Ada Perlambatan, Triwulan III Ini Ekonomi Riau Turun 4,10 Persen

Ada Perlambatan, Triwulan III Ini Ekonomi Riau Turun 4,10 Persen
Ilustrasi perekonomian.

PEKANBARU (RIAUSKY.COM)- Perekonomian Riau mengalami perlambatan pada triwulan III tahun 2021 ini.

Pemerintah mencatat, pada periode ini, ekonomi Riau tumbuh sebesar 4,10 persen year on year (Yoy).

Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan tribulan II tahun yang sama, dimana ekonomi Riau tumbuh sebesar 5,14 persen.

Laporan tersebut disampaikan Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau, Maria Cahyaningtyas di aula BI Riau, Jumat (12/11/2021).

"Akselerasi pertumbuhan terjadi pada konsumsi pemerintah dan investasi disertai pertumbuhan yang tetap tinggi pada ekspor LN," kata Maria.

Dari sisi lapangan usaha, meningkatnya permintaan dan harga komoditas global, mendorong masih positifnya pertumbuhan sektor pertanian dan manufaktur.

Secara sektoral, struktur perekonomian Riau ditopang oleh tiga sektor utama berbasis SDA, yaitu sektor industri pengolahan/manufaktur sekitar 32 persen, sektor pertanian perkebunan/kehutanan sekitar 28 persen, dan sektor pertambangan sekitar 16 persen.

"Sekitar 32 persen didominasi oleh manufaktur berbasis SDA, yaitu manufaktur minyak kelapa sawit (CPO & turunan), kelapa, dan manufaktur bubur kertas dan kertas. Riau produsen CPO terbesar di Indonesia," jelasnya.

Kemudian, 28 persennya didominasi oleh perkebunan kelapa sawit, kelapa, dan perkebunan karet, serta hutan tanaman industri (HTI) untuk bahan baku bubur kertas dan kertas.

Sisanya, 16 persen didominasi oleh pertambangan minyak bumi. Di mana, Riau produsen minyak bumi ke-2 terbesar di Indonesia. Namun, lifting minyak yang terus menurun menyebabkan sektor pertambangan bersifat menarik ke bawah pertumbuhan ekonomi Riau.

"Lalu, untuk sektor pertambangan berkontribusi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Riau seiring terus menurunnya lifting migas," jelasnya.

Namun, kata Tyas, peningkatan pertumbuhan ekonomi Riau diperkirakan akan berlanjut di tahun 2022.

"Permintaan dari mitra dagang terhadap komoditas utama Riau diperkirakan masih akan tetap tinggi di 2022. Hal ini karena CPO merupakan bahan baku dasar produk daily needs," kata Tyas.

Selain dari sektor CPO, kinerja pertambangan terutama minyak bumi juga diperkirakan akan membaik.

"Hal ini didorong oleh perbaikan lifting pasca peralihan pengelolaan Blok Rokan," jelasnya.

"Dengan target produksi yang terus meningkat secara gradual, akan meningkatkan produksi minyak mentah di Riau dalam beberapa tahun mendatang," imbuhnya.

Selain itu, imbuh Tyas, beberapa komoditas pangan di Riau juga dalam tren meningkat. Dari komoditas pangan utama, harga cabai merah, minyak goreng, dan daging ayam ras, dalam tren meningkat.

"Faktor cuaca juga membuat produksi cabai tidak optimal. Sementara peningkatan harga CPO menjadi pendorong kenaikan harga minyak goreng," jelasnya.(R02) 

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index