PERIH....Baru Pulang dari Riau, Harga Sawit Anjlok, Jokowi Sarankan Petani Beralih Tanam Petai, Jengkol atau Kopi..

PERIH....Baru Pulang dari Riau, Harga Sawit Anjlok,  Jokowi Sarankan Petani Beralih Tanam Petai, Jengkol atau Kopi..
Presiden Joko Widodo menanam sawit dari lahan replanting di Rokan Hilir beberapa waktu lalu.

JAMBI (RIAUSKY.COM)- Harusnya, Presiden RI Joko Widodo mencarikan solusi alternatif untuk tanaman sawit milik mayoritas petani di Sumatera, seperti Sumut, Riau dan Jambi.

Alih-alih mendapatkan dukungan, Presiden RI yang baru pulang dari Provinsi penghasil sawit terbesar di Sumatera ini malah menyampaikan pesan agar petani mulai beralih menanam komoditas lain seperti petai, jengkol atau kopi.

Hal tersebut disampaikan Presiden Joko Widodo saat penyerahan 92 Surat Keputusan (SK) Perhutanan Sosial kepada masyarakat di Provinsi Jambi, Ahad (16/12/2018) yang dilaksanakan di Provinsi Jambi. 

Anjloknya harga sawit menurut Presiden Jokowi, lantaran ada penolakan dari Uni Eropa.

Di Uni Eropa, kata Jokowi, petani juga menanam yang mirip sawit. Minyaknya mirip-mirip dengan sawit. Namanya minyak bunga matahari di Prancis.

Jokowi memprediksi harga sawit akan jatuh karena hanya mengandalkan pasar ekspor.

Karena itu, Jokowi menyarankan masyarakat petani sawit untuk menanam jengkol dan petai saja.

“Jangan permasalahkan jengkol dan petainya, namun harganya dilihat terjangkau,” kata Jokowi saat menanggapi harga kelapa sawit yang anjlok di seluruh Indonesia, Ahad  (16/12/2018).

Menurut Jokowi, seperti dilansir media ini dari pojoksatu.id,  turunnya harga kelapa sawit disebabkan faktor problem ekonomi global. Sehingga sawit sangat sulit menjangkau harga tinggi.

Dalam sambutannya, Jokowi menyarankan kepada masyarakat untuk memilih komoditas yang akan ditanam pada lahan tersebut.

“Silakan yang sudah mendapatkan mau ditanami apa silakan. Yang banyak ditanami apa? Kopi? Silakan,” ucap Jokowi.

Khusus terkait sawit, Jokowi mengatakan bahwa produksi Indonesia saat ini sudah sangat besar, yakni sekira 42 juta ton per tahun dari 13 juta hektare lahan.

Jika produksinya semakin bertambah, bukan tidak mungkin harganya juga akan jatuh. Apalagi harganya mengacu pasar internasional.

“Dimain-mainin dengan harga di pasar internasional. Sawit ini kan semua kita ekspor. Sekarang untuk sawit saya beritahu, sekarang ada penolakan dari Uni Eropa. Di sana menanam juga yang mirip sawit, bukan sawit tapi. Minyaknya mirip-mirip, minyak bunga matahari di Prancis,” ungkap Jokowi.

Untuk itu dia mengimbau agar masyarakat lebih bijak dalam memilih komoditas yang akan ditanam. Tidak hanya berfokus pada sawit, tapi juga ada nilam yang biasa digunakan sebagai minyak untuk parfum dan kosmetik.

“Nanam komoditas yang mempunyai nilai lebih. Kopi sekarang baru bagus-bagusnya. Tapi juga nanti jangan semuanya kopi. Anjlok bareng-bareng lagi nanti. Ada yang kopi, nilam, atsiri. Tanaman kan macam-macam,” tandasnya.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dalam laporannya menjelaskan bahwa mayoritas komoditas perhutanan sosial adalah madu, kopi, minyak kepahiang, kayu manis, minyak atsiri, gaharu, dan karet yang dikelola agro forestry.

“Kombinasi pohon berkayu minimal 50 persen. Harus ada kombinasi kayu 50 persen dengan hasil hutan nonkayu,” kata Darmin.

Rangkuman keseluruhan SK yang diserahkan kepada masyarakat adalah sebanyak 15 SK Hutan Desa seluas 42.667 Ha untuk 553 KK, 38 SK Hutan Kemasyarakatan seluas 18.870 Ha untuk 3.922 KK.

Kemudian 33 SK Hutan Tanaman Rakyat seluas 28.998,61 Ha untuk 3.411 KK, 6 SK Pengakuan dan Perlindungan Kemitraan Kehutanan seluas 1.461,93 Ha untuk 279 KK. Sehingga totoal keseluruhan 92 Unit SK seluas 91.997,54 Ha untuk 8.165 KK.(R04)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index