Bukan Resesi, Ternyata Ini Yang Paling Ditakutkan Para Pengusaha Indonesia, Kalau Berkepanjangan...

Bukan Resesi, Ternyata  Ini Yang Paling Ditakutkan Para Pengusaha Indonesia, Kalau Berkepanjangan...
Gedung tinggi yang menjadi ikon kemajuan ekonomi dan dunia usaha di ibukota Jakarta. Sumber Foto: hipwee.com

JAKARTA (RIAUSKY.COM)- Di atas kertas, status resesi adalah angka-angka. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani menghitung ekonomi Indonesia akan berada di kisaran minus 2,9 persen hingga 1 persen pada kuartal III-2929 alias resesi.

Perekonomian Indonesia kontraksi dua kuartal berturut-turut setelah pada kuartal II-2020 terkontraksi 5,32%.

Bagi pengusaha status resesi, tak terlalu menjadi kekhawatiran yang mendalam. Namun, justru yang ditakutkan pengusaha adalah pandemi covid-19 yang belum ada kepastian kapan berakhir.

"Bagi pengusaha kekhawatiran soal resesi itu pasti ada, tapi kekhawatiran itu tak seperti 2008 dan 1998, kalau dulu fundamental ekonomi rontok seperti perbankan, kalau sekarang kuat," kata Ketua DPD HIPPI DKI Jakarta/Anggota LKS Tripartit Nasional/Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Kadin DKI Jakarta Sarman Simanjorang, kepada CNBC Indonesia, Rabu (23/9).

Ia mengatakan bila pada kuartal III-2020 saat diumumkan nanti, ekonomi Indonesia minus, maka saat ini sebenarnya proses resesi itu sedang berlangsung. 

Sarman menegaskan justru yang paling ditakutkan pengusaha adalah bukan soal resesi atau tidak, tapi soal apakah ada kepastian kapan pandemi ini akan berakhir.

"Bagi pengusaha, walau kita masuk resesi, tak terlalu khawatir sekali, asalkan negara segera mengendalikan penyebaran virus corona," katanya.

Menurutnya bila tak ada kepastian maka persoalan ekonomi dan kesehatan makin berkepanjangan, sehingga dunia usaha semakin terpuruk. 

Kuncinya adalah saat persoalan kesehatan selesai, maka ekonomi dengan sendirinya akan pulih meski perlu waktu. 

Sarman seolah sedang menegaskan bahwa jangan sampai kondisi ekonomi Indonesia masuk ke fase lebih gawat atau depresi hingga krisis berkepanjangan.

"Kalau berkepanjangan, pengusaha bukan pada posisi takut, tapi persoalan cashflow masing-masing, dan perlu jaminan atau garansi bahwa vaksin kita sudah ada. Sehingga tak menambah PHK atau merumahkan pekerja," katanya.

Saat ini dunia usaha butuh suntikan psikologis soal kepastian kapan berakhirnya pandemi ini. Meski ia mengakui saat ini sinyal ke arah sana sudah ada dengan kepastian vaksin corona pada Desember 2020 yang sedang diupayakan pemerintah.

"Sekarang memang ada angin segar, tinggal realisasi, biar ada efek psikologis," katanya.

Soal konsekuensi bila ekonomi negara terjadi resesi, bisa klik di sini.(R04)


Sumber Berita: cnbcindonesia.com

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index