Menteri Sri Mulyani: APBN Defisit Rp236,9 Triliun per November 2022

Menteri Sri Mulyani: APBN Defisit Rp236,9 Triliun per November 2022
Menteri Keuangan Sri Mulyani

JAKARTA (RIAUSKY.COM)- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan anggaran pendapatan dan belanja negara atau APBN 2022 mencatatkan defisit Rp236,9 triliun per November 2022 atau 1,21 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).  

Dia menjelaskan bahwa APBN pada kurun Januari—November 2022 mencatatkan defisit anggaran Rp236,9 triliun. 

Angkanya meningkat dari posisi defisit per Oktober 2022 senilai Rp169,5 triliun. 

Angka defisit per November 2022 itu setara dengan 1,22 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). 

Sementara itu, pada Oktober 2022 posisi defisit masih di 0,91 persen terhadap PDB, atau pertama kalinya terjadi defisit sepanjang tahun ini. 

Kondisi defisit APBN pada November 2022 terjadi karena pendapatan negara mencapai Rp2.377,5 triliun dan belanja negara Rp2.614,4 triliun. 

Pendapatan negara tercatat tumbuh hingga 39,9 persen (year-on-year/YoY) dan belanja negara naik 13,2 persen (YoY). 

Sri Mulyani menjelaskan bahwa realisasi defisit sejauh ini lebih kecil dari perkiraan awal pemerintah yang tercantum dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98/2022. 

Hal tersebut menurutnya menunjukkan sinyal positif keuangan negara. "Defisit ini sudah lebih kecil dari yang diindikasikan atau direncanakan dari Perpres (98/2022)," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Selasa (20/12/2022). 

Lebih lanjut, Keseimbangan primer pada November 2022 tercatat surplus Rp126 triliun, turun dari posisi Oktober 2022 yakni Rp146,4 triliun. 

Namun, keseimbangan primer tercatat berbalik membaik dari posisi November 2021 yang masih negatif Rp281,8 triliun. 

Sri Mulyani menyebut bahwa sisa lebih pembiayaan anggaran (SiLPA) per November 2022 mencapai Rp203 triliun. 

Angkanya turun dari posisi Oktober 2022 senilai Rp270,4 trilun, tetapi naik tinggi dari posisi November 2021 yakni Rp31,6 triliun. 

"Defisit kita turun sangat drastis dari 3,64 persen menjadi 1,22 persen dari GDP. Ini dinamika siklus yang sifatnya positif dari APBN ke ekonomi, dan ekonomi kembali ke APBN," jelasnya.(R02)

Sumber Berita: bisnis.com  

 

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index