Catatan dari Ekspedisi Pulau Pindalang (Bagian Ked

Mandi di Gugusan Karang Dangkal Sambil Berburu Belut Laut Ditemani Ribuan Ikan Hias

Mandi di Gugusan Karang Dangkal Sambil Berburu Belut Laut Ditemani  Ribuan Ikan Hias
Persiapan kami sebelum memancing di karang dangkal.
Setelah memberitahukan kepada Pak Ahmad tentang keinginan kami mengelilingi pulau, akhirnya kami pun beranjak mencari spot-spot menarik di sekitar pulau yang di wilayah perairannya ini dihuni oleh 121 spesies ikan karang itu. 
 
Keasrian pulau yang nyaris tak terjamah tangan manusia ini, masih sangat terjaga. Bila pada malam hari, di darat kaki-kaki kami masih sering berpapasan dengan ambai-ambai, maka pada pagi hari itu, mata kami pun dibuat terbelalak dengan banyaknya umang-umang kecil yang berjalan layaknya semut beriring. 
 
Sesekali cangkangnya menutup manakala berpapasan. Begitu kami pergi melintas, umang-umang dengan aneka bentuk dan ukuran itu pun kembali berjalan. Sementara tak jauh dari kami, ratusan batang pohon kelapa lengkap dengan buah-buah segarnya menyiur seolah memanggil untuk bisa dinikmati. 
 
Pagi itu memang kami habiskan untuk mencari umang-umang sembari melakukan sesi foto-foto di bibir pantai berpasir putih dan air yang biru kehijauan. 
 
Tak terbayangkan kalau pulau tersebut ternyata berbentuk lingkaran, setelah berjalan kaki di hamparan pasir putih nan bersih selama hampir 3 jam, kami baru menyadari kalau pulau Pindalang ini seluruh tepiannya bisa dilintasi dengan berjalan kaki. Yang lebih membuat haru tentu saja spot-spot wisatanya yang sangat indah dan menakjubkan. 
 
Semua bentangan alamnya, pepohonan, pasir putih dan suara elang memanggil seolah menjadi teman dalam ekspedisi akhir kami.
 
Sembari berjalan mengitari pulau tanpa penghuni itu, kami menikmati sejuknya air kelapa muda yang bisa langsung dipetik dari pepohonan yang tumbuh mengelilingi pulau. Bersama minuman dari alam ini, dahaga di tengah panas terik seakan hilang. Sambil membasahi kaki atau berenang di bibir pantai yang agak dalam, terdengar suara elang berteriak dari puncak-puncak pohon seolah memberi tahu kami kalau hari itu adalah hari yang asyik untuk menikmati sensasi Pulau Pindalang. 
 
Betul saja, karena, begitu melihat ke dalam air, kami dipertontonkan dengan gugusan karang dangkal yang membuat mata terbelalak. Bila di beberapa pulau lain yang pernah kami kunjungi sebelumnya harus menggunakan perangkat selam dan snorkling untuk bisa menyaksikan gugusan terumbu karang, maka di pulau ini, kami bisa menyaksikannya dengan mata telanjang sembari berjalan kaki  atau berenang di tepian. 
 
Luasan terumbu karang ini juga tidak kecil, karena mecapai satu kilometer menjorok ke tengah laut dengan luas mencapai satu kilometer pula. Dari balik karang-karang dangkal dengan aneka warna, hijau, ungu, putih, kuning, merah, coklat itu pula bermunculan aneka ikan-ikan hias yang biasa hanya bisa disaksikan di toko-toko penjual ikan hias atau ditonton di layar televisi. 
 
Tak membuang kesempatan, kami pun menggunakan joran yang juga sudah kami bawa untuk memancing di laut. Satu, dua, tiga, empat, trike...ungkap beberapa kawan-kawan secepat kilat setelah melempar umpan ke dalam air. Sensasi yang tentu saja membuat kami tak henti-hentinya berdecak kagum. Ikan yang sangat-sangat banyak. Begitu banyaknya, kami bahkan bisa melihat dengan mata telanjang ikan-ikan tersebut wara-wiri di sela-sela kaki kami dan gugusan terumbu karang dangkal itu. 
 
Tiba-tiba, mata kami dibuat terperanjat karena melihat sekelebatan ikan berwarna coklat muda melintas tidak jauh dari tempat kami berdiri. Tentu saja ikan tersebut tak asing bagi kami, karena sangat lazim terlihat. Namun, siapa yang akan menyangka kalau ikan-ikan tersebut adalah kawanan hiu yang sedang bermain melakukan perburuan di sekitar terumbu karang.
 
Kehadiran ikan jenis predator ini tentu saja membuat kami langsung mengambil posisi untuk tidak terlalu dekat. Kami menggunakan pancing untuk bisa menangkap satu saja dari ikan tersebut. Namun, tentunya tidak mudah untuk menangkap ikan-ikan yang ukuran besarnya bisa mencapai 6 atau 8 meter tersebut lengkap dengan kecepatan dan gigi-giginya yang tajam. 
 
Bahkan walau ikan-ikan tersebut terus bermain di sekitar tempat kami mandi, tetap saja anak-anak hiu yang kelebatannya demikian cepat tersebut tidak bisa untuk ditangkap. 
 
Begitupun, gagal menangkap anak-anak hiu menggunakan pancing, kami tetap mendapatkan ikan-ikan karang seperti kerapu, bahkan beberapa kali nyaris menangkap belut laut atau dalam bahasa latin biasa disebut Moray Eel/Sea Eel yang banyak terdapat di bawah terumbu karang juga jenis ikan pedang dan cakalang.
 
Hewan laut jenis belut laut yang ukuran panjangnya berkisar 80 centimeter itu sempat beberapa kali memutuskan tali dan mata kail yang kami pasang sebelum akhirnya membuat kami menyerah untuk memancingnya. Namun, bukan jumlah berapa banyak ikan yang bisa kami dapatkan yang menjadi ukuran dari kepuasan dalam ekspedisi  kali ini. 
 
Nan jauh lebih berharga dari ekspedisi ini sendiri adalah betapa kami akhirnya berhasil menemukan sesuatu yang berbeda yang belum banyak terjamah oleh banyak orang dan keasrian alam yang sama sekali tidak pernah terbayangkan dalam pikiran dari masing-masing kami, walau sudah sering melakukan perjalanan wisata ke beberapa destinasi dengan spot bahari.(bersambung)
 

Listrik Indonesia

#Pindalang Bindalang

Index

Berita Lainnya

Index