Melihat Geliat Tani Ibu-ibu Perkotaan di Pekanbaru

Dulu Takut Lihat Cacing, Geli Lihat Kotoran Ayam, Kini Cangkul Jadi Teman...

Dulu Takut Lihat Cacing, Geli Lihat Kotoran Ayam, Kini Cangkul  Jadi Teman...
Ibu-ibu pengelola KWT Berkah Berseri menggarap pahan pertanian milik mereka. / Sumber Foto: riausky.com

Terik matahari tak menyurutkan langkah mereka untuk bergeser dari laman bercocok tanam yang digarap sehari-hari. Tangan dan baju kotor pun tak lagi mereka hiraukan.

Itulah sekelumit gambaran tentang aktivitas ibu-ibu tani Berkah Berseri, kelompok tani wanita yang dibina oleh Pemerintah Kota Pekanbaru melalui Dinas Ketahanan Pangan (Disketapang) dibantu Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Dinas Pertanian.

Mereka terdiri dari 30 orang ibu-ibu. Bukannya ibu-ibu sembarang, mereka adalah ibu-ibu perkotaan kebanyakan, bahkan, bisa dikatakan orang-orang yang mapan secara ekonomi juga modern dalam status sosial.

Namun, untuk tugas bertani ini, mereka rela berpanas-panas, berhujan-hujan, asal lahan harapan pertanian yang mereka kelola terlihat hijau berseri dan bisa menghasilkan sayur mayur segar.

''Dulunya, ibu-ibu ini sama sekali tidak mengenal bertani, memegang cangkul. Sama sekali tidak mengerti. Tapi, waktu dan hasil kerja, serta jerih parah mereka akhirnya menjadi penyemangat yang terus bertahan hingga hari ini,'' ungkap Habibah, petugas Penyuluh Lapangan (PPL) yang membina kaum ibu perkotaan ini.

''Sempat naik turun juga, tapi akhirnya menjadi seperti sekarang ini, benar-benar penuh semangat untuk bertani. Saya pun hanya sesekali saja saat ini memantau. Kaum ibu ini pun tak lagi perlu disuruh-suruh untuk memelihara bibit, menanam dan memasarkan. Mereka sudah tahu apa-apa saja tugasnya, dan sudah jalan sendiri,'' imbuh dia.

Semangat kaum ibu ini, juga tak kalah menjadi perhatian Kepala Dinas Ketahanan Pangan (Disketapang) Kota Pekanbaru, Ir.Hj El Syabrina MP, Sekretaris Disketapang Tengku Reza Fahlevi juga jajaran, termasuk Ketua TP PKK Pekanbaru, Raja Rilla Mustafa yang berkesempatan melaksanakan panen buah dan sayuran di area garapan Kelompok Tani Wanita (KWT) Berkah Berseri di Jalan Rajawali III, Perhentian Marpoyan, Kecamatan Marpoyan Damai, Selasa (31/1/2023).

''Memang sangat luar biasa, semangat ibu-ibu di sini. Semoga semangat ini juga menular ke ibu-ibu lainnya, sehingga bisa saling menyemangati dan memotivasi meciptakan ketahanan pangan, minimal untuk keluarga dan lingkungan di sekitarnya,'' ungkap Hj.El Syabrina diamini juga Sekretaris Dinas, Tengku Ahmed Reza Fahlevi.

El Syabrina pun tidak menafikan, ada kalanya, petani mempunyai motivasi yang bebeda-beda. ''Namun, di KWT Berkah Berseri ini, ibu-ibunya benar-benar semangat untuk bertani. Buktinya, sudah lebih setahun, mereka semakin bersemangat, artinya, mereka sudah bisa mendapatkan sisi positif dan menerima manfaat dari pertanian yang mereka kelola secara kelompok ini,'' ungkap El Syabrina.

Syafrina, Ketua KWT Berkah Berseri mengungkapkan, awal terbentuk, tidak seorang pun dari 30 anggota kelompok yang mempunyai pengalaman atau pengetahuan bertani.

Mengawali langkah menjadi petani pun dikatakan dia, sempat menghadapi beragam masalah. Namun, dikarenakan adanya pendampingan dari penyuluh, keterbatasan pengetahuan itu bisa tertutupi.

''Maaf, dulu, jangankan memegang, melihat cacing saja, kita sudah ketakutan, memegang kotoran ayam itu geli dan kotor rasanya. Tapi, kalau sekarang, sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, ndak ada lagi takut atau geli itu, malah jadi teman sehari-hari,'' timpal Ibu Lenawati yang didampingi bu Reni Purwondari.

''Tapi begitu pun, kebiasaan sebagai ibu-ibu kita masih tetaplah... Pulang dari bertani, kita perawatan layaknya ibu-ibu lainnya...'' ungkap dia penuh canda.

Pastinya, sebut Reni, kegiatan bertani ini memberikan banyak manfaat bagi kaum ibu setempat. Selain bisa membantu untuk mengurangi beban ekonomi dari berbelanja sayur mayur dari pasar, tentunya pangan yang dikonsumsi keluarga juga lebih sehat dan terjaga.

''Kami bertani tidak pakai kimia, obat-obatan, semuanya alami. Bahkan untuk pupuk, kita olah sendiri dari limbah makan rumah tangga,''papar Reni lebih jauh.

Yang  tidak pernah mereka bayangkan, salah satunya, kalau saat ini merekalah yang menjadi penyuplai sayur mayur untuk warung-warung dan rumah makan di sekitar.

''Ya, seperti kangkung, panennya kan per 21 hari. Sekali panen itu kita bisa jual 50 ikat. Hasilnya dikumpulkan, dan nantinya digunakan lagi untuk modal bertani, juga aksi sosial kaum ibu. Jadi ini seragam kita beli sendiri, dari hasil jual sayur mayur, rencananya kita juga akan gunakan keuntungan ini untuk jalan-jalan ke luar daerah,'' imbuh sang ketua, Syafrina.

Kini, jenis tanaman yang mereka di lahan yang dipinjamkan oleh warga ini pun sudah demikian beragam.

''Terbaru, kami tanam Sorgum. Itu masukan kita dapat dari petani di Sumbar. Sorgum ini, sebentuk sagu rasanya. Bila di jual di pasar, harga perkilogram-nya berkisar Rp30.000, jadi cukup mahal dan punya nilai ekonomi,''timpal Reni lagi.

Selain jenis-jenis sayuran seperti kangkung, bayam, terung, cabai, para ibu ini juga menanam komoditas lainnya seperti buah dan apotik hidup.

''Ada juga pisang, ini...pepaya, nangka, serai, jahe, sawi hijau, pokcai, semua kita budidayakan di sini,''jelas dia.

Disketapang, ditambahkan Kabid Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Disketapang Pekanbaru, Ismail S.Pi setiap tahunnya senantiasa mendukung upaya pemberdayaan maupun pembentukan kelompok tani (KT) maupun Kelompok Tani Wanita (KWT) di tengah-tengah masyarakat.

Bentuk bantuan yang diberikan pun berbeda-beda setiap tahunnya, sesuai dengan usulan yang diajukan masyarakat.

Seperti untuk tahun depan, mungkin ada jenis baru, yakni bantuan pengembangan ayam kampung.

''Seluruh masyarakat bisa mengajukan usulan sesuai dengan kekuatan aggaran dan jenis program yang dianggarkan oleh pemerintah daerah. Asalkan ada KT atau KWT nya, cukup anggarannya dan sepanjang ada persediaan dan program kita tetap support,'' tutup dia.

KWT sendiri, dijelaskan dia, adalah program yang digagas Disketapang Kota Pekanbaru dalam upaya menekan angka ketergantungan terhadap produk pangan dan kebutuhan harian dari pasar. Dan pastinya, KWT adalah kelompok tani yang isinya adalah para wanita, dan ini berbeda dengan Kelompok Tani (KT) yang anggotanya mayoritas adalah kaum lelaki.

Menyitat data dari Disketapang Pekanbaru, sebagaimana diungkapkan Kadis Ketapang, El Syabrina, di Pekanbaru sendiri ada 160 kelompok Tani dan Kelompok Tani Wanita di Pekanbaru.

''Mereka adalah bukan saja pejuang bagi keluarga, namun juga untuk lingkungan di sekitarnya, termasuk dalam menekan angka inflasi yang disebabkan terbatasnya ketersediaan pangan di tengah hukum pasar,'' tutup dia.(R03)

 

 

 

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index