Upaya APR Membangkitkan Industri Fesyen Berkelanjutan di Riau Lewat Kolaborasi dan Kreasi

Upaya APR Membangkitkan Industri Fesyen Berkelanjutan  di Riau  Lewat Kolaborasi  dan Kreasi
Penampilan kreasi para perancang busana Riau yang mengkombinasikan viscose rayon dalam kreasinya, Dukungan APR semakin menumbuhkembangkan industri fesyen di Riau.

PEKANBARU (RIAUSKY.COM)- Industri fesyen Riau sempat  lama tertidur, bahkan mati suri.  Namun, kehadiran Asia Pacific Rayon (APR), merangkul para pelaku  usaha menjadi semangat baru kebangkitannya.

Lewat talenta-talenta muda seperti Thiffa Qaisty Salsabila atau perengkuh wastra  seperti Arminingsih, Siti Nurbaya, kini industri fesyen ini mulai menemukan warnanya.

Tak hanya berbicara dalam skala lokal, kini mereka pun mulai berani menatap masa depan fesyen lewat kaca mata  yang lebih luas.

Seiring kesempatan yang didapatkan dalam mengasah pengetahuan, mengeksplorasikan kemampuan lewat berbagai iven,  wawasan mereka pun terbuka, bahwa fesyen kini bukan semata milik mereka yang ada di kota-kota besar, namun juga bisa muncul dari keunggulan dalam mengolah kearifan lokal dan kreativitas tanpa batas.

Pengalaman yang diberikan oleh Asia Pacific Rayon (APR), industri viscose rayon  terintegrasi yang beraktivitas di Pelalawan-Riau, yang selama ini menjadi mitra bagi para pelaku usaha pertekstilan dan fesyen di Tanah Air  menjadi pencerah.

Puluhan bahkan ratusan karya-karya mereka pun kini sudah berani diadu dengan karya-karya sejenis lainnya dalam berbagai kesempatan lomba maupun penampilan. Bahkan, mereka memiliki keunggulan, karena tak hanya menghasilkan produk fesyen sebagai komoditas industri, tapi juga ramah lingkungan karena menggunakan kombinasi bahan baku alami  yang lebih ramah lingkungan, viscose rayon.

Setidaknya ini yang ditunjukkan oleh pemegang brand Sapola dan Laily Imra yang menjadi penampil pada gelaran Media Workshop yang dilaksanakan di Hotel Pangeran Pekanbaru, Senin (21/10/2024) lalu.

Sentuhan busana casual dan muslim yang dihadirkan memiliki ciri khas tersendiri, lebih lega, ringan,  kombinasi warna warni yang menarik dan up to date tentunya.

Tampilan mode yang dihadirkan juga jauh lebih maju dan progresif dari  gambaran tentang industri fesyen lokal, yang selama ini belum banyak mendapat tempat di tengah masyarakat.

Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Riau, Arminingsih mengapresiasi kemajuan ini. 

Dia  mengungkapkan, semua ini tidak lepas dari kontribusi dan peran yang telah dilaksanakan oleh PT APR.

APR, sebut dia, selama ini telah  menjadi mitra  yang membina  para pelaku usaha pertekstilan dan disainer yang ada di Riau, khususnya yang berada di bawah API Riau.

Alumnus Institut Pertanian Yogjakarta ini  menyebutkan, APR berperan dalam membuka cakrawala dan wawasan dari anggota API Riau yang umumnya adalah usaha kecil dan menengah yang berkiprah dalam aktivitas pengrajin tenun, batik dan desainer tentang industri pertesktilan dan fesyen lewat tema bahan baku berkelanjutannya.

Sebagai perusahaan penghasil viscose rayon terbesar di Indonesia yang berada di Provinsi Riau, jelas dia, APR memulai upaya pemberdayaan industri fesyen di Riau dengan memberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan, bahkan dengan memberikan beasiswa untuk belajar.

''Pelatihan itu dampaknya sangat luar biasa, karena kita mendapatkan ilmu dan pengetahuan, misalnya tentang teknik pewarnaan alami untuk produk kain yang akan diproduksi. Kemudian kita juga diberi kesempatan untuk sekolah lagi di IFI yang ternyata  dalam pelatihan itu, peserta terbaiknya dari Riau dan langsung mendapatkan hadiah dari APR yang hadiahnya lumayan besar, yakni Rp500 juta,'' ungkap Arminingsih.

''Upaya  yang diberikan APR ini,  ternyata banyak menginspirasi teman-teman lainnya untuk menjadi yang terbaik,'' kata dia.

Terbaru, sebut Arminingsih, yang juga banyak memotivasi talenta-talenta muda adalah mendapat kesempatan untuk tampil dalam berbagai iven yang dilaksanakan bukan saja di dalam negeri, namun juga hingga ke luar negeri lewat koleksi-koleksi unggulannya.

''Seperti tampil di Jakarta Moslem Fashion Week (JMFW) maupun  Muslim Fashion Festival (Muffest). Keikutsertaan ini bukan untuk memilih yang terbaik, namun bagaimana untuk meningkatkan kualitas produksi dari fesyen yang dihasilkan oleh teman-teman pelaku usaha,'' jelas dia.

Penampilan koleksi perancang busana Riau pada APR Media Workshop 21 Oktober  2024 lalu.

Akan halnya yang disampaikan Arminingsih, Thiffa Qaisty Salsabila, pemilik brand fesyen  Sapola, yang sudah sempat mengikuti sejumlah iven festival mengungkapkan ada banyak sekali kesempatan yang diberikan APR dalam upaya mendukung kemajuan industri fesyen di Riau.

Adapun bentuk dukungan terbesar tersebut adalah dengan menghadirkan viscose rayon.

Selaku perancang, Thiffa mengungkapkan karya yang dihasilkannya banyak memanfaatkan kombinasi  viscose rayon, karena memiliki keunggulan ringan dan memberikan ciri tersendiri ketika dikombinasikan dengan bahan lainnya.

Thiffa juga berharap, ke depan, dengan berpatok pada kontribusi APR di dunia fesyen, Riau menjadi salah satu dari pusat perkembangan industri fesyen baru di Tanah Air. Salah satunya itu ditandai dengan kemudahan mendapatkan bahan baku tekstilnya di Riau, sehingga tidak lagi harus membeli dari Jawa.

Presiden Direktur APR, Basrie Kamba menjelaskan, APR merupakan perusahaan  produsen serat viscose-rayon terintegrasi pertama di Asia yang menghasilkan 100 persen serat rayon terbarukan dan biodegradable atau mudah terurai untuk memenuhi kebutuhan bahan baku tekstil.

Dia menjelaksan, pemanfaatan viscose rayon dalam perkembangan dunia tekstil saat ini terus berkembang, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dunia tentang pentingnya menggunakan tekstil yang ramah lingkungan.

Viscose rayon, sebut dia,  adalah bahan baku tekstil yang ramah lingkungan, karena terbuat dari 100 persen selulosa kayu. bahannya ramah dan mudah terurai. Bahan ini bisa dikombinasikan dengan penggunaan  polyester, nilon, katun dan jenis lainnya, lebih nyaman dipakai.

Karena itulah, jelas Basrie Kamba, saat ini, sejumlah brand-brand besar tekstil dan mode di dunia yang menjadikan aspek keberlanjutan sebagai pertimbangan usahanya sudah menggunakan viscose rayon sebagai  bahan baku untuk produk pakaian yang mereka hasilkan.

''Beberapa brand besar itu, (kita tak boleh sebut nama), sudah punya komitmen, mulai tahun 2025, sudah tidak punya lagi barang di outlet mereka, di seluruh dunia, produk yang tidak menggunakan bahan berkelanjutan, khususnya viscose. Kenapa, karena  viscose itu terbuat dari pohon, tanaman, jadi lebih mudah terurai. Kalau diletakkan di tanah, dalam 21 hari sudah terurai, jadi lebih biodegradable,'' jelas Basrie.

Bahkan, ke depan, jelas Basrie, pada beberapa negara tujuan, untuk produk yang masuk, demi pertimbangan menjaga keberlanjutan eksostem, pemerintahnya sudah mulai menggunakan  digital product pasport.

''Jadi sama dengan manusia, ketika masuk ke negara tersebut, akan terlacak, dari negara mana asal tekstilnya, bahannya dari mana, dari tanaman mana asal muasalnya, sektor mana, jadi sampai seperti itu,'' kata dia.

Pun begitu, Basrie juga menjelaskan, kalau viscose rayon yang diproduksi APR juga memiliki keunggulan bisa dikombinasikan dengan bahan-bahan pakaian yang biasa digunakan sehari-hari seperti katun, polyester juga jenis lainnya.

Berkaitan dengan kolaborasi yang dilaksanakan bersama para pelaku usaha pertekstilan di Riau, Basrie menjelaskan, Riau adalah  daerah tempat APR berproduksi.  memiliki banyak potensi keunggulan, baik dari sisi motif, sejarah, kemelayuan dan pola-pola.

Dalam aktivitas usahanya, salah satunya untuk menumbuhkembangkan para pelaku usaha di dunia pertekstilan  di dalam negeri khususnya  di Provinsi Riau, APR melakukan kolaborasi , temasuk dalam upaya memberikan edukasi, menggandeng  terkait pemanfaatan tekstil berbahan baku ramah lingkungan dan visi keberlanjutan.  

'Kita punya tenunan, songket, batik, dan posisi Riau dekat ke manca negara, seperti Malaysia, Singapura, bahkan ke provinsi tetangga seperti Sumatera Barat, Sumatera Utara, sehingga  ini bisa dikolaorasikan untuk membangkitkan potensi industri tekstil di tingkat lokal seperti yang hari ini bisa kita saksikan,'' jelas Basrie.

Basrie mengungkapkan keinginannya bahwa untuk tekstil dengan motif-motif juga corak lokal bisa ditumbuhkembangkan di daerah, termasuk di Riau yang menurutnya memang kaya dengan motif dan corak dari kebudayaannya.

''Ya, batik itu, kalau bahannya kita bisa hasilkan di Riau, ke depan kan tak harus  didatangkan dari Jawa. Dan ini pastinya akan mengangkat potensi pertekstilan di Riau. Untuk itu, kita yakin bisa, karena  hanya perlu kekompakan,'' ujar Basrie.

APR, sebut Basrie, sangat concern dalam upaya mengajak dan menginisasi para pelaku usaha pertekstilan maupun fesyen untuk bisa maju dengan memanfaatkan potensi yang ada. (Penulis: Buddy Syafwan)
 

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index
Jasa Press Release Jasa Backlink Media Nasional