Tiga Bulan Berturut-turut Pekanbaru Alami Deflasi, Komoditas Ini Jadi Penyumbang...

Tiga Bulan Berturut-turut Pekanbaru Alami Deflasi, Komoditas Ini Jadi Penyumbang...
Tangkapan layar rilis inflasi Kota Pekanbaru periode Agustus 2024./ Sumber Foto: riausky.com

PEKANBARU (RIAUSKY.COM)- Selama tiga bulan berturut-turut, terhitung Juni 2024 lalu,  Kota Pekanbaru mengalami deflasi ekonomi.

Kondisi ini terjadi dikarenakan terjadinya penurunan terhadap harga sejumlah komoditas khususnya pangan.

Dilansir dari Rapat Rilis Inflasi Kota Pekanbaru yang dirilis Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru yang dilaksanakan di ruang rapat pimpinan Kepala Bagian Perekonomian, Sekdako Pekanbaru, Senin (2/9/2024) siang ini, per periode Agustus ini (mounth to mounth) Pekanbaru mengalami inflasi  pada angka -0,37 persen (deflasi).

Sementara untuk year on year, inflasi  Kota Pekanbaru juga menjadi yang terendah, yakni pada angka 1,89 persen.

Angka ini terendah dibandingkan dengan tiga kabupaten kota lainnya di Riau yang masuk dalam penilaian inflasi  seperti Dumai, Tembilahan dan Kampar.

Dari data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pekanbaru, penyumbang inflasi di Kota Pekanbaru pada bulan Agustus ini  verasal dari  kelompok makanan dan minuman, tembakau dengan andil sebesar 0,46 persen dan penyumbang utamanya adalah beras.

Kemudian untuk kelompok penyedia makanan dan minuman/restoran dan rumah makan menyumbang andil sebesar 0,46 persen dengan penyumbang utama adalah nasi dengan lauk pauk.

Jasa perawatan pribadi dan perhiasan ikut menyumbang inflasi sebesar 0,43 persen dan penyumbang utamanya adalah harga emas perhiasan.

Asisten II Sekdako Pekanbaru, Ingot Ahmad Hutasuhud, selepas rapat yang dihadiri Kepala BPS Pekanbaru Khairunnas, Kabid Distribusi dan Cadangan Pangan Dinal Husna, dan tim Bagian Perekonomian,  mengungkapkan saat ini memang ada kecenderungan deflasi terjadi cukup dalam kalau tren ini terus berlanjut.

Karena itulah, sebut Ingot, perlu ada upaya treathment untuk meng-arrange atau menata supaya tetap tercipta keseimbangan harga komoditas di pasar dan inflasi bisa tetap stabil sesuai dengan angka yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, yakni 2 plus minus 1 persen.

''Kita mengarahkan kepada OPD terkait untuk melakukan upaya supaya bagaimana harga komoditas yang sampai saat ini masih turun drastis itu agar kembali normal. Bagaimana caranya itu yang perlu kita carikan solusinya bersama,'' kata dia.

Yang pasti, jelas Ingot, dengan kondisi deflasi dan penuruna harga sejumlah komoditas ini, yang terdampak adalah petani, karena harga tidak sesuai dengan ekspektasi mereka.

Ketika petani dihadapkan tekanan terhadap harga komoditas yang mereka hasilkan, jelas Ingot, tentunya akan berdampak terhadap menurunnya daya beli petani terhadap komoditas yang akan mereka tanam dan itu tentunya akan berpengaruh terhadap sektor produksi.

Sementara itu, Kepala BPS Pekanbaru mengungkapkan, penyumbang deflasi yang terjadi di  Kota Pekanbaru disumbang dari komoditas bahan pangan dan makanan.

''Seperti cabai, bawang merah, tomat, ayam, itu menyumbang inflasi di Kota Pekanbaru dalam beberapa bulan terakhir. Dan untuk periode Agustus ini, juga masih pada bahan makanan,''ungkap dia.

Dia juga belum bisa memprediksi terkait potensi inflasi pada bulan yang akan datang. Namun, memang masih ditemukan kecenderungan di lapangan, sampai awal september ini bahwa harga-harga beberapa komoditas belum mengalami kenaikan.

Sebagaimana kami informasikan, pada periode Juli 2024 lalu, Pekanbaru juga mengalami deflasi sebesar 0,58 persen.(R02)

 

 

 

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index