PEKANBARU (RIAUSKY.COM) - Provinsi Riau membuka awal tahun 2022 dengan realisasi inflasi sebesar 0,75% (mtm), angka ini lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya 0,05% (mtm). Di sisi lain realisasi tersebut juga lebih tinggi dibanding inflasi Nasional yang sebesar 0,56% (mtm).
Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau, M. Cahyaningtyas menyebut inflasi pada Januari 2022 terutama didorong berbagai komoditas ayam dan komoditas perumahan.
"Dengan perkembangan tersebut, tingkat inflasi di Provinsi Riau pada Januari 2022 tercatat sebesar 1,86% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi Desember 2021 yang sebesar 1,54% (yoy)," ujarnya, Kamis, 3 Februari 2022.
Dijelaskannya, meningkatnya tekanan inflasi didorong oleh kenaikan harga berbagai komoditas turunan ayam, terutama telur ayam ras, daging ayam ras, dan ayam hidup. Tren kenaikan harga ini juga terjadi di level nasional, termasuk di Sumatera Barat dan Sumatera Utara yang merupakan daerah pemasok komoditas ayam di Riau.
Kenaikan harga pakan ayam yang berbahan baku jagung, memicu kenaikan harga komoditas ayam secara nasional. Berdasarkan informasi di pasar, harga jagung per Januari 2022 berkisar di antara Rp5.500-Rp5.700, atau berada di atas harga acuan yang ditetapkan dalam Permendag No. 7/2020 yakni sebesar Rp4.500/kg.
Disis lain, sejumlah komoditas nonpangan turut menyumbang inflasi Riau pada Januari 2022, seperti rokok kretek filter, kontrak rumah, dan sewa rumah. Penyesuaian tarif cukai rokok per 1 Januari 2022 mendorong kenaikan harga rokok kretek filter dengan andil sebesar 0,05% terhadap inflasi bulanan.
Sementara itu, tingkat permintaan yang mulai pulih mendorong penyesuaian harga kontrak dan sewa rumah di Riau. Hal ini tercermin dari perkembangan Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia. Pada triwulan IV 2021, pertumbuhan harga properti di Pekanbaru diperkirakan tumbuh 2,53% (yoy).
Walaupun cukup tinggi, realisasi inflasi Januari 2022 masih berada dalam level terkendali dan on-track dengan target inflasi 2022 secara keseluruhan. Tren kenaikan inflasi menunjukkan pemulihan ekonomi Riau terus berlangsung dengan meningkatnya konsumsi masyarakat.
Untuk itu, Provinsi Riau perlu mewaspadai sejumlah risiko yang berpotensi menimbulkan gejolak harga. Risiko tersebut diantaranya: (i) gangguan pasokan komoditas pangan karena tingginya ketergantungan Riau terhadap daerah lain; (ii) peningkatan biaya produksi; (iii) peningkatan harga berbagai komoditas yang terdampak penyesuaian cukai rokok, pengenaan cukai plastik, dan pengenaan cukai minuman berperisa.
"Lebih lanjut, koordinasi TPID harus terus diperkuat agar inflasi Riau pada tahun 2022 tetap berada pada sasaran inflasi 3,0%±1%," sarannya. (*)
Listrik Indonesia
