MUSIBAH, Bukan Lagi Pekerja Seks, Penderita HIV/AIDS di Pekanbaru Didominasi Gay

MUSIBAH, Bukan Lagi Pekerja Seks, Penderita HIV/AIDS di Pekanbaru Didominasi Gay
ilustrasi

PEKANBARU (RIAUSKY.COM)-  Mencengangkan! Kasus HIV di Riau didominasi gay atau Lelaki Seks Lelaki (LSL) termasuk pengidap HIV di Riau, parahnya lagi ada Grup Gay Pekanbaru di Facebook.

Kasus HIV di Riau tersebut khusus di Pekanbaru hingga saat ini ditangani Komisi Penanggulangan AIDS dengan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Pekanbaru.

Kasus HIV di Riau khusus di Pekanbaru membuat keberadaan kelompok gay jadi perhatian, lantaran kebanyakan pengidap HIV di Pekanbaru didominasi oleh kelompok gay atau Lelaki Seks Lelaki (LSL).

Kelompok gay adalah satu kelompok beresiko dalam kasus HIV di Riau termasuk pengidap HIV di Riau yang terjadi dari Januari hingga Oktober 2019.

Dilaporkan tribunpekanbaru, Jumlah kasus HIV yang termasuk pengidap HIV di Riau dari kelompok LSL di Pekanbaru mencapai 135 kasus dari total 237 kasus HIV selama sepuluh bulan di tahun 2019.

Data dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, kasus HIV dari kelompok lain-lain menempati urutan dua yakni 32 kasus.

Kelompok lain-lain adalah kelompok di luar kelompok beresiko lainnya seperti wanita pekerja seks, waria, pelanggan pekerja seks, ibu hamil dan pasien TB.

Kelompok beresiko ketiga yakni pelanggan pekerja seks sebanyak 26 kasus.

Wakil Walikota Pekanbaru, Ayat Cahyadi menilai perlu ada peran orangtua dalam mencegah munculnya kelompok gay di Pekanbaru.

Apalagi banyak dari anggota kelompok gay mengidap HIV.

"Jadi perlu perlu peran dari keluarga, jangan sampai terjerumus," paparnya, Rabu (27/11/2019).

Politisi PKS menilai pola pendidikan anak sangat penting.

Anak lelaki harus dapat pendidik sebagai sosok maskulin.

Sedangkan perempuan dapat pendidikan agar menjadi sosok layaknya perempuan.

Ayat mengingatkan keberadaan kelompok gay diperparah dengan masih adanya laman grup Gay Pekanbaru di jejaring Facebook.

Ia menilai kawula muda perlu didampingi.

Orangtua pun sebaiknya mengawasi pergaulan anak-anak di lingkungannya.

"Jangan sampai biarkan anak muda bergabung dalam kelompok itu," paparnya.

Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Pekanbaru, Hasan Suprianto mengatakan bahwa KPA saat fokus pada pembinaan keluarga.

Sebab banyak perilaku beresiko berawal dari keluarga.

Maka ketahanan keluarga menjadi penting.

"KPA pun mendorong ketahanan keluarga dengan penerapan nilai-nilai agama," jelasnya.

Hasan menyebut bahwa proses pendekatan kelompok rentan saat ini dilakukan oleh LSM.

"Kalau sekarang pencerahan ke mereka dilakukan oleh LSM," paparnya.

Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru mengaku sulit mendeteksi gay pengidap HIV/AIDS di Kota Pekanbaru.

Mereka menilai kesadaran sejumlah gay yang merupakan LSL masih minim untuk memeriksakan kondisi kesehatannya

Banyak dari LSL enggan akses pengobatan bagi pengidap HIV/AIDS.

Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru tidak menampik laporan perihal LSL yang tertular HIV/AIDS masih minim.

"Keberadaan LSL sulit terdeteksi karena enggan datang ke layanan kesehatan seperti," papar Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, Muhammad Amin terpisah.

Ia menyebut bahwa pengidap HIV/AIDS dengan penularan lain.

Mereka cendrung mendatangi layanan kesehatan yang ada di Pekanbaru.

Keberadaannya pun lebih mudah terdeteksi.

Apalagi Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru juga sudah melakukan validasi data HIV/AIDS hingga Oktober 2019 lalu.(R04)
 

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index