Tingkat Fatalitas Mycoplasma Pneumonia Lebih Rendah Dibanding COVID-19

Tingkat Fatalitas Mycoplasma Pneumonia Lebih Rendah Dibanding COVID-19
Ilustrasi/net

PEKANBARU (RIAUSKY.COM) - Dokter Spesialis Anak di RS Cipto Mangunkusumo, dr. Nastiti Kaswandani, menegaskan bahwa tingkat fatalitas dan keparahan akibat bakteri Mycoplasma pneumoniae jauh lebih rendah dibandingkan dengan tingkat fatalitas COVID-19.

"Apabila dibandingkan dengan COVID-19, tingkat keparahan maupun mortalitas (kematian) akibat Mycoplasma pneumoniae cenderung lebih rendah, hanya sekitar 0,5 hingga 2 persen, dan itu pun terutama pada mereka dengan komorbiditas," ujar dr. Nastiti, dikutip Kamis. 

Mycoplasma pneumoniae sering diidentifikasi sebagai penyebab pneumonia ringan atau disebut sebagai walking pneumonia. Hal ini dikarenakan gejalanya yang cenderung ringan, memungkinkan pasien untuk menjalani perawatan jalan tanpa perlu rawat inap di rumah sakit.

"Anak dengan kondisi klinis yang baik dapat tetap beraktivitas seperti biasa, itulah sebabnya sebagian besar kasusnya dapat diatasi dengan perawatan jalan, pemberian obat secara oral, dan anak dapat pulih dengan sendirinya," tambahnya.

Pada kesempatan yang sama, Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan Prof. Erlina Burhan menyebut bahwa pneumonia akibat bakteri mycoplasma sebenarnya bukanlah penyakit baru. Bakteri penyebab peradangan akut pada paru ini telah ditemukan dari lama, bahkan sejak periode 1930-an.

Namun, belakangan menjadi perhatian dan kewaspadaan dunia lantaran bakteri Mycoplasma pneumoniae diduga telah menyebabkan kenaikan kasus pneumonia di Tiongkok Utara dan Eropa yang mayoritas menyerang anak-anak.

Prof Erlina mengatakan karena bukan penyakit baru, pengobatan untuk Mycoplasma pneumoniae tidak susah dicari karena dapat ditemukan di Puskesmas dan dapat diperoleh menggunakan BPJS.

“Makanya, masyarakat tidak perlu panik karena penyakit ini sudah lama ditemukan di Indonesia,” katanya.

Prof Erlina mengatakan yang terpenting saat ini adalah menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Menurutnya, hal tersebut adalah kunci utama pencegahan penyakit ini.

Selain itu, menurut Prof Erlina, masyarakat juga perlu mengikuti prosedur kesehatan seperti yang direkomendasikan WHO dan Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) untuk menurunkan risiko penyakit pernapasan.

Rekomendasi itu di antaranya melakukan vaksinasi terutama pada anak-anak, menjaga jarak dengan orang sakit, tidak bepergian saat sakit, pergi ke dokter dan mendapatkan perawatan bila dibutuhkan, memakai masker, memastikan kualitas ventilasi baik dan rutin cuci tangan.

“Kita harus waspada dan terapkan PHBS serta jangan panik,” pesannya.(mc)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index