TERCEMAR...Sungai Siak Alami Pendangkalan 70 Cm Setiap Tahun

TERCEMAR...Sungai Siak Alami Pendangkalan 70 Cm Setiap Tahun
Sungai Siak
PEKANBARU (RIAUSKY.COM) - Sungai Siak merupakan salah satu ikon dari Kota Pekanbaru bahkan Provinsi Riau. Sungai ini juga dikenal sebagai sungai terdalam di Indonesia. 
 
Dahulu di tahun 1980 an menjadi tempat masyarakat mencari nafkah. Namun itu tinggal kenangan saja. Maraknya kegiatan manusia membawa dampak buruk bagi sungai. Mulai dari lalu lintas kapal, kegiatan industri dan kegiatan masyarakat. 
 
Limbah domestik hingga industri dibuang ke badan sungai. Pencemaran sungai menjadi hal yang tak terelakan. Parahnya, aktivitas masyarakat  juga menyumbangkan peran besar dalam pencemaran sungai tersebut.
 
Menurut Peneliti Universitas Riau, Drs Tengku Ariful Amri MSi, kondisi tersebut memberikan sumbangsih terhadap pendangkalan dari Sungai Siak. Penyebabnya  lainnya,  perubahan iklim yang membuat pendangkalan terjadi di musim kemarau. Pendangkalan terjadi sekitar 70 cm setiap tahun. 
 
"Luas sungai sekitar 193 juta hektare tersebut saat ini dalam kondisi tercemar berat. Penyebabnya tak lain karena tata hutan di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Siak. Kayu-kayu di eksploitasi sesuka hati tanpa memikirkan daya dukung dan daya tampung sungai," jelasnya seperti dimuat riaupos.co.
 
Hutan gundul mengakibatkan terjadinya erosi saat musim hujana. Kondisi itu juga menyebabkan penebalan sedimen sehingga membuat daya tampung dan dukung berkurang drastis. Hal tersebut dibuktikannya melalui pengukuran kedalaman sungai. 
 
Pada awal ia meneliti, tepatnya  tahun 1996 kedalaman sungai adalah 29 meter. Namun saat ini hanya 15 meter saja. Pendangkalan bahkan terjadi 14 meter dalam kurun 20 tahun. Tidak kurang 5,5 ton ikan pernah mati dibadan sungai tersebut dari tahun 1999 -2004.
 
"Yang sangat mengkhawatirkan kita Sungai Siak hanya tinggal kenangan. Aneka keragaman hayati tak akan bisa digantikan manusia. Itu merupakan kehilangan yang sangat fatal. Udang, ikan sudah punah ranah. Mereka tak bisa hidup dengan kondisi air tercemar dan sedimentasi yang tinggi. Jika sudah begitu wajar saja sekarang hasil tangkapan nelayan berkuruang drastis," ujar pria yang sudah 20 tahun meneliti Sungai Siak ini.
 
Menurutnya, sudah saatnya pemerintah kota Pekanbaru  bersama pemerintah daerah dan Provinsi peduli dengan sungai ini jika tak mau nantinya legenda sungai Siak hanya ada dibuku cerita. Penghijauan, revitalisasi dan kesadaran untuk menjadikan sungai sebagai bagian terdepan harus terus ditingkat. Jika ini terus dibiarkan, kondisi akan semakin buruk.
 
Ia memprediksi bahwa perlu waktu 50 tahun untuk membawa kondisi Sungai Siak yang tercemar saat ini kembali pada semula. Itupun kalau dilakukan saat ini, sebelum pencemaran semakin larut. Untuk itu kedepan ia berharap pemerintah mampu mengambil sikap dan melakukan tindakan komprehensif terhadap penanganan DAS Siak tersebut. 
 
"Mengabaikan perairan adalah kekonyolan yang harus ditumpas.  Membungkus air secara brutal juga kekonyolan yang mematikan kehidupan. Membangun tanpa data adalah pemborosan. Karena sungai merupakan sumber kehidupan yang harus kita jaga. Ini demi keberlangsungan hidup dimasa depan," pungkasnya.
 
Sementara itu, saat Riau Pos menyambangi sungai tersebut, sampah memang terlihat mengapung dibadan sungai. Dikiri kanannya tumpukan sampah masyarakat juga terlihat tak mencolok. Karena memang jumlahnya yang banyak dan titiknya yang tak hanya satu. 
 
Nelayan yang mencari ikan juga tak terlihat sibuk. Mereka lebih banyak menunggu dengan buah satu dua ekor ikan saja sekali tangkap. Perhatian pemerintah untuk perlindungan sungai dan lingkungan memang harus terus ditingkatkan. Terlebih dalam menjaga sungai siak yang tercemar berat dari ancaman pendangkalan yang semakin parah. (R04/Rpc)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index