Rizal Ramli Pernah Tawarkan Skenario Solusi Rp800 Triliun Tangani Covid-19, Tapi yang Terjadi, ''Come on We Are In The Crisis...''

Rizal Ramli Pernah Tawarkan Skenario  Solusi Rp800 Triliun Tangani Covid-19, Tapi yang Terjadi, ''Come on We Are In The Crisis...''
Rizal Ramli

JAKARTA (RIAUSKY.COM)- Mantan Menko Perekonomian, Rizal Ramli mengaku pernah menawarkan usulan untuk penanganan Covid-19 kepada pemerintah.

Dia menawarkan besaran Rp800 triliun untuk menangani permasalahan pandemi ini. 

Pengalaman itu disampaikan Rizal Ramli saat menjadipembicara pada acara Indonesia Lawyers Club yang ditaja TvOne, Selasa (20/10/2020) malam lalu. 

Dalam penjelasannya, Rizal mengungkapkan dari awal Corona, dia pernah minta pemerintah fokus di 3 hal saja. 

''Pertama, hajar corona, perlu 300 triliun,  Kedua,  kasih yang miskin yang tak mampu sediakan 300 triliun untuk 4 bulan, serta ketiga, naikin produksi pangan 200 triliun, total hanya 800 triliun,'' kata dia.

Disebutkan Rizal, Indonesia  punya uang cukup kalau prioritasnya jelas. 

Namun, Apa yang terjadi? ''Pak Jokowi sambut ide saya gunakan istilah saya, kita harus menggunakan realokasi anggaran strategis, bagus, tapi numbernya tak berubah. Masih ada proyek ini, proyek itu, mau bikin ini mau bikin itu,'' ungkap Rizal sedikit dengan nada kecewa. 

''Come on, we are in the crisis, prioritas harus jelas,'' kata dia.

Rizal mengungkapkan, pada tahun 1998, semua proyek besar yang digarap pemerintah  hentikan. Namun, 2 tahun setelah ada uang lagi,  pemerintah lantas memulai lagi untuk membangun. 

Lalu apa yang terjadi sekarang? tanya Rizal. ''Akibatnya, biaya penanganan krisis makin besar, than we dont have the money,kita tak punya uang. Caranya minjam lagi, dengan bunga 2 persen lebih mahal dari negara lain,'' ungkap dia. 

''Dampaknya itu besar sekali. Kalau selisih bunga 2 persen, minjam 10 miliar dolar, 10 tahun bunga berbunga, tambahan bunganya nambah 1/3 nya, 3 miliar dolar. Yang bayar nantinya buntutnya rakyat kita,'' papar Rizal Ramli lagi.

Kedua, sebut Rizal, memaksa Bank Indonesia untuk cetak uang dengan bahasa sopan. 

''Bahasa teknisnya itu, Bank Indonesia diwajibkan membeli surat utang pemerintah di Pasar Primer. Primer itu langsung Bank Indonesia beli, Harusnya UU BI yang lalu, hanya boleh  beli di pasar sekunder,'' kata dia. 

Dikatakan Rizal, dia tahu,  Gubernur  BI  nolak, tapi ditekan terus. dan dia juga akhirnya nyerah, 

''Udah nyetak uang model begitu hampir 500 triliun, dan ini berbahaya,'' imbuh dia lagi. 

Lagi pula, kata Rizal, problem yang dihadapi pemerintah saat ini bukanlah pada sektor moneter, melainkan pada sektor fiskal, sektor riil.

''Jangan yang dikoplok-koplok moneter. Ini udah lumayan bagus kok. Jadi  focus at the real problem, kita itu cari masalah baru. Dan orang lihat nanti BI ternyata seperti lama-lama kayak zaman bung karno, Yusuf Muhtar Dahlan, kerjanya nyetak uang, lama-lama rupiah juga akan hancur,'' sebutnya.(R04)
 

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index