#BlackMonday Ramaikan Twitter

Belum Ada Perang Kurs untuk Rupiah

Belum Ada Perang Kurs untuk Rupiah
rupiah terus melemah

JAKARTA (RIAUSKY.COM)- Pasar keuangan dunia diramaikan dengan hashtag #BlackMonday di Twitter hari ini. Hashtag ini dibuat terkait prediksi pasar keuangan AS yang kena sentimen negatif dari jatuhnya pasar-pasar keuangan di negara-negara Asia.

Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro mengatakan mengetahui soal fenomena hashtag #BlackMonday. Namun Bambang menegaskan apa yang terjadi di pasar keuangan Indonesia hari ini juga terjadi di seluruh dunia. "Saya sudah tahu. Ini terjadi di seluruh dunia, ini gejala global. Kita nggak akan terlepas dari kondisi global," ujar Bambang usai rapat dengan Komisi XI di Gedung DPR/MPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (24/8/2015).

Dalam kesempatan itu, Bambang juga menegaskan Indonesia belum memasuki perang kurs alias currency war. Hal ini menyusul kebijakan Bank Sentral China yang melemahkan mata uang yuan. "Perang mata uang belum. China sedang mendevaluasi karena mata uang terlalu kuat, akibat devaluasi yuan dolar AS menjadi semakin kuat," katanya.

Untuk tetap menjaga kondisi pasar keuangan tidak jatuh terlalu dalam, pemerintah ikut mengalokasikan dana sebesar Rp 3 triliun untuk membeli kembali (buyback) Surat Berharga Negara (SBN).

Bahkan, bila intervensi tersebut dianggap masih kurang, maka pemerintah akan melakukan Bond Stabilization Framework dengan melibatkan dana pensiun (dapen) agar bisa dipakai untuk melakukan buyback SBN.

"BI dan pemerintah siap untuk jaga SBN kalau perlu buyback. Kalau keadaan lebih buruk, kita akan lakukan Bond Stabilization Framework, melibatkan dapen, dan dana-dana nganggur ikut buyback SBN, gara-gara IHSG melemah, yield SBN ketarik ke atas (lebih mahal)," jelas Bambang.

Selain pemerintah, Bambang mengatakan BI juga perlu melakukan kebijakan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.

"Jadi BI juga bagaimana untuk bisa mencanangkan devisa. Kalau membandingkan tahun ini dengan 1998, tidak hanya kurs karena sama, yang berbeda kondisi makro, masih positif 4,7% pertumbuhan ekonomi kita, inflasi 2% ytd, yoy 7%, trade balance surplus tahun ini, current account masih defisit tapi membaik. Yang penting kita jangan panik, jangan bereaksi berlebihan, BI dengan tugasnya, kita jaga SBN, pemerintah dan otoritas ada di pasar," kata Bambang.

Sebelumnya, menjelang dibukanya pasar keuangan di AS kini ramai #BlackMonday di Twitter, Senin (24/8/2015). Meski tidak menjadi trending topic, tapi menjadi perhatian pasar investor dan pelaku pasar keuangan.

Setelah dibuka pasar saham Wall Street di Amerika Serikat (AS) dibuka anjlok hingga 3,3% menyusul jatuhnya bursa-bursa di Asia. Saham Apple jatuh paling dalam.

Tak satu pun bursa saham Asia yang bisa menguat di awal pekan ini. Hal yang sama juga terjadi dengan mata uang negara-negara di Asia, semuanya melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).(R01/dtc)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index