlu mengantisipasi jangan sampai terjadi lonjakan ekstrem. "Kita harus mempertimbangkan beban kerja tenaga kesehatan," tutur Wiku. Bila beban kerja tenaga kesehatan berlebih, penanganan Covid-19 tidak akan maksimal.

Masyarakat juga diminta ikut berperan dengan cara menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan menjauhi kerumunan.

"Juga tidak keluar rumah bila tidak ada keperluan mendesak," ucap Wiku.

Hasil analisis menunjukkan, ada tren kenaikan kasus pascalibur panjang. Ada tiga momen libur panjang yang dicatat satgas. Pertama, Idul Fitri 22–25 Mei yang berakibat kenaikan kasus 69–93 persen pada periode 6–28 Juni. 

Kemudian, libur hari kemerdekaan 17 Agustus dan long weekend peringatan tahun baru hijriah 20–23 Agustus. Masa libur itu berdampak pada kenaikan kasus sebanyak 58–118 persen pada pekan pertama hingga ketiga September. Terakhir, libur panjang Maulid Nabi Muhammad SAW pada 28 Oktober–1 November berakibat kenaikan kasus sebanyak 17–22 persen sejak 8 November lalu.

Kasubbid Tracing Satgas Covid-19 Kusmedi Priharto menyebutkan, saat ini tingkat penularan Covid-19 sedang tinggi-tingginya karena beberapa efek libur panjang maupun maraknya kegiatan masyarakat yang menimbulkan kerumunan.  "Tingkat hunian tempat tidur di rumah sakit juga sedang tinggi,” katanya. (R01)

Sumber: Jawapos.com

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index