Hindari Monopoli dengan Dukung Terus Garuda Agar Tetap Beroperasi, Erick Thohir: Saya Gak Anti Lion Air, Mohon Maaf!

Hindari Monopoli dengan Dukung Terus Garuda Agar Tetap Beroperasi, Erick Thohir: Saya Gak Anti Lion Air, Mohon Maaf!
Menteri BUMN Erick Thohir

RIAUSKY.COM - Pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menegaskan akan mencegah perusahaan pelat merah dari kemungkinan berhenti beroperasi, kendati perusahaan BUMN terjebak dalam kondisi yang berat akibat pandemi Covid-19.

Seperti yang terjadi pada maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) yang juga terdampak akibat pamdemi Covid-19.

Hal itu disampaikan Menteri BUMN Erick Thohir, yang mengatakan upaya mempertahankan keberadaan perusahaan BUMN ini bukan berarti dirinya anti perusahaan swasta.

Tetapi katanya, keberadaan BUMN sebetulnya ditujukan untuk menghilangkan adanya monopoli pasar di industri, termasuk sektor penerbangan.

"Sama dengan Garuda, Garuda ini unik sebab jika ditutup sekarang [maka Lion Air] jadi monopoli. Saya ga anti Lion Air, mohon maaf. Tapi kalau hanya satu satunya [maskapai di Indonesia] jadi monopoli," tegas Erick dalam acara diskusi virtual, Kamis (2/7/2020).

Makanya, Erick Thohir akan mempertahankan Garuda Indonesia kendati saat ini perusahaan penerbangan itu sedang bergelut dengan kondisi keuangan yang berat.

Sebagai catatan, hingga akhir Maret 2020, kas dan setara kas Garuda turun drastis menjadi US$ 163,32 juta dari akhir 2019 yang sebesar US$ 299,34 juta. Hal ini menyebabkan total aset lancar tergerus menjadi US$ 772,78 juta dari US$ 1,13 miliar.

Selain itu, Perusahaan juga membukukan kerugian bersih senilai US$ 120,1 juta atau setara Rp 1,69 triliun (asumsi kurs Rp 14.100/US$). Kerugian ini berbanding terbalik dengan kinerja perusahaan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat laba sebesar US$ 20,48 juta.

Kerugian ini disebabkan oleh pendapatan yang turun 30,14% secara year on year (YoY). Pendapatan turun menjadi US$ 768,12 juta (Rp 10,83 triliun) dari sebelumnya senilai US$ 1,09 miliar di akhir Maret 2019.

Beban keuangan juga melonjak menjadi US$ 150,65 juta di akhir Maret lalu dari sebelumnya sebesar US$ 20,69 juta di periode yang sama tahun sebelumnya.

Namun demikian, Lion Air juga tak bisa dibilang sedang dalam kondisi baik saat ini. Pasalnya, perusahaan ini juga baru saja melakukan pengurangan tenaga kerja kontrak sebanyak 2.600 karyawan atau mencapai 9% dari total karyawan Lion Air.

Tenaga kerja yang dikurangi adalah tenaga kerja Indonesia dan asing (ekspatriat). Tenaga kerja asing ini di antaranya termasuk pilot. Metode pengurangan berdasarkan masa kontrak kerja berakhir dan tidak diperpanjang.

"Lion Air Group sedang berada di masa sulit dan menantang, atas kondisi terbentuk dari akibat Covid-19 serta memberikan dampak luar biasa yang mengakibatkan situasi penuh ketidakpastian," kata Danang Mandala Prihantoro, Corporate Communications Strategic Lion Air seperti dilaporkan CNBC Indonesia, Kamis (2/7/20). (R02)

Sumber: cnbcindonesia.com

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index