Ditinggal PGRI, NU dan Muhammadiyah dari POP, Nadiem Makarim Santai, 'Tidak Perlu Khawatir'

Ditinggal PGRI, NU dan Muhammadiyah dari POP, Nadiem Makarim Santai, 'Tidak Perlu Khawatir'
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim

JAKARTA (RIAUSKY.COM) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menanggapi santai keluarnya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdatul Ulama (NU) dan PP Muhammadiyah kompak mundur dari Program Organisasi Penggerak (POP).

Nadiem Makarim menegaskan akan tetap melanjutkan program nasional tersebut. Bahkan ia meminta organisasi kemasyarakatan (ormas) yang lulus seleksi agar tidak khawatir dengan adanya evaluasi lanjutan POP.

“Untuk ormas penggerak yang lulus seleksi tidak perlu khawatir dengan adanya evaluasi lanjutan ini, karena program ini akan dilaksanakan. Kami ingin memastikan bahwa yang telah kita lakukan, dengan standar integritas yang tinggi,” ujar Nadiem dalam taklimat media secara daring di Jakarta, dikutip dari Jawapos, Sabtu (25/7/2020).

Dilanjutkan Nadiem, ormas yang lulus seleksi nantinya, bisa melaksanakan semua gerakannya dengan motivasi yang tinggi dan dukungan masyarakat dan ormas di Indonesia.

Evaluasi lanjutan itu bertujuan untuk memastikan integritas program tersebut terjamin.

“Untuk itu, saya ingin ucapkan terima kasih kepada semua insan masyarakat yang telah memberikan berbagai macam input. Kami berkomitmen untuk menyempurnakan program ini,” kata dia.

Katanya, evaluasi akan dilakukan dalam waktu tiga pekan dan dilakukan secara intensif dengan melibatkan banyak pihak.

“Dasar melakukan evaluasi ini, untuk memastikan bahwa saat ormas terpilih bisa mengimplementasikan programnya, mereka melakukannya dengan dukungan penuh masyarakat, dan percaya diri menggerakkan reformasi pendidikan,” terang dia.

Untuk parameter yang dievaluasi adalah pertama, apakah sudah mengikuti standar akuntabilitas terbaik tidak hanya di Indonesia tapi juga dunia. Audit, yang tidak hanya internal tapi juga membawa pihak eksternal.

Kedua, setiap ormas harus diverifikasi lagi untuk memastikan kredibilitas dan integritas masing-masing ormas itu terjamin.

“Kami berhati-hati melakukan pendalaman. Ketiga, masing-masing ormas harus memastikan program yang mereka lakukan bisa dilakukan di masa pandemi ini. Pelatihan dan lainnya pada masa pandemi ini harus kami dalami,” jelas Nadiem lagi.

Pihak yang dilibatkan dalam evaluasi itu adalah ormas yang sudah berpuluh tahun berdedikasi di dunia pendidikan, dan pakar pendidikan yang ingin membantu reformasi pendidikan.

“Harapan saya dari program ini, ada perspektif baru dalam strategi perubahan reformasi suatu sekolah, pelatihan guru, kurikulum. Banyak sekali bibit-bibit inovasi kita yang ada di ormas-ormas kita,” ujarnya.

Program Organisasi Penggerak dirancang agar Kemendikbud dapat belajar dari inovasi-inovasi pembelajaran terbaik yang digerakkan masyarakat. Kemendikbud memberikan dukungan untuk memperbesar skala gerakan agar dapat dimanfaatkan secara lebih luas.

Diterangkannya, saat ini 4.464 organisasi telah mendaftar di program POP dan kemudian mengikuti proses evaluasi proposal yang terdiri atas seleksi administrasi, substansi, dan verifikasi.

Program ini nantinya akan fokus kepada berbagai upaya pengembangan literasi, numerasi, dan karakter di 34 provinsi di seluruh Indonesia.

Program Organisasi Penggerak diluncurkan sebagai bagian dari kebijakan Merdeka Belajar Episode Keempat pada 10 Maret 2020.

Program itu dirancang untuk mendorong terciptanya sekolah-sekolah penggerak dengan cara memberdayakan masyarakat melalui dukungan pemerintah. (R01)

Sumber: Jawapos.com, Pojoksatu.id

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index